Aku merebahkan badanku di kasur sambil mengayal, apa yang diinginkan para penghuni kos ini terhadapku. Kenapa mereka setuju dengan adanya penghuni kos cowok masuk.
Sambil mencari jawaban yang samar di awal aku masuk ke sini, aku mulai membereskan kamarku yang sudah mulai berantakan.
Lita tiba-tiba muncul di daun pintu kamarku di tengah aku membereskan kamarku.
"Hai, sedang apa?"
"Beres-beres kamar aja sih," kataku.
"Ouwh," tanpa kata-kata lain, dia masuk ke kamarku.
"Mau bantu beres-beres?" tanyaku iseng
"Oh boleh, apa yang harus diberesin?"
"Semuanya... "
"Termasuk perasaanku" kata Lita.
"Apa?"
"Mhmm?" Lita mengangkat alis dan menipiskan bibirnya.
"Apa maksudnya perasaan?" tanyaku bingung.
"Perasaanku ke kamu"
"Perasaan apa?" aku mulai menegakkan tubuhku.
"Nah, itu dia. Aku juga nggak tau ini perasaan apa."
Lita mendekat kepadaku, dia mengambil tanganku dan meletakkannya ke depan dadanya.
"Andai kamu tahu apa yang aku rasakan ini."
Telapak tanganku terbuka menyentuh dada Lita. Tangan kanan Lita menggenggam pergelangan tanganku, sedangkan tangan kirinya berada di atas tangan kananku, menekankan dengan kuat ke dadanya sehingga detak jantungnya terasa di telapak tanganku.
"Li- Lita?"
Nafasnya mengembang naik turun, seperti tidak tertahan lagi, bibirnya berkedut. Jantungnya berdetak semakin kencang, dengan tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya. Secara reflek aku menghindar.
"Tu- Tunggu dulu, Lita"
Aku melompat mundur menjauhi Lita, meninggalkannya dengan ekspresi kecewa.
"Kita bicarakan dulu pelan-pelan. Oke."
"Maafkan aku."
Dia kecewa dengan diri sendiri. Menundukkan pandangan, tapi sekali lagi dia melihat kepadaku, lalu dia melancarkan serangan keduanya.
Lengannya terbuka untuk merangkulku sambil melompat ke depan, aku terlambat menghindar. Badannya dan badanku bertubrukan lumayan kencang hingga dadaku terdesak oleh dadanya, lengannya meremas tubuhku sesaat sebelum aku kehilangan keseimbangan, aku terjungkal ke belakang hingga membentur lantai dengan keras, sedangkan tubuh Lita mendapat bantalan dari tubuhku. Tubuhku rasanya tergencet dan terbentur, Bagian depan tergencet berat tubuh Lita, bagian belakang sakit membentur lantai.
Pening terbentur lantai, aku mencoba melihat Lita, dia masih memelukku erat. Dia berada di atas tubuhku, masih menempel memelukku. Wajahnya menempel di dadaku. Lalu dia mengangkat wajahnya, memandang wajahku. Aku melihat ekspresi kekesalan, kekhawatiran, dan penyesalan dua kali lipat dari sebelumnya. Dia mengangkat tubuhnya, bertumpu pada kedua lengannya. Dadanya tergantung, dan badan bagian bawahnya semakin menekan.
"Aku suka kamu."
Lita dengan cepat mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku menahan nafas.
Entah apa yang terjadi, tetapi setelah cukup lama, Lita bangkit lalu berlari ke luar meninggalkan diriku yang merasakan sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Yang pasti otakku beku, bibirku basah.
====
Setelah apa yang dilakukan oleh Lita kepadaku tadi siang, aku jadi merasa aneh waktu bertemu dengannya malam ini. Dari semua yang terlihat, tubuh Lita yang paling mencuri fokus pandangan dan pikiran adalah bibirnya. Terbayang lagi bagaimana lembut dan basah saat keduanya saling bertemu.
"Lita! Jangan lupa kalau habis pakai wc flushnya dipencet!" kata Linda sebal.
"Siapa? Bukan aku?" Lita mengelak.
"Sudah jangan bohong lagi, sudah ada buktinya."
"Apa buktinya?"
"Mau aku tunjukkan buktinya?" Linda mengancam dengan mengeluarkan handphonenya.
Lita mulai ragu-ragu tentang apa bukti yang dimaksud Linda.
Lita tidak punya kesempatan untuk menghindar lagi. Diperlihatkan sebuah video dia keluar dari wc, lalu dia masuk kamar, kemudian kamera menuju wc dan terlihatlah bekas jejak peninggalan Lita yang masih terlihat mengapung.
"Iya, iya, aku lupa."
Linda memandang sinis dengan mata menyipit ke arah Lita.
"Eh, Fin, lihat ini, hasil karya Lita belum disiram," Linda berjalan menuju ke arahku sambil mengacungkan handphonenya.
"TIDAAAK! JANGAN!" Lita dengan gesit memegang tangan Linda yang menyebabkan handphonenya jatuh. *Plak- klutuk*
"Aduh, padahal kan aku cuma bercanda" Linda panik terkejut mengambil kembali handphonenya dan memeriksa dengan teliti.
"Maaf, nggak ada yang rusak kan," Lita ikut memeriksanya.
"Nggak apa-apa kok," Linda juga sedikit merasa bersalah dengan bercanda kelewatan yang bisa membuat Lita malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
General Fiction(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...