Clash

63 1 0
                                    

"Lita hape aku rusak," Linda menghampiri Lita.

"Rusak? Rusak apanya?" jawab Lita.

"Nggak bisa nyala."

"Kemarin kan masih bisa?!" Lita memeriksa handphone Linda yang tidak bisa menyala.

Linda menyilangkan tangannya kesal, "kamu harus ganti!"

Lita terkejut, "apa!?"

Nene dan Rina yang ada di situ juga merasa heran dengan permintaan Linda.

"Ganti?" Lita heran.

Pasti harga hape bisa menguras uang saku beberapa bulan.

"Kok gitu banget siih," Lita memelas dengan rasa bersalah campur iba. Memang sebelumnya hape Linda jatuh karena Lita menahan Linda menunjukkan sesuatu di hapenya kepadaku. Dan itu pun pasti nggak sengaja.

"Gamau tau!" Linda membentak Lita. Mereka berdua malah terlibat perseteruan. Apa sih yang membuat Linda sebegitu emosinya, sensi sama Lita, Apakah karena hape Linda adalah barang yang sangat penting dan menjadi barang kesayangannya sampai Linda berubah menjadi Linda yang tidak seperti biasanya. Uring-uringan ke Lita.

"Aku minta maaf deh, kemarin aku nggak sengaja, dan lagipula kemarin kan masih bisa nyala," kata Lita.

"Buktinya sekarang nggak bisa nyala!" bentak Linda.

Rina menenangkan mereka berdua, "sudah, sudah. Tenang dulu. Coba sini kita periksa hapenya."

Rina mengambil hape Linda dari tangannya. Dia memeriksa dengan teliti, mencoba memencet-mencet tombolnya, tetapi layarnya masih tidak menyala.

"Fino, kamu bisa tolongin ini, hapenya nggak nyala," Rina memanggilku.

Dia menyerahkan hapenya. Aku juga tekan-tekan tombolnya, memutar-mutar sambil memeriksa, tapi hape itu tetep tidak menyala.

"Dasar cewek murahan! Cewek hina!" kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulut Linda. Kita semua terkejut dengan hinaan Linda barusan. Selama ini tidak pernah anak kos terlibat pertengkaran walaupun kecil. Amarah Linda kepada Lita lebih dari sekedar merusak hape miliknya.

Lita mulai terpancing emosinya, ekspresinya berubah menjadi seram, matanya melotot.

"Apa sih maumu! Kalau mau aku ganti hape, IYA aku ganti, tapi caranya nggak gitu dong! Bisa bicara baik-baik." Lita dengan nada tinggi membentak Linda.

"Nggak! Nggak cuma itu!"

Aku, Rina, dan Nene tercekat, sedari tadi ingin melerai mereka berdua supaya tidak lebih memanas, tapi kini dengan perkataan Linda, bahkan Lita pun meminta penjelasan lanjutan.

"Aku sudah tahu apa yang kemarin kamu lakukan kepada Fino," kata Linda dengan menahan perasaan, bibirnya bergetar.

Lita berpikir sejenak mencerna perkataan Linda. Aku memandang Lita. Apa yang terjadi kemarin... Hah! Kemarin Lita mendatangiku. Lalu apakah itu artinya Linda melihat Lita dan aku berciuman? Apakah benar Linda memergoki Lita dan aku? Entah, aku terlalu syok dengan perbuatan Lita kemarin hingga tidak sempat memperhatikan sekitar.

Lita tidak kalah menahan rasa bersalahnya. Tapi dia sedikit mengelak, "memang ada apa kemarin?"

"Sudah jangan mengelak! Aku sudah tahu kamu datang ke kamar Fino"

"Itu nggak sengaja," Lita masih berusaha mengelak. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras.

"Lita?" Nene mendatangi Lita meminta penjelasan. Dia hadapkan wajahnya tepat di depan wajah Lita. Lita masih menggeleng-gelengkan kepalanya menepis semuanya. Wajahnya pucat.

"Apa yang kamu lakukan, Lita?" Rina menahan kepala Lita. Lita tetap saja bungkam.

Kemudian Rina beralih ke Linda. "Apa yang dia lakukan?" tanya Rina kepo.

Rina kini menuju ke arahku, "apa yang kemarin kalian lakukan?"

Aku bingung harus menjawab atau tidak. Aku bergantian memandang Lita dan Linda. Sepertinya hanya kita bertiga yang tahu kejadian kemarin. Apakah aku harus memeritahukan apa yang Lita lakukan kepadaku kemarin?

Lalu hape Linda yang sedari tadi kupegang tiba-tiba bergetar, lalu mengeluarkan bunyi. Aku melihatnya, hape itu menyala. Semua perhatian kini tertuju pada hape Linda yang kupegang. Saking tegangnya mungkin aku tekan semua tombolnya terus-terusan.

"Nah! I-ini bisa nyala." Aku menunjukkan layar hape yang menyala kepada mereka. "Hapemu, Lin..."

Aku menyerahkan hape Linda. Linda memeriksanya lagi. Mengusap-usap layarnya ke menu dan aplikasi yang sudah bisa diakses.

"Loh kok tiba-tiba bisa?" tanya Nene.

"Entahlah, dari tadi aku tekan terus tombolnya," jawabku asal.

"Eee, kalo gitu aku nggak jadi gantiin hapemu kan, Lin? Syukurlah kalo gitu, aku ke kamar dulu ya semua." Lita perlahan mundur meninggalkan 

"Kuberitahu ke kalian berdua," Linda menghadap Rina dan Nene yang berdiri berdekatan, "Lita sudah nembak Fino."

Rina dan Nene kompak membuka mulutnya lebar-lebar tak percaya.

Lita buru-buru kabur masuk ke kamarnya.

===

Aku di kamar masih berpikir dan merenung, apakah aku salah. Apa mereka cemburu? Apa Linda juga suka denganku? Apa Linda tidak terima dengan perbuatan Lita itu....

Tiba-tiba hapeku bergetar tanda ada WA masuk.

Dari Linda:
Sebenarnya sebelum kamu masuk ke kos ini, kita semua sudah membuat kesepakatan bersama kalau siapapun diantara kita tidak boleh menjalin asmara sama penghuni kos cowok yang baru. Jadi, mohon kamu mengerti.

Nosaku: Cowok Penghuni Kos CewekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang