Tidur Lita Ngelindur 🗿

169 3 0
                                    

Hari ini aku pulang sangat larut malam. Teman-temanku mengajakku merayakan ulang tahun salah satu teman sekelas dan memberikan kejutan tengah malam dipergantian hari ulang tahunnya.

Kupikir semua anak sudah tertidur di kamarnya masing-masing, eh, tapi pas aku naik tangga kos, semuanya pada begadang hingga tengah malam. Kecuali Lita. Dia sudah tertidur di atas sofa panjang ruang santai. Maklum besok tanggal merah. Begitu melihatku datang, Cindy yang duduk selonjoran di atas kursi panjang segera membetulkan posisi duduknya menjadi terlihat lebih anggun. Nene masih dengan cemilan kacang telornya, melempar senyum padaku.

"Malem banget baliknya, kukira nginep di mana gitu," Linda menyapaku di balik layar hapenya.

"Ada acara tadi," jawabku ringan.

"Udah mau bobo, Fin? Sini ngobrol bareng sama kita. Mau main Uno?"

Lagi-lagi entah itu basa-basi Si Linda atau bukan, mendengar tawaran Linda itu, Cindy yang duduk di samping Nene melirik Linda tanda protes tanpa suara. Sebetulnya mau aku tolak tapi Linda sudah terlanjur menarikku dan aku pun duduk di sebelahnya. Nene menawarkan kacang telornya padaku.

Beberapa saat aku menjadi pendengar pasif obrolan cewek-cewek sekaligus peserta permainan Uno yang nggak seru, Cindy yang sejak aku datang sudah menutup tirai sosialnya, tiba-tiba berdiri malas dari duduknya dan masuk ke kamarnya.

"Yah, Cin, mau kemana? Jangan tidur dulu, nggak jadi begadang sampai pagi nih," Rina mencoba menahan Cindy untuk tetap bersama, tapi Cindy tidak mengatakan sepatah katapun dan mengunci kamarnya.

"Yah, Cindy, nggak seru," kata Linda.

Melihat ekapresi jutek Cindy aku jadi berprasangka macam-macam.

"Apa dia lagi marah ke aku?" tanyaku penuh rasa tidak enak.

"Nggak, Cindy orangnya pemalu. Nggak usah dibawa hati," kata Nene.

"Atau dia nggak enak sama Fino gara-gara tragedi cd terbang? Atau yang di kamar mandi itu ya?" kata Linda.

"Sssh!" Rina menoleh melotot ke Linda yang membawa topik tabu itu. Mungkin dia khawatir nggak enak ke aku. Linda ceplas-ceplos banget, ngga peka apa ya. Tapi topik semacam itu yang justru sepertinya paling menarik buat dia.

Lita yang sedang tertidur tiba-tiba bergerak memutar tubuhnya, lalu dalam tidurnya dia berbicara, "mmwmhm aku juga!"

Linda tertawa kecil mendengar Lita berbicara dalam tidurnya.

"Juga apa, Ta?" Linda menanggapi Lita yang sedang ngelindur.

"Mmmhmwm... Aku juga suka Fino..."

Serempak semua yang masih terbangun melotot. Mereka semua saling melirik. Nene menutup mulutnya menahan tawa.

Linda kembali ngobrol sama orang tidur, "kenapa kamu suka Fino? Apa sih yang kamu suka dari Fino?"

Sudah! Cukup! Hentikan!

Untungnya Lita kembali tertidur dengan tenang. Tapi apakah orang ngelindur itu ngomong berdasarkan perasaan aslinya?

"Kalau aku suka sikapnya," tiba-tiba Rina menimpali.

"Aku juga!" Nene ikut menimpali.

"Ikut-ikut aja, kamu ih," ejek Rina.

"Nggak ikut-ikut aku itu, beneraan!" jawab Nene.

*****

"Lita... Lita, kamu mau tidur di sini atau pindah ke kamar?" Nene membangunkan Lita.

"Mmm... mnhnnywwmm... Eehehe, gawat deh pokoknya."

Malah ngelindur lagi. Sepertinya Lita tidak kuat melawan kantuknya. Dia tertidur lagi setelah mengigau. Nene kemudian beralih ke Rina yang juga sudah tertidur.

"Rina," Nene memanggil Rina sambil memegang lengannya, Rina terbangun dengan mata sayu. Dia lalu merenggangkan tubuhnya sambil menguap dan mengucek mata. Ketiga cewek lainnya sudah tertidur, nggak seperti Nene yang betah begadang dan Linda yang masih asik dengan hapenya.

"Yah, katanya mau begadang sampe pagi. Taunya pada tidur duluan. Fino mau kamu bangunin juga?" tanya Linda ke Nene setelah dia membangunkan Rina. Nene melihat aku yang sedang tertidur, lalu meringis sambil menggeleng ke Linda.

Linda yang penasaran mendekatiku yang sudah tertidur.

"Xixixixi, eh, iya loh, beneran!" kata Linda.

"Apa?" tanya Nene.

"Nih, di celananya ada sesuatu yang menonjol! Padahal dia lagi tidur loh," kata Linda kegirangan.

"Mana? Mana?" Rina yang masih ngantuk tiba-tiba penasaran juga.

Ketiganya memperhatikan celana trainingku yang menggunduk di selangkangan. Wajah Nene memerah malu. Di saat seperti ini wajar bagi cowok remaja mengalami fase-fase fisiologisnya. Tapi jam segini terlalu dini untuk morning glory.

"Kamu mau coba pegang?" tanya Linda penasaran.

"Ih, nggak! Kamu aja," jawab Rina.

"Beneran nih, aku aja?" tanya Linda.

"Kamu serius?" Nene menimpali.

"Serius? Kamu mau pegang?" Rina juga bertanya.

Linda mengangkat jari telunjuknya ke depan bibirnya.

"Dibuka dulu?" tanya Nene.

"Dibuka gimana?" tanya Rina.

"Ditarik ini dari sininya. Dikit aja, bisa keliatan apa nggak," Nene mengayun-ayunkan tangannya.

Linda mengendap-endap mendekatiku, berusaha untuk tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkanku. Dia membungkuk mendekat, Rina dan Nene menyaksikan dari samping. Linda menjulurkan jari telunjuknya mendekati gundukan dengan gerakan pelan, semakin dekat, tambah dekat, lalu ujung jarinya menyentuh celanaku tepat di ujung gundukan. Linda lalu menoleh ke Rina dan Nene, dia berbisik lambat, "k-e-r-a-s", sambil menyengir. Rima dan Nene ikut nyengir. Nene lalu menirukan gerakan menarik dengan ujung jari telunjuk dan jempolnya, menyuruh Linda menarik celanaku untuk mengintip. Linda menggeleng-gelengkan kepalanya nggak berani.

"Kamu aja!"

"Nggak mau..."

*****

Aku terbangun di atas sofa. Udara dingin pagi jam 5 terhalang oleh selimut tipis yang sudah diselimutkan di atas tubuhku. Gawat! Aku ketiduran, sejak kapan ya? Aku kok nggak sadar.

Nosaku: Cowok Penghuni Kos CewekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang