Makan malam saat itu terasa seperti mimpi. Aggy benar-benar masih belum mempercayai bahwa ternyata selama ini ia dipermainkan. Ia kira ia sedang mujur karena dibiarkan selamat, tapi ternyata itu untuk melengkapi rencana busuk Sang Raja. Malam ini ia tidak bisa tidur karena pikirannya kacau.
Gadis itu benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Semua pilihan terasa merugikan untuknya. Haruskah ia hidup sebagai pengkhianat, atau mati sebagai pengecut? Memang ada pilihan untuk melawan. Tapi Aggy yang sendirian bisa melakukan apa melawan kerajaan besar ini? Aggy sendirian bisa apa melawan seorang Raja licik dengan sebelas anaknya?
Tanpa terasa pagi datang. Aggy sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun sepagian ini. Sejujurnya ia sedang tidak ingin diganggu dan ingin sendirian saja di kamarnya. Tapi jika Aggy menolak pelayan untuk melakukan pekerjaan mereka, sama saja Aggy menyusahkan mereka. Gadis itu tahu betul bagaimana lelahnya menjadi pelayan dan ia tidak ingin menyusahkan mereka lebih jauh lagi.
"Tuan Putri, Pangeran Kedua telah tiba," lalu pemberitahuan itu datang dan menghancurkan pagi Aggy.
"Apakah ia meminta izin untuk masuk?" tanya Aggy malas karena ia baru saja bertemu dengan para pangeran kemarin malam. Haruskah di pagi yang tenang ini ia bertemu dengan pangeran lagi?
"Tidak, Tuan Putri."
"Kalau begitu abaikan saja. Memangnya apa yang bisa aku lakukan dengan kabar kedatangannya jika ia tidak meminta izin untuk masuk?"
"Maaf, Tuan Putri. Tapi Anda tidak boleh seperti itu pada Yang Mulia Pangeran."
Aggy memandang pelayan tersebut, yang baru saja mengajarinya untuk melakukan sesuatu, dengan kesal. Aggy tahu itu, ia sedang berada di tempat para Pangeran Onufria. Dan Aggy tahu tidak seharusnya ia mengabaikan kedatangan seorang Pangeran. Tapi memangnya Aggy harus menurut setelah mereka mempermainkannya berbulan-bulan ini? Kalau begitu sama saja Aggy membuat dirinya semakin terlihat tidak berdaya.
"Kau sedang mengajariku? Katakan bahwa aku sedang tidak ingin menerima kunjungan. Sekalian bawa sarapan ini pergi dan tinggalkan aku sendiri."
"Putri Leandra, tidak seharusnya kau seperti itu kepada pelayan yang telah bersumpah untuk melayanimu sepenuh hati."
Suara di ambang pintu kamar Aggy memecahkan percakapan antara gadis itu dengan pelayanannya. Yang barusan memanggilnya dengan namanya jelas adalah Sang Pangeran yang kedatangannya tidak diharapkan. Hal itu membuat Aggy mengalihkan pandangannya ke pintu dan terang-terangan mengernyit tidak suka.
"Apakah aku memberikanmu izin untuk masuk?"
"Kau pasti menyesal jika tidak memberikanku izin untuk masuk," jawab Ravn santai diiringi dengan kekehan kecil.
Kekehan tersebut terasa seperti ejekan untuk Aggy. Tapi ia mengabaikannya dengan membuang mukanya lagi. Sejujurnya Aggy tidak ingin berperilaku kekanak-kanakan seperti ini. Tapi para pangeran itu harus diberikan sedikit pelajaran. Mereka harus diberitahu secara langsung bahwa Aggy tidak suka berada di sini. Jika ia melembut sedikit saja, mereka pasti akan semakin seenaknya.
Namun Ravn tampaknya tidak terpengaruh walaupun Aggy terang-terangan mengabaikannya dan menatapnya dengan tidak suka. Ia melangkah mendekat lalu meletakkan beberapa berkas di atas meja di depan Aggy. Namun karena mengetahui bahwa gadis itu tidak mengharapkan kedatangannya, ia tidak langsung duduk begitu saja dan memilih berdiri di hadapan Aggy yang duduk.
"Itu adalah dokumen terkait anggaran, sebagai contoh. Karena kau harus membuat anggaran untuk istanamu, Tuan Putri."
"Itu bukan tugasku," ujar Aggy ketus.
"Memang bukan. Tapi asal kau tahu saja, ini adalah kehormatan. Daripada kau kekurangan anggaran kan lebih baik kau atur sendiri sesuai kebutuhanmu. Belum lagi di sini tidak ada satu pun putri, jadi aku tidak tahu apa saja kebutuhan seorang putri. Kau bisa memikirkannya dengan santai kok. Jika sudah selesai, minta saja pelayan mengantarkannya ke ruang kerjaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts (ONEUS & ONEWE)
FanfictionLeandra Agathe Zephyros adalah nama dari putri bungsu Raja Zephyros. Seorang putri yang kehadirannya dilupakan lantaran Sang Raja telah memiliki terlalu banyak putri. Lagi pula kehadiran pangeran lebih penting daripada putri bukan? Daripada tinggal...