"Huaaahh!"
Linda terlihat menggeliat saat keluar dari kamarnya, menarik kedua tangannya ke atas dan membusungkan dada. Mulutnya terbuka lebar, matanya berair.
Rok sepanjang lututnya melambai-lambai saat dia berjalan ke arah sofa, di sana sudah ada Nene yang sedang scrolling-scrolling hape.
"Haduh, panas juga di dalam kamar," kata Linda duduk persis di sebelah Nene, menempelkan pahanya ke paha Nene.
"Trus ngapain malah nempel-nempel ke aku," kata Nene risih dan memiringkan badannya menjauh dari Linda yang mencoba untuk menggelendot ke Nene.
"Apa aku beli kipas angin aja ya?" kata Linda meminta pendapat Nene.
"Kamu mau beli kipas angin, Lin?"
"Eemmmm...." Linda menimbang-nimbang, "Tapi sayang juga uangnya, lagian panasnya cuma waktu siang-siang gini, kalau malam justru dingin banget. Sampai aku nggak bisa tidur kalau nggak pake selimut."
"Iya, bener, makanya kalau tengah siang begini aku suka di luar sini, banyak angin sepoi-sepoi."
"Terus kenapa kamu malah pakai hoodie gitu, nggak gerah emang, kayak aku nih, pakai rok mini, angin bisa lebih bebas keluar masuk. Apalagi pakai celana dalam yang bolong-bolong."
"Ihhh, jorok!" Nene mengernyit jijik mendengar perkataan Linda.
"Bukan gitu... , maksudnya celana dalam yang bahannya tembus angin, gitu... " Linda buru-buru mengklarifikasi.
"Bahan apa?" tanya Nene penasaran.
"Mau tau?" Linda menyeringai nakal.
Nene mengangguk dengan ragu.
"Mau Liat?" Linda memegang ujung bawah roknya.
Nene mencondongkan badannya ke depan supaya bisa melihat dengan lebih jelas.
Perlahan Linda mengangkat ujung kain roknya, menyibak kulit paha yang mulus hingga terlihat oleh nene kain renda yang mengintip dari bawah rok Linda.
Entah keberadaanku yang seorang laki ini mungkin sudah tidak dianggap lagi, tidak dianggap eksis atau tidak dianggap sebagai laki-laki, aku yang sedang sibuk menjemur bajuku yang sudah kucuci dari tadi dan notabene masih berada di jangkauan pandangan maupun pendengaran mereka berdua. Mau lari bersembunyi dari pandangan mereka, tapi baju di keranjang pakaianku belum selesai kujemur semua. Untungnya sekarang Linda terhalang oleh tubuh Nene yang sedang asik memperhatikan celana dalam Linda.
"Wah! Bagus banget?! Itu bahannya apa namanya? Warnanya cantik banget." kata Nene tiba-tiba antusias.
"Ini sumpah adem banget kalau dipakai, jadi nggak cepet keringetan. apalagi kalau pakai rok gini, terus kena angin, WhUUSSS! Sejuk! Adem benged! Seperti pakai celana dalam yang terbuat dari es."
"Serius?" Nene menjadi semakin berminat.
Dapat skill sales darimana si Linda. Tapi trik salesnya tidak senonoh gitu.
Rina keluar dari kamarnya.
Sedikit terheran dengan keadaan Linda dan Nene yang sedang dalam posisi absurd, Rina berkata, "Hey! Ngapain kalian?"
Nene yang sedang memperhatikan Linda dengan rok terangkatnya sekarang menoleh ke arah Rina.
"Linda punya barang bagus, nih, Rin."
"Ngapain sampai begitu? Malu tuh sama Fino,"
Rina menunjuk ke arahku, aku pura-pura tidak dengar melanjutkan kegiatanku.
Nene dan Linda saling pandang, penuh rasa salah tingkah. Linda perlahan menurunkan kain roknya. Nene meringis kepada Linda, meminta pembenaran.
"Ah, nggak apa-apa kok. Fino aja sih. Nggak masalah, ya kan Ne," Linda bergaya tak ambil pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
General Fiction(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...