16. Sebuah Penawaran

359 75 18
                                    

Di antara sekumpulan bunga marigold yang berwarna oranye, telah disiapkan dua kursi dan sebuah meja. Seharusnya di sini tidak ada kursi ataupun meja, tapi tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Putra Mahkota. Yang artinya, ini merupakan permintaan Juyeon demi pertemuannya dengan Aggy. Di waktu yang telah ditentukan, keduanya sudah duduk berhadapan.

Aggy menatap Juyeon lekat, tengah berusaha untuk menilai apa maksud sebenarnya tiba-tiba mengundangnya untuk bicara. Hubungan mereka tidaklah sedekat itu. Bahkan, hubungan kerajaan mereka jauh dari kata dekat sejak dulu. Jarak yang jauh menyebabkan keduanya hampir tidak pernah bertemu ataupun bersinggungan dalam hal apa pun. Namun, Juyeon malah seolah yakin bahwa mereka sudah beberapa kali bertemu.

"Aku harap aku tidak mengganggu waktumu, Putri Leandra."

Ucapan Juyeon menjadi pembuka pada percakapan mereka begitu secangkir teh terhidang. Aggy tersenyum tipis sebelum menjawab, "Aku sama sekali tidak merasa terganggu. Kalau terganggu, aku tidak akan hadir di sini."

"Syukurlah. Sebenarnya aku cukup penasaran bagaimana kehidupanmu di sini? Apakah kau merasa nyaman, atau tidak nyaman berada di sini?" mulai Juyeon berbasa-basi.

"Tidak ada tempat senyaman rumah, Yang Mulia. Tapi dari awal aku memang tidak memiliki pilihan."

"Apakah lebih banyak hal yang kau suka, atau tidak kau suka di sini?" tanya Juyeon lagi.

"Lebih banyak yang tidak aku suka, tapi aku percaya itu hanya perbedaan budaya. Secara keseluruhan, aku sudah mulai busa beradaptasi," jawab Aggy lagi, masih dengan nada tenang.

"Maaf jika terdengar kasar," ucap Juyeon selanjutnya, kali ini dengan nada hati-hati sebelum mengeluarkan pertanyaan yang telah menguasai pikirannya sejak mendengar kabar Aggy akan menjadi calon Putri Mahkota, "Apakah kau berada di bawah ancaman atau tekanan?"

Pertanyaan Juyeon sukses membuat Aggy mengerutkan keningnya. Pertanyaan yang aneh disambung oleh pertanyaan yang aneh lainnya. Ia belum bisa menangkap arah pembicaraan pagi ini karena Juyeon kelihatannya belum ingin mengakhiri basa-basinya Namun tampaknya, Juyeon memiliki obsesi yang sama dengan para pangeran di sini, hanya saja ia belum mengungkapkannya secara langsung.

"Tidak, aku sama sekali tidak di bawah ancaman. Siapa mereka mengancamku? Aku hanya tidak punya pilihan, aku sama sekali tidak diancam."

"Aku kira kau berada di bawah ancaman, sampai menyetujui untuk menjadi calon Putri Mahkota."

"Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak memiliki pilihan. Ini adalah skenario yang sudah diatur oleh orang-orang menyebalkan, dan aku diletakkan sebagai pemeran utamanya," potong Aggy cepat.

Juyeon terkekeh. Gadis di depannya ini tampaknya memiliki harga diri yang tinggi sampai berkali-kali menegaskan bahwa ia tidak diancam. Kalau begitu, Juyeon tidak boleh menyinggung harga dirinya sama sekali jika tidak ingin segalanya menjadi kacau. Dengan begitu, Aggy mungkin akan menerima tawarannya?

"Aku tahu, seorang Putri sepertimu tidak mungkin patuh begitu saja pada ancaman. Tapi kalaupun kau berada di bawah ancaman Yang Mulia Raja, sejujurnya aku bisa membantumu. Kalau hanya itu, aku masih bisa mengatasinya. Aku bisa membantumu keluar dari masalahmu."

"Untuk apa kau mengatasi masalahku? Kita tidak memiliki hubungan yang dekat," ujar Aggy heran.

"Bagaimana jika mulai sekarang kita membangun hubungan yang dekat?" tanya Juyeon balik dengan sebuah senyuman di wajahnya, senyuman yang tidak bisa Aggy tebak maksudnya.

"Aku tidak mengerti ke mana arah pembicaraan ini," balas Aggy defensif.

"Baiklah, tampaknya kau cukup tidak sabaran dan tidak suka berbasa-basi ya, Putri? Aku akan langsung saja kalau begitu," Juyeon menarik napas panjang lalu melanjutkan kalimatnya, "Kau ingin kerajaanmu kembali kan? Akan aku berikan. Kau ingin mendapatkan kekuasaan atas kerajaanmu kan? Akan aku berikan pula. Tapi sebagai gantinya, kau harus membuat strategi perang untuk Kerajaan Durance mengalahkan Kerajaan Onufria."

King of Hearts (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang