Di tengah hujan di malam hari itu, Rina yang baru pulang terhenti di depan pintu kamar mencari-cari sesuatu dari dalam tasnya.
Lama sekali Rina mencari hingga dia membongkar seluruh isi tasnya di lantai. Lalu dia membuka hapenya, berusaha menghubungi seseorang.
Aku mencoba keluar kamar menyapanya, "ada apa Rin?"
"Kunci kamarku hilang"
Jam sudah menunjukkan angka 11.30. Suasana sudah sunyi senyap. Tidak ada yang masih beraktifitas di larut malam begini.
"Ketinggalan di mana?" tanyaku.
Rina masih menempelkan hapenya ke telinga, berharap ada yang mengangkat, namun tidak ada yang mengangkatnya.
"Mungkin ketinggalan di kampus." Rina mencoba mengingat-ingat. "Sepertinya di kantor kesekretariatan"
Semenjak Rina ikut keorganisasian kampus, dia jadi kenal sama yang namanya pulang malam.
"Temenku yang bawa kunci sekretariat pasti sudah pulang, Tante Angelica keluar kota, mana sudah jam segini..." wajah Rina putus asa tanpa harapan. Terlihat kantuknya tak tertahan segera ingin merebahkan diri di atas kasur.
Rina menuju kursi panjang, lalu menelungkupkan badannya.
Tidak lama, mata sayunya mulai perlahan terpejam.
"Kok tidur di luar, dingin loh." aku mengkhawatirkan tubuh kecilnya diselimuti hawa dingin udara malam di luar.
Rina setengah membuka matanya berkata pasrah, "besok aja deh kuncinya diambil"
Suara Rina melemah hingga kehilangan kesadaran. Rasa kantuknya sudah tidak terbendung lagi.
Aku merasa tidak tega melihat tubuh mungilnya meringkuk di atas sofa, berselimut dingin hawa udara malam. Kuambil selimutku sendiri di kamar, lalu aku mencoba untuk menyelimutkan selimutku ke Rina yang sedang terkantuk-kantuk.
Rina terbangun saat selimutku menyentuh kulitnya. Dia lalu tersenyum melihat kebaikanku ini, hehe.
Dia menutupkan selimutku ke seluruh badannya. Dia tarik selimutnya sampai ke leher, menghangatkan badan. Kepalanya bergerak-gerak menemukan cozy spot di atas empuknya sofa.
Tapi, aku sendiri tidak tega membiarkan Rina tidur di luar seperti ini. Meskipun dia sudah terselimuti, udara dingin luar sangat menusuk dan sofa terlihat tidak terlalu nyaman untuk ukuran seorang gadis, terlihat dari Rina yang sering mengubah posisi berbaringnya mencari posisi yang nyaman. Seakan sewaktu-waktu dia akan jatuh terguling dari sofa.
Akhirnya aku mencoba merelakan kasurku untuk semalam. Aku membangunkan Rina.
"Rin," panggilku pelan.
Rina perlahan membuka matanya berat.
"Kalau mau, kamu tidur di kamarku dulu aja sementara,"
Belum selesai aku menutup kalimatku, Rina memelototkan matanya, tapi langsung aku sambung.
"Biar aku aja yang tidur di luar, supaya kamu nggak kedinginan tidur di luar gini"
Rina memejamkan mata beratnya lagi, Dia menarik ujung bibirnya melebar, menggeliat melawan kantuk. Tapi setelah itu dia tidak bergeming lagi. Mungkin kantuknya terlalu menguasainya.
Ya sudah, mungkin dia menolak. Akhirnya aku meninggalkannya. Sebelum aku masuk ke kamarku, Rina memanggil.
"Fin"
Aku menoleh, kembali mendekati Rina. Matanya masih terpejam. Aku tau kalau dia masih belum tidur.
"Angkatin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nosaku: Cowok Penghuni Kos Cewek
General Fiction(13+) Aku menjadi satu-satunya anak kos cowok yang tinggal di rumah kos khusus cewek milik tanteku yang kebetulan berada di kota kampus tempat aku kuliah, sehingga aku menjadi satu-satunya penghuni kos cowok yang tinggal di tempat kos khusus cewek i...