28. Lamaran

460 58 30
                                    

Aggy tidak tahu apa yang harus ia lakukan di saat seperti ini. Posisinya masih berlutut dengan kedua tangannya yang menusukkan belati. Kepalanya masih menjadi tujuan dari ayunan pedang Raja Durance. Kepalanya bisa putus kapan saja dengan Aggy yang sama sekali tidak bisa melihat celah untuk kabur. Walaupun berat, tapi sepertinya ini adalah akhir dari hidupnya. Tidak apa-apa, Aggy tidak terlalu takut maupun keberatan karena setidaknya ia mati bersama Raja Durance.

Tapi, di saat pedang itu terayun, Lagi-lagi Aggy diselamatkan. Sama seperti sebelumnya, CyA yang menyelamatkannya. Tadi lelaki itu segera menahan pedang yang terayun dengan pedangnya. Entah bagaimana caranya ia melakukannya, tapi ternyata, CyA dari tadi selalu mengambil langkah mendekat. Ia berada di titik buta Sang Raja, makanya pergerakannya sama sekali tidak ketahuan. Dan saat pedang akan diayunkan, ia bergegas berlari dan langsung menahannya.

Untungnya, usahanya berhasil. Jika tidak, CyA sama sekali tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi. CyA tidak mengerti mengapa Aggy suka sekali berada dalam bahaya. Rasanya lelaki itu marah sekali, tapi mengingat Aggy tetap selamat, CyA tidak bisa mengeluarkan amarahnya.

"Maaf," bisik CyA pada Aggy selanjutnya. "Aku tahu ini adalah petarunganmu, tapi aku tidak ingin kau terluka. Aku minta maaf sudah menginterupsi duel yang kau nantikan."

"Aku berterimakasih kau menolong di saat yang tepat."

Balasan Aggy membuat CyA tersenyum. Dan di saat mereka berbincang, ternyata Raja Durance akhirnya tumbang. Pendarahannya terlalu parah karena Aggy tepat menusuk jantungnya. Ia masih hidup, tapi tampaknya ia sudah tidak berdaya untuk bergerak kembali karena tubuhnya sedang berusaha untuk tetap membuatnya bertahan hidup.

"Tolong aku," suara paraunya terdengar.

Raja yang semula gagah, kini tampak berbeda sama sekali. Raja yang tadi berbicara dengan lantang, kini sudah tidak memiliki energi yang tersisa untuk melakukannya. Dan Raja yang dulunya tidak terkalahkan, kini sudah tidak berdaya lagi.

Aggy membuang pandangannya saat melihat Raja menjadi tidak berdaya. Ia sama sekali tidak berniat untuk membunuh, tapi ini semua berkaitan dengan hidup dan matinya, juga yang akhirnya berimbas dengan hidup dan mati kerajaannya. Di antaranya dan keluarganya, hanya Kerajaan Zephyros yang tersisa. Aggy hanya ingin melindungi yang seharusnya menjadi miliknya, dan terpaksa harus membunuh seseorang yang ingin merusak itu semua. Aggy hanya tidak ingin miliknya dikacaukan oleh seseorang yang telah menghancurkan hidupnya.

Selanjutnya Aggy sedikit melirik Juyeon untuk melihat reaksinya. Ekspresi lelaki itu terlihat murung, tapi ia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus dilakukan. Ambisi ayahnya tidak akan pernah berakhir kecuali dirinya pun berakhir seperti sekarang. Lagi pula, ini adalah balasan yang impas karena ayahnya telah membunuh banyak orang yang tidak bersalah.

Meskipun seorang ayah melakukan hal yang salah, tetap ada anak yang memandangnya dengan penuh kekaguman. Itu adalah sesuatu yang selalu dilakukan oleh Juyeon. Ia tidak pernah meragukan ayahnya sedikit pun, ia tidak pernah meragukan rencana ayahnya sedikit pun meski sebenarnya rencana itu berakibat buruk. Mungkin ini adalah balasan atas Raja Durance yang tidak memiliki belas kasih sama sekali.

Darah masih mengucur dari dada Raja Durance. Meskipun belati itu berkarat, belati itu tetap tajam karena setiap hari selalu diasah oleh Aggy selama berdiam diri di selnya. Setelahnya gadis itu melangkah mendekati Raja Durance yang saat ini sedang berlutut sambil berusaha mencabut belati yang tertancap di dadanya. Tapi sayangnya, belati yang dicabut malah membuat darah mengucur semakin deras. Raja Durance tahu akibat dari mencabut belati di dadanya, tapi ia tidak bisa menahan rasa sakit setiap bergerak karena belati itu.

Begitu sampai di depan Raja Durance yang berlutut memegangi dadanya dan berusaha menahan darah keluar dari tubuhnya, Aggy mengambil mahkota yang dipakai pria itu. "Malam ini, hanya mahkotamu yang diambil, Yang Mulia. Kau sudah memimpin terlalu lama dengan kekejaman. Kau telah memberikan kerugian bagi terlalu banyak orang. Kau membunuh ayahku secara tidak langsung dan membuat kerajaanku menderita. Kau juga membunuh mendiang Raja Onufria secara langsung dan membuat keadaan kacau karena kerajaan itu secara tiba-tiba kehilangan pemimpin. Mereka adalah pemimpin yang hebat, sehingga kehilangan mereka memberikan lubang yang besar. Aku yakin kau juga pemimpin yang hebat, tapi aku percaya Putra Mahkota akan memimpin lebih hebat darimu."

King of Hearts (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang