25. Penawaran Lainnya

326 51 5
                                    

"Putri Leandra, apakah kau sudah bangun?"

Suara itu tiba-tiba terdengar saat Aggy sedang menatap kosong di langit-langit penjaranya yang gelap. Ia berusaha bangkit lalu menatap ke sumber suara. Namun, masih kegelapan yang menyapanya. Tidak terlihat ada sosok yang baru saja bersuara tadi.

Apakah Aggy baru saja berhalusinasi dengan merasa mendengar sebuah suara? Ia rasa, ia nyaris gila karena sudah terlalu lama terkurung di sini, di ruangan gelap gulita yang sempit. Terutama, ia juga merasa nyaris gila dengan hal-hal yang baru ia ketahui beberapa hari yang lalu. Ingatannya tidak lantas kembali, tapi Aggy percaya hal itu memang terjadi dan Raja Durance pasti sedang mengakui dosanya kala itu.

"Putri Leandra, kau masih tidur?"

Suara bisikan itu kembali terdengar. Akhirnya Aggy beranjak meninggalkan kasurnya dan mendekati jeruji besi yang menghalanginya untuk pergi. Tangannya terulur, berusaha mencari sebuah sosok di tengah kegelapan. Dan ketemu. Ada kehadiran seseorang di depannya.

"Siapa di sana?" tanya Aggy pelan dengan suara parau.

"Ini aku, Juyeon," suara itu kembali terdengar, masih berbisik dengan nada lirih.

"Putra Mahkota?"

Aggy berusaha melihat sosok di depannya. Namun dengan minimnya penerangan, ia tidak bisa menggambarkan sosok di depannya. Walaupun ia sudah mengenali isi selnya, ia tetap tidak bisa melihat objek selain di sini. Tapi, jika mendengar suaranya, memang suara Juyeon.

"Benar, ini aku. Ada waktu sepuluh menit selama para penjaga tempat ini apel pagi, aku tahu betul jadwal mereka. Jadi, kita memiliki sepuluh menit untuk pergi dari sini mumpung tidak ada yang menjagamu. Kita harus bergegas pergi sebelum tertangkap oleh penjaga yang sedang berjalan kembali."

"Pergi?" ulang Aggy tidak mengerti.

"Benar. Pergi, kabur, atau apa pun itu yang kau sebutkan. Aku sudah mengetahui semuanya tentangmu, dan aku menyesal aku sudah terlalu mempercayai Ayah. Aku ingin menebus kesalahanku yang berniat membawamu ke mari, karena ternyata di sini kau tersiksa. Ayo kita pergi, Putri Leandra."

Aggy menggeleng cepat tapi ia menggenggam lengan Juyeon yang berhasil ia raih dengan erat. "Kau bisa dibunuh olehnya. Ia sudah gila, dan kau akan berada dalam bahaya jika melawan. Tidak perlu membantuku, Yang Mulia. Lagi pula, bagaimana jika aku pergi tapi seseorang dari Onufria ke mari? Usahanya akan sia-sia jika ia tidak menemukanku, benar?"

Juyeon pun berusaha menggenggam tangan Aggy yang dingin dengan erat. Gadis ini menderita, sangat menderita. Tapi ia masih memiliki kepercayaan yang tersisa untuk menunggu. Entah bagaimana hubungannya dengan para pangeran Onufria, tapi tampaknya hubungan mereka lebih dalam daripada yang terlihat di luar.

"Putri Leandra, aku mengerti kau ingin menunggu. Tapi cuaca semakin dingin. Tidak ada penerangan maupun kehangatan di sini. Kau bisa sakit dan sangat menderita. Ayo kita pergi. Semakin kau mengulur waktu, bahaya semakin mendekatimu. Pangeran pertama, kakakku, Sangyeon, telah menunggumu untuk membantumu pulang. Ia kuat, ia bisa menjagamu untuk pulang. Waktu kita semakin sedikit."

"Aku menghargai kebaikan hatimu. Tapi aku akan menunggu, Yang Mulia. Aku baik-baik saja, karena aku pernah mengalami sesuatu yang lebih buruk. Mungkin ini adalah kesempatan untuk merefleksikan segalanya. Selama ini aku telah hidup dengan menyedihkan. Dan aku pun sudah ditinggalkan oleh orang-orang yang mencintaiku. Mati pun aku tak takut, Yang Mulia."

Juyeon menghela napas lalu ia menyusupkan sebuah selimut tebal untuk Aggy. Ia sudah mati-matian mencari kunci sel Aggy dan telah membuat rencana matang-matang dengan para saudaranya untuk membantu Aggy. Namun gadis ini malah masih bersikeras untuk menunggu di saat ia bisa terluka kapan saja.

King of Hearts (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang