32

33 5 0
                                    

Zach POV

"Zach, ayo bangun. Nanti kita ketinggalan breakfast." Corbyn membangunkanku.

Tadi malam kami sampai di Manchester. Selama diperjalanan, kami tertidur pulas. Setelah pesawat kami mendarat, kami langsung pergi ke hotel untuk melanjutkan istirahat.

"Ah, terserah deh. Gua udah laper, gua turun duluan ya." Ucap Corbyn menyerah.

Aku membuka ponselku untuk memantau pencarian Fiona dari para limelight. Hasilnya masih sama, nihil. Pergi kemana wanita itu? Mengapa ia seolah-olah menghilang dan tidak ada yang bisa menemukannya.

Tok tok tok

"Ya, masuk." Teriakku.

Daniel masuk bersama pelayan hotel yang membawa setroli makanan.

"Daniel, lu ngapain?" Tanyaku.

"Lu harus sarapan. Nanti sore kita harus check sound. Gua gamau lu sakit." Jawab Daniel.

"Terdengar sangat gay. But, thank's." Balasku.

Daniel memberi tips kepada pelayan hotel itu, kemudian si pelayan pergi keluar. Aku mengambil sup yang ada di atas nampan kemudian memakannya.

"Zach, tadi gua nelpon Anna. Sekalian gua tanya tentang kabar Fiona. Anna minta kita buat berenti nyari Fiona demi kebahagiaan Fio." Ucap Daniel membuka percakapan diantara kami.

Aku menaruh sendokku.

"Why? Kenapa kita harus berenti? Apa Fio tau kita nyari dia?" Jawabku.

"Sampai sekarang Fio gatau apa-apa tentang pencarian kita. Tapi Anna bilang, Fio udah bahagia dengan hidupnya yang sekarang." Balas Daniel.

Apa benar kehidupan Fio sekarang jauh lebih bahagia? Atau mungkin Fio sudah mendapatkan penggantiku? No, tidak boleh ada orang yang menggantikanku. Sebut saja aku egois karna tidak ingin melihat Fio bahagia dengan lelaki lain selain aku.

"Gua ga akan berenti cari Fio." Jawabku.

"Okay, kalau itu keputusan lu." Balas Daniel.

"You still love her?" Tanyaku pada Daniel.

"Ya, i always love her." Jawabnya.

"Gua masih inget, hari pertama gua ketemu Fio di Cafetaria kampus. Dia cantik, ramah, manis, she is perfect. Dia dukung gua di bidang seni. Beberapa hari setelah itu, gua tau kalau lu juga suka sama dia. Secara ga langsung, gua bersaing sama sahabat gua sendiri. Tapi gua mau bersaing secara sehat. Dan akhirnya lu yang menang. Jadi gua pendam lagi perasaan itu, dan gua mencintai Fio dalam diam selama bertaun-taun. Kejadian di club waktu itu, bikin gua yakin kalau gua bisa mencintai dia lebih baik dari lu. Gua berusaha dapetin dia lagi. Dan akhirnya dia tetep balik lagi sama lu. Dari situ gua yakin kalau cinta dia cuma untuk lu, Zach." Ucap Daniel.

Aku sedikit terkejut mendengar kejujuran Daniel. Ya, lebih tepatnya sangat tidak menyangka.

Daniel POV

"Malam waktu gua dijebak Emily di Singapore Flyer sama Fiona, gua jujur tentang perasaan gua ke dia. Dia tolak gua Zach."

Flashback on

"Fio." Panggilku.

Fiona menyahutiku dengan menengok.

"Gua mau jujur sama lu." Ucapku.

Kurasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan cintaku.

"Ada apa Daniel? Kenapa serius banget sih? Gua jadi takut." Balasnya.

"Sebenernya selama ini gua suka sama lu." Ucapku sedikit pelan.

Fiona tampak sangat terkejut saat mendengar ucapanku tadi. Bahkan ia sampai mundur satu langkah

"Why?" Tanyanya.

"I dont know. Gua suka sama lu dari pertama kali kita ketemu di Cafetaria kampus. Taunya Zach juga suka sama lu. Jadi sampai sekarang gua pendam perasaan gua." Jawabku.

"Sorry. Tapi gua sayang banget sama Zach." Balasnya.

"Tenang aja, gua ga akan rebut lu dari Zach. Gua cuma mau ungkapin perasaan gua aja." Ucapku menenangkannya sembari mengelus puncak kepalanya.

Flashback off

"Dia tolak gua dengan alasan dia sayang banget sama lu. Saat itu gua sadar, gua yang harus mundur dari 'perlombaan' ini. Jadi gua cium kening dia untuk yang terakhir kalinya. Di saat yang ga tepat, lu mergokin gua dan Fiona. Lu bener-bener hindarin Fio dan itu bikin Fio tertekan. Ngeliat dia nangis di pinggir jalan, bikin gua ngerasa sangat bersalah. Karna sumber masalah kalian itu gua. Gua bener-bener minta maaf sama lu dan Fiona." Jelasku menceritakan semuanya.

Ku rasa Zach harus tau kebenarannya.

"I'm sorry." Ucap Zach memelukku.

"It's okay, Zach. Sekarang lu udah tau semuanya." Jawabku sembari menepuk punggungnya.

Sepertinya Zach menangis dipelukanku. Kami terlihat seperti sepasang gay betulan.

"It's okay, Zach. Tapi lu janji sama gua, lu harus jaga Fiona. Jangan buat dia nangis lagi. Gua iklasin Fiona untuk lu. Gua akan bantuin lu cari Fiona kemanapun." Ucapku menitihkan air mata.

Aku selalu meletakkan kebahagiaan Fiona diatas kebahagiaanku. Dan kebahagiaan Fiona adalah Zach. Aku akan melepaskan wanita yang ku cintai selama ini. Walaupun jauh dilubuk hatiku, aku sangat mencintainya.

"Thank you. I promise you, Daniel." Jawab Zach.

Terdengar suara pintu terbuka.

"Umm, what the hell?" Ya, itu suara Corbyn.

Aku dan Zach melepaskan pelukan kami dan kembali ke posisi masing-masing. Awkward.

"Corbyn, kita bisa jelasin semuanya." Ucapku.

Kami semua tertawa akibat kecanggungan ini. Aku melihat Zach yang juga tertawa. Rasanya senang melihat ia bisa kembali tertawa.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang