Seperti biasa aku terbangun di pagi hari dan kandung kemih sudah harus dikosongkan. Tapi kamar mandi ada di luar kamar. Mungkin enak ya punya kamar kos yang kamar mandinya di dalam kamar. Masalahnya, seperti biasa, ada yang menonjol tapi tanpa disengaja tiap pagi. Dan aku ingin meminimalisir kecanggungan dengan penghuni kos yang semuanya cewek, nggak bakal ngerti perihal ginian.
Aku mendengarkan suara dari luar pintu dengan seksama, sekiranya nggak ada orang. Sepi.
Perlahan aku membuka pintu. Sambil menyembunyikan tonjolan yang belum bisa turun dengan sendirinya, aku keluar pintu, tapi di sudut yang tidak terprediksi, duduk Linda diselimuti kegelapan, wajahnya diterangi cahaya dari layar hapenya. Aku langsung membalikkan badanku menyembunyikan tonjolan dari pandangannya. Entah dia sempat melihat atau nggak, atau pura-pura nggak lihat. Aku berjalan membelakanginya, menuju ruang kamar mandi.
Aku masuk ruang kamar mandi, ternyata bilik wc terkunci. Sepertinya masih dipakai orang, padahal seperti nggak ada suara apapun, mungkin waktu pengintaianku kurang lama. Karena aku sudah kebelet banget, aku buang air di bilik shower aja deh. Daripada nunggu yang di wc selesai.
Pas aku masuk ke bilik shower dan menguncinya, lah kok ada baju, celana, dan daleman menggantung di gantungan di balik pintunya. Ini punya siapa, pakaian dalam khas cewek dengan warna kuning pastel, renda dan dipenuhi corak bunga pink.
Aku nggak tahan lagi, aku masuk ke bilik shower dan membuka celanaku. Agak susah mengendalikan buang air dengan kondisi masih tegak dan keras begini. Mancurnya nggak bisa ke bawah.
Di tengah mengosongkan kandung kemih, terdengar suara flush wc dan pintu bilik wc yang terbuka. Terdengar suara langkah seseorang mendekat. Pintu shower didorong tapi terkunci. Clek clek.
Aku harus cepat-cepat. Setelah selesai buang air dan menyiramnya, aku keluar dari bilik shower. Saat membuka pintu bilik shower, aku sangat terkejut, tepat di depan mata terlihat sosok Cindy dengan rambut basahnya hanya mengenakan sehelai handuk yang dililitkan ke tubuhnya, menunggu di depan pintu bilik shower, sepertinya dia kebelet pup pas lagi mandi, jadi dia hanya membalut tubuhnya dengan handuk seadanya terus mau lanjut mandi lagi kembali masuk ke bilik shower yang barusan kugunakan. Bentuk lekuk tubuhnya terlihat di balik handuk putih. Cindy sama-sama terkejut melihatku, tidak menyangka kalau ada lelaki yang melihat tubuhnya hanya terbalut sehelai handuk.
Cindy memekik nyaring sambil menutupi tubuhnya dengan tangan dan berbalik panik, lalu dia jongkok. Wajahnya memerah malu. Dia lalu loncat dan lari kembali ke bilik WC untuk bersembunyi dari pandanganku, tapi saat di mulut pintu dia malah kehilangan keseimbangan dan membentur daun pintu dengan suara yang keras. Bruk. Dia terpeleset dan jatuh telentang. Hampir konyol. Saat tubuhnya telentang, handuknya nyaris terbuka.
Linda yang mendengar suara teriakan dan dentuman keras Cindy yang menabrak pintu datang tergopoh-gopoh untuk melihat keadaan. Kepalanya nongol dari daun pintu yang dulu pernah aku rusak waktu Linda terkunci di ruang kamar mandi. Melihat situasi di dalam ruang kamar mandi, dia melihat Cindy yang terbaring setengah telanjang, aku yang berdiri di depan pintu bilik shower setengah ternganga. Aku dan Linda saling memandang. Ekspresinya masih tenang. Seolah memprediksi kejadian sepuluh detik yang sudah berlalu. Gimana dia bisa masih tenang ngeliat pemandangan seperti ini. Sesaat aku takjub padanya. Atau mungkin dia punya darah dingin, nggak seperti penghuni lainnya yang pasti sudah teriak-teriak.
Linda menyapu setiap sudut, tak terkecuali tonjolan yang belum bisa turun juga ikut tersapu pandangannya. Dia lalu melewatiku menghampiri Cindy. Dia jongkok di samping Cindy yang masih merintih kesakitan, memandang tubuhnya yang hampir terbuka. Lalu melirik tonjolan... Dia memegang ujung handuk Cindy, mencoba membukanya sedikit, memperlihatkan lebih banyak kulit putih yang mulus, lalu melirik lagi ke selangkanganku.
Cindy lalu bangkit berdiri, menarik handuknya dan membenarkannya menutupi badannya. Dia melihatku, dan memberi isyarat supaya aku pergi, dia mau masuk ke bilik shower yang aku berdiri di depannya. Aku lalu pergi dengan canggung.
Sorenya setelah berita kembali menyebar dari mulut Linda tentang kejadian tadi, Cindy berdalih kalau dia belum terbiasa dengan adanya penghuni kos laki, karena biasanya sesama perempuan bahkan berjalan di lorong setengah telanjang pun hal yang biasa. Cindy seorang pelupa juga bisa jadi sebab.
Entah dia tadi waktu terkejut melihat aku keluar dari bilik shower juga melihat tonjolan atau nggak, aku serahkan penilaiannya masing-masing
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
General Fiction(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...