26

28 5 0
                                    

Fiona POV

"Fiona, ini ada undangan buat lu. Ada di depan pintu tadi." Ujar Christina memberiku undangan.

Undangan apa ini? Aku membaca undangan tersebut.

To : Fiona

Malam ini, kita dinner di Singapore Flyer, jam 8 malam. Kutunggu kau disana. ♡

-your lover-

Kurasa ini undangan dari Zach.

"Christina, lu bawa dress ga?" Tanyaku pada Christina.

Ini sangat mendadak. Aku tidak membawa dress sama sekali.

"Bawa, lu mau kemana?" Tanya Christina.

"Dinner sama Zach di Singapore Flyer." Jawabku.

"So sweet. Dressnya ada di koper gua, nanti lu ambil aja." Balasnya.

Aku melihat jam, sudah jam 6. Aku langsung mandi dan bersiap-siap. Sepertinya aku akan terlambat. Semoga saja jalanan tidak macet. Aku mengahabiskan waktu 1 jam untuk bersiap-siap.

"Christina, gua pergi dulu ya. Byee." Pamitku pada Christina.

Aku menyetop taksi di depan hotel dan langsung pergi ke Singapore Flyer. Jalanan sedikit macet, untungnya aku sampai disana tepat waktu. Aku mencari batang hidung Zach. Namun aku tidak menemukannya.

"Mrs.Fiona?" Tanya seorang perempuan yang kuduga seorang pegawai disini.

"Ya." Sahutku.

"Mrs.Fiona sudah ditunggu disana." Ucap pegawai ini mengantarku masuk ke dalam bianglala besar ini.

"Silahkan masuk." Ujar pegawai itu.

Aku masuk dan melihat seorang lelaki berdiri membelakangiku. Pegawai itu menutup pintu bianglala yang kami naiki. Ternyata benar, ia sudah menunggu disini.

"Zach." Panggilku.

Aku terkejut setelah melihat siapa yang menengok.

"Daniel?" Teriakku.

"Fiona?" Balasnya.

Ya, sepertinya kami sama-sama kaget.

"Lu yang ngundang gua kesini?" Tanya Daniel.

"Gua kira Zach yang ngundang gua kesini." Jawabku.

"Jangan bilang ada yang menjebak kita." Kata Daniel membuatku takut.

Sayangnya bianglala sudah mulai berputar. Dan kami sudah setengah naik. Daniel duduk dikursi yang sudah disediakan. Aku melihat meja yang sudah penuh dengan makanan. Daniel memakan makanan yang sudah disediakan.

"Daniel, lu yakin makanan ini aman? Kalau ada racun dimakanannya gimana." Tanyaku.

"Paling keracunan. Sialnya paling kita mati." Jawab Daniel santai.

"Gua belum mau mati." Sahutku.

"Tapi makanannya enak kok." Balas Daniel.

Aku duduk di hadapan Daniel. Semua makanan ini memang terlihat enak. Tapi aku tidak mau mati konyol karna keracunan.

"Lu yakin gamau makan? Kita bakal kejebak disini 2 jam loh." Ucap Daniel.

Benar juga, tidak mungkin aku menahan lapar sampai jam 10. No! Fiona, jangan mati konyol.

"Ini coba dulu. Pasti aman kok." Ujar Daniel menyodorkan sendoknya kepadaku.

Daniel menyuapkan makanannya ke mulutku. Ya, rasanya memang sangat enak.

"Udah makan aja." Kata Daniel mengomporiku.

Akhirnya aku menyantap semua makanan yang ada di meja. Lagian aku sudah terlanjur disuapi Daniel. Semoga saja tidak beracun.

"Kira-kira siapa ya yang jebak kita disini?" Tanyaku membuka pembicaraan.

"Gatau, aneh banget. Semoga kita ga ketangkep paparazi." Balas Daniel.

"Atau ini rencana lu biar bisa dinner sama gua?" Godaku.

"No, yang ada gua ditonjok lagi sama Zach." Jawabnya.

Daniel POV

Kami menghabiskan semua makanan yang disajikan. Waktu kami masih tersisa setengah jam. Ada rasa senang saat aku terjebak bersama Fio disini. Satu sisi aku penasaran siapa orang yang berani menjebak kami. Aku takut ada orang yang sengaja ingin menghancurkan kami.

"Fiona, coba gua liat undangan lu." Kataku.

Ia memberikan undangannya. Tidak ada petunjuk sama sekali siapa orang yang menjebak kami. Aku mengembalikan undangannya kepada Fio. Aku berdiri dan melihat pemandangan yang indah dari atas sini. Fiona berdiri disebelahku dan ikut melihat pemandangan.

"Bagus banget ya. Padahal itu semua cuma lampu." Ucapnya.

Entah mengapa tiba-tiba jantungku berdebar cepat.

"Fio." Panggilku.

Fiona menyahutiku dengan menengok.

"Gua mau jujur sama lu." Ucapku.

Kurasa ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan cintaku.

"Ada apa Daniel? Kenapa serius banget sih? Gua jadi takut." Balasnya.

"Sebenernya selama ini gua suka sama lu." Ucapku sedikit pelan.

Fiona tampak sangat terkejut saat mendengar ucapanku tadi. Bahkan ia sampai mundur satu langkah.

"Why?" Tanyanya.

"I dont know. Gua suka sama lu dari pertama kali kita ketemu di Cafetaria kampus. Taunya Zach juga suka sama lu. Jadi sampai sekarang gua pendam perasaan gua." Jawabku.

"Sorry. Tapi gua sayang banget sama Zach." Balasnya.

"Tenang aja, gua ga akan rebut lu dari Zach. Gua cuma mau ungkapin perasaan gua aja." Ucapku menenangkannya sembari mengelus puncak kepalanya.

Aku tahu, ia pasti sangat kaget mendengar ini. Aku takut ia menjauhiku setelah mendengar kenyataannya.

"Sorry." Ucapnya pelan.

Aku memeluk Fio dan mengelus-elus punggungnya. Ia menangis. Aku sedikit panik. Mungkin ia merasa tidak enak padaku.

"I'm okay, Fi. Gua cuma mau lu tau perasaan gua aja." Ucapku menenangkannya.

"Jangan nangis ya." Aku mencium kening Fiona.

Entah apa motivasiku untuk menciumnya. Badanku seperti bergerak sendiri. Pintu cabin kami terbuka dan aku melepaskan ciumanku dari keningnya.

"Nice!" Ucap seseorang dari luar.

Orang itu adalah Zach.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang