Daniel POV
Mataku sangat berat dan badanku tak ingin bangun dari tempat tidur. Sayangnya kami harus ke bandara dan pergi ke benua Asia untuk menyelesaikan Tour kami. Ya, benua Asia adalah benua terakhir yang akan kami datangi. Aku sudah tidak sabar mengakhiri Tour ini. Sebenarnya Tour ini sangat menyenangkan, namun saat ini kami rindu rumah.
"Daniel, ayo siap-siap. Jam 10 kita harus ke bandara." Ucap Jack mengingatkanku.
Aku hanya mengangguk dan masuk ke kamar mandi. Kira-kira aku hanya menghabiskan 5 menit dikamar mandi, kemudian aku keluar dan mengemasi barang-barangku. Sembari mengemasi barang, aku teringat dengan kata-kata Emily tadi malam. Sesuatu yang besar? Apa yang besar? Aku tidak mengerti maksud Emily. Semoga saja ia tidak melakukan hal-hal aneh lagi.
"Daniel, ayo turun lu lama banget sih." Ajak Jack.
Aku menarik koperku dan masuk ke lift. Saat tiba di lobby, aku melihat Zach dan Fiona sedang bercanda tawa. Bahkan Fiona bersandar di bahu Zach. Mau tak mau aku harus berpura-pura tegar. Padahal hatiku sangat hancur. Fiona terlihat bahagia dengan Zach. Dari cara Fiona menatap Zachpun sudah terlihat jelas, ia sangat mencintai Zach.
"Daniel." Panggil Fio.
Aku menengok ke arahnya.
"Makasih ya, lu udah jagain gua selama disini." Ucapnya.
"Ya, emang udah seharusnya." Jawabku mengangguk.
"Tapi sekarang udah ada Zach yang bisa jaga lu lagi." Tambahku sembari melemparkan senyumku.
Fiona mengangguk. Lebih baik aku pergi saja. Dari pada aku disini berlama-lama, yang ada hatiku semakin sakit. Aku duduk disebelah Jonah dan memejamkan mataku.
"Semalem lu pergi kemana?" Tanya Jonah.
"Ke bar. Gua cuma minum sebentar abis itu pulang." Jawabku.
"Guys, ayo masuk ke mobil." Teriak Robert.
Aku berdiri dan membawa barang-barangku. Baru aku berjalan satu langkah, Emily memanggilku.
"Daniel!" Panggilnya.
Aku menengok dan memberikan tatapan "what?".
"Nothing." Jawabnya menghampiriku.
Aku memutar mataku dan kembali jalan. Begitu juga dengan Emily. Kami berjalan beriringan masuk ke mobil. Aku masih ingat ucapan Emily tadi malam dan itu membuatku sangat penasaran. Mumpung kami berjalan dipaling belakang, lebih baik aku menanyakannya.
"Emily, sesuatu yang besar itu apa?" Tanyaku.
"Lu ga sabar ya nunggu 'sesuatu yang besar'?" Jawabnya.
"Gua ga ngerti apa maksud lu." Balasku bingung.
"Tunggu aja, sebentar lagi." Jawabnya berjalan mendahuluiku.
Emily memang freak.
Zach POV
Aku meminta Christina membujuk Fiona untuk ikut Tour ke Asia bersama kami. Sebelumnya ia bersih keras ingin pulang ke Amerika, untungnya Christina berhasil membujuk Fiona. Kami mendarat di Singapura dan sekarang kami sedang menunggu koper. Seperti biasa, bandara sudah di padati oleh penggemar kami. Aku harus melindungi Fiona dengan ekstra.
"Babe, nanti jangan jauh-jauh dari aku ya." Ucapku mengingatkan Fio.
Ia mengangguk dan mengambil koper kami. Beberapa security sudah mulai membuka jalan untuk kami lewat. Mobil kami sudah menunggu dilobby, kami mulai berjalan keluar melewati kerumunan. Aku menggenggam tangan Fiona dengan erat. Tiba-tiba salah satu paparazi lolos dari pengamanan security berlari ke arah kami dan mulai memotret kami. Dengan gerakan refleks, aku menutupi kamera yang mengarah ke Fiona. Namun paparazi itu memberikan perlawanan. Ia menarik tangan Fiona dengan kasar. Sontak aku marah dengan perlakuan paparazi itu. Security datang memisahkan kami, keadaan disini menjadi sangat riuh. Emosi membuatku lupa akan Fiona. Aku melihat kanan kiri dan mencari Fiona. Aku melihat Daniel sudah merangkul Fio dan melindunginya. Mengapa ia selalu menjadi pahlawan untuk Fiona?
"Zach, ayo selesaikan masalah ini di tempat yang lebih aman." Kata Robert menarikku.
Ada apa dengan semoa orang hari ini? Tidak bisakah aku mendapatkan hidup yang normal? Oh God, help.
Daniel POV
Zach masih di bandara menyelesaikan masalahnya dengan Robert dan beberapa kru yang lain. Sedangkan kami diminta untuk cepat-cepat pergi ke hotel dengan alasan mencegah kejadian yang sama seperti tadi. Serangan paparazi tadi membuat tangan Fiona tercakar. Untungnya ada Chistina yang langsung membawa Fio kekamar mereka dan mengobati tangan Fio. Sekarang aku, Jonah, Corbyn dan Jack sedang berkumpul di kamarku. Kami cemas menunggu kabar dari Zach. Terdengar suara ketukan pintu kamar. Jack yang sedang duduk di dekat pintu, langsung berjalan untuk membuka pintu. Ternyata Zach lah yang datang. Mukanya terlihat masam dan lelah. Ia berjalan cepat dan tiba-tiba meninju wajahku.
"Zach! Are you crazy?" Teriakku melawannya.
Jonah, Jack dan Corbyn langsung memisahkan kami. Kali ini aku terbawa emosi karna ia tiba-tiba menonjokku. Sedangkan aku tidak melakukan kesalahan apapun.
"Berenti jadi pahlawan untuk Fiona." Teriak Zach padaku.
"What are you talking about? Stop being dramatic." Sahutku.
"Jangan pernah lu sentuh Fiona lagi." Balasnya.
Baru aku mau menyahutinya lagi, Corbyn sudah memotong.
"Zach, lu harus istirahat." Ucap Corbyn menyeret Zach keluar dari kamarku.
Corbyn dan Zach kembali kekamarnya. Hanya aku, Jonah dan Jack yang masih tersisa disini.
"Bad day ever. Kita harus istirahat juga." Ucap Jonah, beranjak keluar.
Aku mengobati memar dipipiku akibat tonjokan Zach tadi. Pasti ia marah karna tadi aku melindungi Fiona. Aku memang merangkulnya agar dia tidak diserang lagi. Dan saat itu Fiona masih shock dengan serangan tiba-tiba. Jadi kurasa wajar jika aku melindunginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight || Zach Herron
Fanfiction[COMPLETED] Fiona Vallerine mahasiswi baru di Stanford University. Di hari pertamanya ia menjadi seorang mahasiswi, ia tidak sengaja berkenalan dengan Zach Herron. Sejak perkenalan itu, Zach dan Fiona menjadi dekat. Zach tertarik dengan Fiona sejak...