Hujan-hujan Bareng-bareng

212 3 0
                                    

Malam itu mendung

Semua anak-anak sedang duduk-duduk santai di teras. Jamnya juga tanggung terhadap kondisi perut yang butuh diisi.

"Pengen bakso" Rina tiba-tiba bergumam.

"Aku juga!" sahut Lita.

"Hmm, boleh juga tuh," kata Nene nimbrung.

"Yuk, cus!" ajak Lita.

"Yukk!" Rina menjawab.

Dengan sekejap ketiganya bersiap untuk keluar mencari makan di warung bakso langganan mereka dekat persimpangan jalan, masing-masing mengambil dompet di kamarnya lalu mengunci pintu kamar masing-masing.

"Cindy nggak ikut?" tanya Nene ke Cindy yang masih berkutat dengan laptopnya.

"Hmm, gimana ya..." jawab Cindy tidak pasti.

"Aku nitip satu porsi, saosnya dipisah, trus- " sahut Linda yang duduk di sebelah Cindy. Belum selesai bicara, Lita langsung memotong.

"Nggaaak nggak ada nitip, kalo mau, beli sendiri," kata Lita kejam.

"Ih, pelit," Linda sebel.

"Ayolah, ikut aja," ajak Nene.

"Bolehlah," Cindy menutup laptopnya lalu bangkit.

"Aku ikut juga deh," Linda menyusul.

Akhirnya semua cewek kompak pada ikut keluar.

"Fino, mau ikut juga?" Nene bertanya padaku.

Semua anak menatapku menunggu jawabanku. Apakah ini pertanyaan basa basi saja, masa aku nyempil cowok sendirian diantara rombongan cewek. Aku bingung mau ngasih jawaban, padahal sebenernya aku juga laper sih.

"Udah ayo ikut aja, nggak papa. Ikut bareng sama kita cari bakso. Sekali-sekali jadi bodyguard kita berlima." Lita mengajakku juga.

"Iya. Bodyguard cewek-cewek cantik," kata Nene mengibaskan rambutnya.

Karena semua mengajak, akhirnya aku iyakan ajakan mereka. Sebenarnya agak canggung juga. Aku berjalan agak jauh di belakang dari rombongan. Sepanjang berjalan, mereka seru bergosip ria.

Kami memesan mangkuk kami masing-masing, setelah mengantri menunggu tempat duduk karena tempatnya cukup kecil untuk kami berenam. Akhirnya kita bisa makan di satu meja setelah pembeli lainnya selesai.

Angin berhembus kencang, membawa hawa dingin yang lembab. Tiba-tiba hujan deras turun. Memang enak makan bakso dengan kuah panas pas hujan gini. Tapi, setelah lama selesai menghabiskan isi mangkuk kita masing-masing, hujan deras tidak memperlihatkan tanda-tanda mereda di waktu yang singkat.

"Aduh, hujannya lama nih, udah jam sembilan." Cindy menggerutu melihat jam di hapenya. Mungkin khawatir tugas di laptopnya tadi tadi belum selesai.

"Lamaaa-" Lita mengusir bosan. Dia mendongakkan kepala, membuka mulutnya.

Air hujan mengalir deras di jalanan.

"Lari aja yuk!" kata Linda mengusulkan. Tangannya menyisir rambut sepanjang bahunya.

Yang lain kelihatan bimbang, tapi akhirnya setuju. Mereka mengumpulkan hape dan membungkusnya di satu kantong plastik dan menitipkannya padaku.

"Jaga hape kita, jangan sampai rusak kena air. Kita mau hujan-hujan malem-malem nih. Biarin, sakit sakit deh," kata Cindy menggulung celana dan lengan baju kuningnya.

"Kalo sampe rusak, Fino harus ganti sama yang lebih baru," kata Rina dan disetujui lainnya.

"Nanti kita mandi air anget bareng lagi yuk," kata Nene, semuanya juga sorak menyetujui.

Nosaku: Cowok Penghuni Kos CewekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang