Lima Cewek, Satu Cowok

351 5 0
                                    

Hari ini hari libur. Beberapa anak sudah duduk bercengkerama di luar kamar. Meskipun belum terbiasa tinggal dengan para cewek penghuni kos, aku memberanikan diri untuk berinteraksi sosial dengan para penghuni kos, mengingat kita akan tinggal bersama dalam waktu yang cukup lama. Tentunya dengan menjaga sebisa mungkin batas antara laki dan perempuan. Aku tidak tahu apakah ada perbedaan dalam keseharian hidup mereka di sini sebelum dan sesudah aku tinggal di kos ini.

Kelima anak sedang sarapan pagi bersama di kursi yang berderet di sepanjang balkon depan kamar kos. Masing-masing membawa makanannya yang berbeda-beda. Cindy dengan salad di wadah kotak kecil, Nene dengan biskuit dan teh, Lita dengan semangkok bakso, Rina dengan semacam bento, dan Linda susu kotak rasa banana.

"Sarapan Fin," Lita menyapa.

"Iya, silakan," jawabku.

Menyadari kehadiranku, aku menangkap reaksi berbeda-beda dari mereka tentang aku sebagai penghuni baru satu-satunya cowok. Nene dan Rina tersenyum kepadaku bersamaan dengan Lita yang menyapa, tapi senyum Rina lebih elegan dan sopan, sedangkan senyum Nene lebar dan matanya menyempit. Cindy pura-pura sibuk dengan saladnya sambil menyembunyikan mukanya dari pandangan. Linda langsuntg mengambil hapenya dan sibuk dengannya, sedotan susu kotak tetap pada bibirnya.

"Mau biskuit?" Nene menawari basa-basi, aku menolaknya sungkan.

"Kalo bakso? Nih!" Lita menjejalkan garpunya menusuk bakso dan menodongkannya ke arah mulutku. Aku kembali menggeleng, tapi Lita terus saja menodongkannya. Matanya yang hitam mengkilat melebar mempersilakanku melahap bakso di ujung garpunya yang diacungkannya. Lita kemudian lebih mendekatkan lagi baksonya ke mulutku, aku dengan berat hati membuka mulutku terpaksa, karena tahu pasti garpunya bekas mulut Lita.

Saat aku membuka mulutku, Lita menarik baksonya lagi dengan cepat, meninggalkanku yang sedang menganga bodoh, "eits, tapi nggak jadi!" Dia langsung melahapnya sendiri. Dasar Lita kurang ajar, suka banget jailin orang. Nene tertawa kecil.

"Cindy, ada apa itu di hidungmu!" Lita tiba-tiba memanggil Cindy yang baru sadar kalau dia mendekatkan kotak saladnya terlalu dekat dengan wajahnya hingga krim mayones menempel di ujung hidungnya. Lita lalu menunjuk ke arah hidung Cindy dengan jari telunjuknya. Namun Cindy nggak paham.

"Ada apa?" Cindy mengangkat alis. Rina yang melihat krim mayones tertawa. Lita lalu mendekati Cindy, Lita bertumpu satu tangan lainnya ke lengan kursi Cindy, wajahnya mendekat, Lita lalu mencolek bersih mayones yang ada di ujung hidung Cindy dengan ujung jarinya .

"Aaa~" Lita menyuruhnya untuk membuka mulutnya, tapi Cindy menggeleng kepalanya. Akhirnya Lita memasukkan jarinya ke mulutnya dan menjilat bersih jarinya sendiri.

"Ih jorok," Linda nyeletuk. Nene cekikikan. Lalu tiba-tiba Rina yang membawa kotak bento di tangannya dengan randomnya mengambil karaage dengan sumpit, mencolekkannya ke saos dan dengan sengaja menempelkan saosnya ke hidungnya sendiri.

"Aduh! yaah kena hiduuung~"

Semua melihatnya. Entah siapa saja yang nyadar kalo Rina melakukannya dengan sengaja, berpikir kalo dia lagi mengejek Cindy. Suara ribut setelah itu bersahutan hingga tidak bisa didengarkan satu per satu.

Setelah senyum dengan puas melihat reaksi semua orang, dia lalu mencolek bersih hidungnya dengan telunjuknya. Tapi Lita tiba-tiba menyetopnya.

Lita menahan tangan Rina yang telunjuknya belepotan saos, kemudian menariknya ke mulutnya, mengulum jari Rina dan menjilat saosnya. Keduanya mendengus.

Mereka kelihatan semangat sekali. Apa karena ada aku? Atau sehari-hari mereka aneh begini?

Iseng, Nene mengambil botol saos dari bakso Lita, lalu mendatangi Linda hendak menempelkan saos ke hidungnya, Linda lalu mengelak, kabur sambil mengerang.

Melihat Linda yang kabur, Nene kemudian mencari target selanjutnya. Dia memutar pandangannya, lalu melihat aku, ujung bibirnya terangkat, matanya menyipit tajam.

"Hei Finno, sini dulu deh~, aku kasih sesuatu," Nene mendekatiku pelan-pelan.

Lita ikut-ikut beraksi, dia loncat dari tempat duduknya menghampiriku supaya aku tidak bisa kabur.

Rina berteriak mengomando mereka, Lita menghalauku supaya tidak bisa kabur, Nene mengangkat botol saosnya, mendekatkan ke wajahku, lalu ~ crott

Dia menekan botol saosnya tepat ke arah mukaku, tapi dia menekan terlalu keras hingga isi botolnya memenuhi mukaku sampai masuk ke mata, mataku terasa perih sekali. Argh~

Rina berteriak histeris, Linda terkejut lalu memutar kepalanya untuk melihat mukaku dari belakang, mulutnya menganga lebar, aku tidak bisa melihat dengan jelas, mataku terasa perih.

"OOhhhh!!! Fin, kamu gapapa? Itu botol saos sambal!"

Nene memasang muka bersalah. Cindy malah terkekeh sambil memangku kotak makannya, memukul-mukul pahanya. Linda terguling di lantai sambil memegangi perutnya. Rina terbelalak tidak percaya sambil menutupi mulutnya dengan tangannya.

Lita menggiringku ke kamar mandi untuk membasuhkan mukaku sambil berulang minta maaf ditemani Nene, membawa tisu di belakangku dan menyerahkannya pada Lita yang menyekakannya ke wajahku.

"Iseng banget sih, kalian," kata Rina. Cindy masih ngakak tiap liat wajahku yang menahan perih di mata.

Setelah itu mataku merah dan berair selama 20 menit

===

"Fino, maafin aku ya. Aku tadi nggak sengaja mencet botolnya kekencengan," Nene berulang kali meminta maaf merasa bersalah.

"Iya, nggak apa-apa kok."

"Bisa jadi cerita kocak nih buat masa depan kita," kata Lita menyembunyikan rasa bersalahnya.

"Cerita gimana? Cerita bahwa kita anak kos cewek tinggal sama cowok?" kata Cindy ketus.

"Sudah. Ambil aja hikmahnya. Lagian kan kita sudah bicara tentang hal ini sebelumnya," kata Rina. "Kamu kan juga akan mengambil keuntungan nanti."

Cindy diingatkan kembali, rasa sebal pertemuan pertama kalinya denganku kembali diredam.

"Keuntungan apa maksudnya?" aku masih tidak paham perkataan Rina barusan.

"Bukan... apa-apa," Rina mengelak. "Wah, kejadian tadi kocak ya."

Rina meminta dukungan mengalihkan pembicaraan kepada yang lain.

"Masa lalu sudah terlewat, tidak bisa diubah. Tapi masa depanlah yang harus diubah." kata Nene.

"Bravo!" Rina bertepuk tangan dengan cepat sambil mengangguk-angguk.

Nosaku: Cowok Penghuni Kos CewekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang