Kotor sekali toliet ini. Memang di rumah ini tidak terlalu sering ada orang lain yang naik tangga menuju area kos selain penghuni kos sendiri. Tapi walaupun penghuni kos ini kebanyakan perempuan, (dan memang seharusnya diperuntukkan buat cewek sih : melihat diriku sendiri), toilet pun juga bisa kotor jika dipakai terus menerus tanpa dibersihkan. Lantai dan toiletnya sudah menguning tebal.
Aku mengambil sikat wc dan cairan pembersih dari lantai bawah. Aku membawanya ke atas untuk membersihkan toilet di atas yang sudah mulai kotor. Aku menuangkan cairan pembersih dan mulai menyikatnya.
Datanglah Cindy memasuki ruang kamar mandi. Menyadari keberadaanku yang sedang membersihkan toilet, Cindy berhenti mendadak.
"Mau pakai toilet ya?" tanyaku pada Cindy.
"I-Iya"
"Nih, pakai dulu aja" aku keluar dari bilik.
Cindy masuk ke toilet, lalu mengunci pintunya. Sesaat kemudian terdengar kasak kusuk lalu pancuran air yang nyaring ke dalam toilet. *krucuk krucuk
Menunggu lama, aku heran kenapa Cindy tidak keluar-keluar. Aku mau melanjutkan membersihkan toilet.
Selang beberapa lama, terdengar dentuman keras suara angin, *bruuut*. Lalu suara sesuatu jatuh ke toilet, *plung*. Tidak berhenti di situ, suara berlanjut, *brtptptp kryuuk, cplkcplk*.
Ampun dah, habis makan apa nih anak. Apa dia lagi sakit atau masuk angin? Apa aku keluar dulu aja ya. Lama aku menunggu, aku meletakkan sikat yang sedari tadi kupegang. Pelan-pelan aku meninggalkan ruang kamar mandi.
Tiba-tiba terdengar suara bergumam Cindy dari dalam bilik toilet.
"Fi-fin, bisa minta tolong ngga," kata Cindy lirih.
"Iya ada apa?" aku urung keluar dari ruang kamar mandi.
Aku mendekat ke pintu toilet. Suara Cindy terlalu kecil.
"Airnya nggak keluar, ini," kata Cindy menekan-nekan washlet. Dia tidak bisa membilas bagian privatnya.
Lah, tadi bisa kok, apa perasaanku aja. Oh ya, aku belum mengambil air sama sekali.
"Airnya nggak keluar?" tanyaku kembali.
"I-iya," kata Cindy panik menahan malu.
Apa air ledeng lagi mati... Aku mencoba menghidupkan keran di ruang shower dan ruang bathub. Semua keran masih normal menyala.
"Di sini bisa kok keluar airnya,"
"Tapi di sini nggak bisa,"
"Gimana ya.. Apa aku ambilkan tisu?"
Sesaat tidak ada jawaban dari Cindy.
"Sebentar ya aku carikan tisu."
"Air aja Fin. Aku butuh air"
Mendengar suara yang terjadi barusan, aku tersadar betapa butuhnya Cindy terhadap air.
"Oke aku ambilkan air. Ember mana ember"
Aku turun ke tempat pencucian mencari ember dan gayung. Aku naik ke atas lagi, mengambil air dari bilik shower dan mengisi embernya dengan air hingga penuh. Lalu aku mengangkatnya ke depan pintu bilik WC.
"Ini Cin, aku sudah ambilkan air di ember. Aku taruh di depan pintu wc ya."
Aku meninggalkan ember beserta gayungnya di depan pintu WC yang sedang dipakai Cindy. Biar dia sendiri yang mengambilnya, aku akan kembali ke kamarku untuk sementara.
"Fin, Fino!" Cindy memanggilku lagi dari dalam bilik WC.
"Iya, ada apa?"
"Emm... Bisa minta tolong angkatin embernya ke dalem?" kata Cindy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
General Fiction(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...