Setelah perjamuan untuk memperkenalkan Aggy, berbagai surat undangan malah menumpuk di atas meja belajarnya. Undangan yang datang bahkan begitu banyak sehingga mungkin akan memakan waktu seharian untuk membalas surat tersebut satu persatu. Padahal Aggy hanya ingin hidup tenang. Bahkan sejak menjadi Putri Zephyros saja ia lebih nyaman saat tidak diundang ke pesta yang membosankan. Namun sekarang dengan statusnya sebagai calon Putri Mahkota, ia malah mendapatkan begitu banyak perhatian.
Pada dasarnya Aggy tidak suka perhatian dengan cara ini. Ia tidak suka saat ia menjadi pusat perhatian hanya untuk dihina dan direndahkan oleh orang-orang yang merasa dirinya tinggi. Boleh jadi fisiknya tidak seperti saudara-saudaranya, tapi darah Raja tetap mengalir di dalam tubuhnya. Sehingga gengsi yang besar itu tentu masih ada dalam dirinya. Dan gengsi itu melarangnya untuk membiarkan dirinya dihina.
"Jadi, Anda mau membalas undangan yang mana dulu, Tuan Putri?" tanya seorang Viscountess yang kini telah resmi menjadi dayang Aggy. Melihat seseorang yang ia layani tampak kebingungan, membuat wanita itu menginisiasi pertanyaan tersebut. Mungkin saja Putri Leandra ini membutuhkan bantuannya.
"Aku mau ke perpustakaan saja. Soalnya, aku sedang tidak ingin memikirkan tentang undangan," putus Aggy langsung. "Tapi boleh juga jika Anda bisa mengelompokkan undangan tersebut berdasarkan tanggal acaranya. Jadi aku bisa memilah mana yang lebih penting nantinya sesuai tanggalnya. Terima kasih Viscountess. Silakan lakukan di sini saja, aku akan ke perpustakaan sendirian."
"Jangan, Tuan Putri. Izinkan dayang lain menemanimu," cegah Viscountess Taylor sebelum gadis itu melangkah keluar.
Namun Aggy menggeleng tegas. Dayang yang terkenal tegas sekalipun tidak akan bisa mengaturnya. Karena Aggy pada dasarnya pun tidak suka diatur dan tidak mau diatur oleh siapa pun. Jangan membuat Aggy menyesali keputusan telah mengakui identitasnya di depan Seoho hanya untuk hidup semakin terkekang.
"Baiklah, jika Anda tidak ingin ditemani, aku tidak akan memaksa. Tapi berhati-hatilah selama di jalan."
"Viscountess, aku mengenal istana ini dengan sangat baik. Aku tahu jalan mana yang tidak akan menarik perhatian. Jadi tidak perlu khawatir jika dianggap tidak becus mengerjakan tugas, karena aku tidak akan membiarkan ada yang berpikir hal itu tentangmu."
"Terima kasih, Tuan Putri. Anda sangat baik."
"Kalau begitu, aku permisi."
Aggy mulai melangkah meninggalkan istananya. Rasanya lebih lega begitu ia keluar dari suasana istananya dan telah menjauhi para dayangnya. Dari dulu Aggy memang tidak suka dikelilingi para pelayan atau dayang. Ia juga tidak suka harus berada di istana untuk mengurusi berbagai undangan ke acara yang membosankan. Rasanya ingin pergi keluar, namun tampaknya Aggy tidak akan bisa pergi keluar dengan gampang setelah diperkenalkan sebagai calon Putri Mahkota. Makanya, hanya perpustakaan menjadi tujuannya untuk menenangkan diri.
Gadis itu memasuki perpustakaan istana yang lebih mungil. Biasanya tidak banyak yang mengunjungi perpustakaan ini karena di sini tidak terlalu menawarkan banyak pilihan buku. Perpustakaan yang satu ini juga lebih ditujukan untuk rapat atau untuk minum teh di lantai teratasnya. Karena di perpustakaan ini, pemandangannya lebih indah dan desainnya memang diniatkan untuk berbeda dengan perpustakaan utama, yaitu untuk sebuah pertemuan atau rapat yang tidak formal.
Seperti perkiraan Aggy, tempat ini sepi. Hanya ada beberapa ksatria dan seorang penjaga perpustakaan saja. Mereka langsung membungkuk memberi hormat begitu mendapati Aggy yang datang. Tentunya tidak ketinggalan semua orang dalam istana pasti sudah mengenalinya sebagai calon Putri Mahkota sekarang.
"Apakah Anda ingin disiapkan teh sambil membaca, Tuan Putri?" tanya penjaga perpustakaan begitu menyambut kedatangan Aggy.
"Boleh juga. Aku akan langsung menunggu di atas kalau begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Hearts (ONEUS & ONEWE)
FanfictionLeandra Agathe Zephyros adalah nama dari putri bungsu Raja Zephyros. Seorang putri yang kehadirannya dilupakan lantaran Sang Raja telah memiliki terlalu banyak putri. Lagi pula kehadiran pangeran lebih penting daripada putri bukan? Daripada tinggal...