40

60 9 0
                                    

Daniel POV

Aku, Corbyn, Jack dan Jonah sedang makan di studio. Ya, kami sedang membuat lagu untuk album baru kami yang akan kami rilis sekitar 3 bulan lagi. Sudah 5 hari Zach belum kembali ke Amerika. Sepertinya ia masih berusaha mengejar Fiona. Tadinya saat kami di bandara, aku akan menemani Zach menunggu Fio disana, namun ia menolak dengan alasan ia sudah sering merepotkanku.

Flashback

Sudah 3 panggilan kami lewatkan karna Zach tetap tidak mau beranjak dari bangku yang didudukinya.

"Zach, ayolah. Fio ga akan dateng, lu tau sendirikan pendirian dia kuat banget. Ayolah, kita masuk ke pesawat." Bujuk Jack untuk yang ke seribu kalinya.

"Kalian pulang duluan aja. Gua yakin dia bakal dateng." Jawab Zach masih teguh dengan pendiriannya.

Corbyn dan Jonah sudah mengusap-usap jidatnya. Pasti mereka sudah sangat lelah menanggapi Zach.

"Okay gini aja. Kalau sampai panggilan terakhir Fiona belum dateng juga, lu harus mau pulang. Okay?" Ucapku membuat kesepakatan.

"Dia pasti dateng." Jawab Zach.

Akupun sudah menyerah dengan jawaban Zach. Tapi apa boleh buat, itu sudah menjadi pilihannya. Sudah 2 panggilan kai lewati dan Fiona masih belum datang. Waktu sudah menujukan tepat pukul 7, artinya 5 menit lagi pesawat kami lepas landas. Kami harus segera pergi.

"Zach, kita harus masuk ke pesawat sekarang." Ucap Jonah menarik tangan Zach untuk bangun.

Zachpun mau bangun dan ikut berjalan ke pintu keberangkatan.

"No guys, gua harus bawa Fiona pulang." Ucap Zach, kemudian berlari meninggalkan kami.

Kami semua terkejut sekaligus panik mendengar keputusan Zach.

"Shit! Anak itu bener-bener gila." Keluh Corbyn.

"Terus sekarang kita harus gimana?" Tanya Jack.

"Kalian masuk duluan, gua kejar Zach." Ucapku langsung berlari keluar.

Aku mencari Zach diantara kerumunan orag banyak. Itu dia.

"Zach!" Panggilku.

Ia menengok dan memberikan tatapan 'apa lagi?'.

"Ayo pulang." Ajakku.

"No, kalian puluan duluan aja. Gua ga akan pulang kalau ga bawa Fiona." Tegasnya.

"Okay, gua temenin lu." Ucapku.

"Ga usah, lu udah banyak bantu gua. Biar gua yang selesain semua ini." Tolaknya.

"Lu yakin?" Tanyaku meyakinkannya.

"100%." Jawabnya.

"Take care, bro." Ucapku.

Aku kembali berlari ke pintu keberangkatan dan masuk ke dalam pesawat. Semoga saja Zach bisa membawa Fiona kembali ke Amerika.

Flashback off

"Guys, kalian udah dapet kabar dari Zach?" Tanya Jonah.

"Kemarin dia bilang dia baik-baik aja. Malah dia pamer beli pistol air." Jawab Jack.

Ya, Zach tetaplah Zach. Ia selalu menghamburkan uang untuk hal-hal bodoh.

"As always." Sahut Corbyn.

Tok Tok Tok!

Terdengar suara ketukan pintu. Aku membuka pintu dan terkejut melihat siapa yang datang.

"What the-." Teriakku sembari memeluk Zach.

Akhirnya ia pulang juga.

"Zach, lu ngapain aja disana sampai 5 hari? Dasar bocah gila." Teriak Corbyn.

"Sorry guys, gua udah bikin kalian khawatir." Sahutnya.

"Tapi gua ga dateng sendirian. C'mon babe." Ucapnya berseri.

Fiona masuk dan memberikan senyuman manisnya.

"OWWW"
"WELCOME BACK!"
"Akhirnyaa!!"
"TUH KAN PULANG JUGA. ZACH BATU."

Seisi ruangan ini tiba-tiba ramai.

"Welcome home, Mrs Vallerine." Ucapku memeluknya.

Ia balas memelukku. Sudah tak ada perasaan antara aku dan Fio. Aku telah merelakan Fiona untuk Zach. Rasa sayangku pada Fiona hanya sebatas teman.

"Thank's Daniel." Balasnya dalam pelukanku.

"Rapet amat. Bentar lagi Zach ngamuk tuh." Teriak Jack membuatku melepaskan pelukan kami.

Zach tertawa dan bergantian memelukku kembali. Satu persatu member Why Dont We memeluk Fiona dan Zach. Akhirnya kami semua dapat berkumpul, dan Zach yang ceria telah kembali.

"Zach, lu masih inget caranya senyum?" Ejek Jack.

"Fi, lu harus tau ya. Zach rese banget selama lu pergi. Makanya lu jangan pergi lagi ya, cuma lu pawang yang bisa jinakin Zach." Ucap Jonah.

"Gua setuju. Kalau lu tinggalin Zach lagi, kayanya Zach bakal sakit jiwa." Timpalku.

"Guys! Tolong jangan tunjukin sisi lemah gua." Teriak Zach membantah.

Kami semua tertawa melihat Zach yang terbully. Obrolan kami seharian ini hanya membahas Zach. Ya, kami memang senang mengganggu satu sama lain.

Zach POV

Aku kembali mengantar Fiona pulang kerumahnya. Setelah berbulan-bulan aku tak pernah datang kerumahnya lagi.

"Kita sampai." Ucapku menghentikan mobil.

"Thank you, Zachy." Balasnya.

Sebelum ia turun, aku menggenggam tangannya.

"Fiona Vallerine, don't leave me again." Ucapku menatap matanya.

"Why?" Tanyanya.

"I need you. Aku tau ini kedengerannya lebay, but i can't live without you." Ucapku mantap.

Ia masih mendengarkanku dan menatap mataku.

"Trust me, I love you so much. Kamu denger sendiri kan dari the boys, perjuangan aku buat cari kamu." Aku meyakinkannya kembali.

Ia hanya mengangguk.

"Please, be mine again." Ucapku.

Raut wajah Fiona masih ragu-ragu. Aku tahu ia pasti takut kejadian yang lalu terulang kembali. Namun kali ini aku sudah berjanji pada diriku sendiri, agar tidak menyia-nyiakan Fiona lagi.

"Please." Mohonku.

"Ya, i'm yours." Jawabnya.

Aku refleks memeluknya.

"I love you so much, Mrs Herron." Gumamku dalam pelukannya.

Aku melepas pelukan kami dan saling bertatapan. Akhirnya aku bisa mendapatkan Fiona kembali. Setelah perjuanganku yang berdarah-darah, aku bisa menjadikannya milikku lagi. Orang yang selama ini kucari sudah berada di depanku. Aku mengecup manis bibir Fio. Aku kembali merasakan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutku. Ternyata benar, cinta akan menemukan jalannya untuk kembali. Romeo butuh Juliet dalam hidupnya, dan Fiona adalah Julietku.

Tamat.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang