Kalau memang begitu kesepakatan mereka, aku harus menaatinya. Sebagai seorang cowok satu-satunya di kos cewek ini, aku harus menghargai kesepakatan mereka, bahwa tidak ada yang menjalin hubungan spesial denganku, toh aku juga dibolehkan tinggal di sini berkat kesepakatan itu. Aku akan menyampaikan kepada semua penghuni kos ini, bahwa aku tidak akan menjalin hubungan spesial dengan seluruh penghuni kos siapapun itu. Mereka juga akan aku minta untuk tidak menggodaku atau menyatakan perasaan seperti yang dilakukan beberapa penghuni di masa lalu. Menurutku, tidak ada salahnya. Aku pun tidak keberatan dengan kesepakatan mereka. Aku memang dari awal tidak ada pikiran untuk menjalin hubungan romansa dengan penghuni kos ini. Yaah, walaupun semuanya cakep sih.Aku mengumpulkan semua penghuni kos, Nene, Rina, Lita, Linda, dan Cindy. Semua berkumpul di ruang tengah. Aku memulai pembicaraan.
"Aku nggak mau keberadaanku di rumah ini menjadi sebab perpecahan pertemanan kalian, apalagi nantinya kalau kehidupan sehari-hari kita bakal jadi nggak nyaman. Kita kan tinggal bersama, ketemu tiap hari. Meskipun aku dan kalian semua nggak akan selamanya tinggal di rumah ini, seenggaknya mari kita clear kan masalah ini supaya kita sama-sama bisa nyaman selama tinggal di sini," kataku.
Kelimanya terdiam tertegun tak bersuara.
Mereka semua tanpa terkecuali memandang kosong ke bawah menundukkan wajahnya dengan ekspresi kaku.
Karena hubungan Linda dengan Lita memburuk, berdampak ke seluruh penghuni kos yang lain.
Aku sebenarnya tidak ingin membela Lita yang menyatakan duluan perasaannya dengan cara yang ekstrim itu, tapi juga tidak ingin menyalahkannya. Masa aku harus menyalahkan Lita yang sudah melanggar kesepakatan bersama mereka? Mungkin Lita tidak bisa memendam lagi perasaannya. Aku harus menolak semua cewek di awal tanpa kecuali dengan tegas. Toh itu sejalan dengan kesepakatan mereka.
"Begini saja, supaya adil, aku tidak akan pernah menerima semua perasaan kalian kepadaku tanpa terkecuali selama kita tinggal bersama di kos ini. Jadi kalian semua akan tertolak, Oke?" aku meyakinkan mereka supaya tidak timbul pertengkaran lagi.
Tetapi di luar perkiraan mereka semua tidak menunjukkan ekspresi yang terpuaskan, bahkan tidak setuju menentang hal tersebut.
"Nggak, nggak. Nggak bisa gitu," kata Nene panik. Semuanya serempak menggelengkan kepalanya.
"Jangan begitu dong," kata Rina.
"Kenapa? Menurutku itu yang paling baik buat kita semua," kataku.
"Tidak baik, tidak baik," kata Nene.
Mereka saling memandang, menkompromikan perasaan mereka masing-masing tanpa kata-kata.
Nene memberanikan diri untuk menyampaikan pertama hasil kompromi mereka, "begini, kita semua nggak bakal tau apa yang akan terjadi di masa depan, kan. Termasuk perasaan, perasaan itu bisa berubah-ubah. Jadi, percuma kamu melarang dirimu untuk menjalin hubungan dengan salah satu diantara kita. Bisa jadi nanti di masa depan ada yang berubah kan nggak ada yang tau."
"Bisa jadi kamu nanti suka dengan salah satu diantara kita," kata Lita.
"Diam kau! Wanita nakal," tukas Linda.
"Hei, hei, tenang," aku tak tahu bagaimana bisa menyelesaikan permasalahan ini. Perasaan wanita memang susah untuk dikendalikan.
Aku meneruskan, "Linda, maafkanlah Lita. Mungkin dia cuma terbawa suasana. Meskipun dia menyatakan perasaannya ke aku, aku tidak akan menerimanya. Kalian semua juga tidak akan aku terima. Jadi mulai sekarang jangan ada diantara kalian yang berharap menjalin hubungan denganku. Kalian juga jangan menggodaku dan menyatakan perasaan. Kalian sudah aku tolak di depan. Jadi kalian semua yang rukun lagi... Ya? Aku cuma berharap kita semua bisa rukun lagi. Tidak ada pertengkaran gara-gara aku."
Mereka semua nampak bingung, Nene dan Rina memandang Lita yang mengerutkan bibir bingung dengan pandangan bingung juga mengerutkan alis. Linda yang memperhatikan ke yang lain satu per satu tanpa terlewat. Cindy menganga, membuka mulutnya lebar-lebar.
Kenapa? Apa yang salah. Seharusnya mereka terima dengan keputusanku.
"Kenapa?" aku menanyakan reaksi yang tidak biasa mereka.
Apakah mereka suka padaku? Apakah mereka semua berencana untuk melanggar kesepakatan? Mereka sepertinya tidak setuju dengan usulanku.
Linda memberi isyarat untuk bisa berdiskusi diantara mereka sendiri tanpaku. Nene pun juga begitu.
"Tunggu dulu sebentar, Fino. Jangan ambil keputusan yang terlalu cepat seperti itu," kata Nene. "Kita bisa bicara lagi besok. Ini sudah malam."
"Iya, benar," Rina menambahkan. "Besok saja kita lanjut, sekarang kita kembali ke kamar masing-masing. Oke?"
Rina seakan memberi kode kepada keempat cewek lainnya untuk meninggalkan segera perkumpulan malam itu. Satu persatu beranjak dengan penuh pertimbangan, memikirkan sesuati di kepala mereka masing-masing.
Aku pun kembali ke kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
General Fiction(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...