Hari pertama di rumah ini rasanya aneh, tidak biasa, gitu. Aku memandang aneh bercampur perasaan canggung dengan tempat asing yang kini akan menjadi tempat tinggalku ini, dengan para penghuninya yang sebelumnya aku tidak kenal dan tidak terbiasa tinggal bersama mereka, apalagi semua penghuni kos ini perempuan. Hanya aku sendiri yang laki-laki. Aku merebahkan diri di kasur menatap langit-langit dan tembok asing. Sudut ruangan yang asing...
Hari sudah malam, tapi aku tidak bisa beristirahat dengan nyaman karena belum terbiasa dengan suasana baru walaupun tubuh lumayan lelah dari perjananan jauh.
Tiba-tiba terdengar suara orang masuk rumah dan naik tangga. Pasti itu penghuni kos lainnya, terdengar dari suara rempong tas dan kresek bawaannya. Dia menaiki tangga dan berjalan melewati depan kamarku, setelah itu terdengar bunyi kunci pintu kamar sebelah dibuka dan dia masuk, meletakkan tasnya di lantai. Apakah tembok di rumah ini sebegitu tipis sampai aku bisa mendengar langkah kaki orang di luar.
Hmm, mungkin aku harus keluar dan memperkenalkan diri kepada orang-orang. Sambil berbaring merangkai kata yang bagus, selanjutnya ada suara pintu lain terbuka.
"Hai Ne,"
"Eh, Ta, kamar ini udah ada orangnya?"
"Kayaknya sih udah."
Yah, aku digosipin, dua orang anak di luar yang suaranya sama-sama berfrekuensi tinggi dan lembut. Kalau digosipin begini bikin jadi susah nyari timing buat keluar memperkenalan diri. Ya udah besok aja kalau ketemu baru kenalan.
Beberapa menit kemudian ada yang mengetok pintuku. Aku kaget, lalu bangkit dan membuka pintu. Ada dua cewek berdiri di depan pintuku. Yang satu berwajah bulat rambut diikat dua, dia memakai kaos berwarna merah, yang satunya lagi memakai kaos lengan pendek dan celana pendek warna blue jeans. Rambutnya panjang disisir ke samping, alisnya melengkung dan hidungnya tinggi.
"Hai kamu penghuni baru saudaranya Tante ya, kenalin aku Lita," cewek yang berkaos lengan pendek menyapaku. Dilihat dari stylenya, dia seperti tipikal orang yang supel dan bergengsi. Rambutnya yang rapi, badan yang proporsional, dan wajah yang bersih, seperti bersinar magic perawatan skincare mahal.
"Ah, iya benar, saya Fino", aku tersenyum ramah. Dia mengulurkan tangannya, aku lalu menjabatnya. Tangannya sangat halus dan putih.
Tapi dia kok bilang tante ya. "Maksudnya Tante, siapa ya- Bu kos?" aku meminta penjelasan.
"Iya bu kos. Kami semua di sini memanggilnya Tante Anglica. Kita udah dikasih tau kalo bakal ada penghuni kos baru, tapi cowok. Katanya itu keponakannya gitu. Nyantai aja. Kita-kita penghuni di sini orangnya baik-baik kok. Ya kan, Ne. Ini Nene." Dia menunjuk cewek di sebelahnya. Nene tersenyum hingga matanya menyipit seperti garis lengkungan tipis.
"Kamarnya pas di sebelah kamarmu. Kalau kamarku di sebelahnya lagi."
"Namaku Nene," memperkenalan diri, suaranya bagai marshmallow. Lembut banget, keluar dari dua bibirnya yang tipis. Jadi keinget seiyuu anime.
Mereka berdua sibuk memperhatikanku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sesekali melirik isi dalam kamar, sesekali seperti memikirkan sesuatu, mempertimbangkan sesuatu, entah itu cuma perasaanku saja. Tatapan mata di balik senyum mereka berdua seperti menembus jauh ke belakang jiwa. Lalu mereka berdua saling menatap satu sama lain lalu mengangkat alis dan saling menyikut sambil tersenyum.
"Emm, kamu ... suka apel atau pepaya?" tanya Lita disusul tawa Nene. Lita juga langsung melihat Nene yang tertawa sambil mendorongnya kecil.
Aku kebingungan, emang ini ya topik anak jaman sekarang buat ngobrol sama orang yang baru kenal. Topik yang aneh. Aku nggak paham.
"Emang kenapa?" tanyaku.
"Nggak papa, yaa cuma pengen tau preferensi orang aja."
Aku masih berpikir. Kalau apel kecil, pepaya besar kalau dilihat dari segi ukuran buahnya. Dari segi rasa, umumnya apel lebih crunchy. Pepaya lebih lembut.
Lama menunggu jawabanku, Lita berkata sambil berjinjit, "ukuran sepatumu berapa sih?"
Ngapain nanyain sepatu. "Empat empat, emang kenapa?" tanyaku canggung.
"Oh, enggak. Barangkali kamu ulang tahun mau kado sepatu..."
Keduanya asik sendiri. Aku meladeni mereka sekenanya hingga kira-kira tiga menit.
"Oke kalo gitu, semoga betah tinggal sama kita ya. Kalo ada apa-apa jangan sungkan minta apapun sama kami. Selamat malam, Fino."
Mereka berdua berbalik sambil saling merangkul lengan satu sama lain. Lalu berjalan sambil saling tarik, saling dorong. Mereka saling membisik-bisikkan sesuatu. Lalu ketawa-ketiwi.
Aku kembali masuk ke kamarku dan menutup pintu. Jadi cewek sebelah namanya Nene. Aku masih mendengar suara tertawa cekikikan di balik tembok. Cewek emang suka banget ya ngegosip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
General Fiction(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...