24

33 4 0
                                    

Zach POV

Selesai perform, aku langsung pergi ke backstage untuk mencari Fiona. Ia berjanji akan memberi jawaban setelah konser selesai. Namun aku tidak menemukannya. Aku bertanya pada Christina dan ia bilang, Fiona sudah pulang duluan karna tidak enak badan. Sudah pasti aku cemas dengan keadaannya. Aku langsung pamit pulang dan kembali ke hotel. Aku berlari ke kamar Fiona untuk memastikan ia baik-baik saja. Sudah 2 menit aku membunyikan bel dan mengetuk pintunya, namun belum ada jawaban. Aku menghubungi Fiona berulang kali. Dan akhirnya ia membukakan pintu.

"Daniel?" Aku terkejut melihat Daniel yang membukakan pintu.

"Cepet masuk." Balas Daniel.

"Kenapa lu bisa disini?" Tanyaku.

"Fiona chat gua, dia ga enak badan. Jadi gua langsung kesini." Jawabnya.

Hatiku hancur mendengar jawaban Daniel. Orang pertama yang Fio kabari adalah Daniel, bukan aku. Bahkan aku tidak mendapatkan pesan darinya. Aku melihat Fiona yang sedang tertidur. Wajahnya tampak lelah dan pucat. Muncul perasaan bersalah dalam hatiku. Ia sudah jauh-jauh datang ke Australia hanya untukku, namun yang ia lihat adalah aku dan Emily yang sedang bercumbu. Ini semua salahku. Aku duduk disisi ranjang Fiona. Aku mengelus rambut halusnya yang terurai panjang.

Melihat ia terbaring seperti ini, aku jadi ingat kejadian dua tahun yang lalu. Saat Reese ulang tahun, Fiona pingsan dan saat itu aku sangat khawatir dengan keadaannya. Aku rindu masa-masa itu. Saat kami selalu bersama tanpa ada jarak dan waktu yang membatasi. Aku tidak mau semua ini berakhir. Fiona harus kembali ke dalam pelukanku. Tapi bagaimana jika ia ingin mengakhiri semua ini?

"Zach." Panggil Fiona membuyarkan lamunanku.

"Daniel, gua mau ngobrol berdua sama Fiona. Boleh ga lu keluar sebentar?" Pintaku pada Daniel.

Daniel mengangguk dan berjalan keluar.

"Fiona, please give me another chance." Aku memohon padanya.

"Rasanya lucu banget, kamu yang minta hubungan kita berakhir. Tapi sekarang kamu mohon-mohon untuk balikin semuanya." Jawab Fiona tertawa.

"Iya aku tau Fi, im sorry. Please satu kesempatan lagi. I need you." Jawabku.

"Okay, ini kesempatan terakhir kamu, Zach." Balasnya membuatku terkejut.

Aku langsung memeluknya dengan erat. Ini adalah kesempatan terakhirku. Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan membuatnya menangis.

"Thank you." Ucapku sembari menatap matanya.

Aku mencium bibir mungilnya. Ya, ciuman ini yang ku rindukan. Air mataku menetes dan membasahi pipi kami. Aku bisa merasakan bibir Fiona yang tersenyum disela-sela ciuman kami. Aku adalah orang yang beruntung bisa mendapatkan wanita seperti Fiona. She's limited edition.

"Kamu istirahat ya. Atau mau aku temenin disini?" Tanyaku.

"Jangan cari kesempatan di dalam kesempitan, Zach." Jawabnya tertawa.

Aku tersenyum mendengar jawaban Fiona.

"Okay, aku istirahat dulu ya. Bye babe." Pamitku kemudian mencium kening Fiona.

Aku keluar dari kamar Fiona dan terkejut melihat Daniel yang masih berdiri di depan kamar Fio.

"Lu kenapa disini?" Tanyaku.

"Gua mau jaga Fiona." Jawabnya hendak masuk ke dalam kamar Fio.

"No, gua udah baikan sama Fio. Bahkan udah balikan. Jadi gua mau lu bersikap normal lagi sama Fiona." Ucapku memperingati Daniel secara halus.

Daniel mengangguk dan memelukku.

"Treat her right, bro." Ucap Daniel meninggalkanku.

Daniel begitu peduli dengan keadaan Fiona, dan itu membuatku sedikit cemburu. Apakah selama ini Daniel menyimpan rasa pada Fiona? Ia selalu bertingkah seperti pahlawan untuk Fiona. No, Daniel sahabatku. Aku harus membuang pikiran itu jauh-jauh.

Daniel POV

Hatiku sakit saat ini. Aku kehilangan kesempatan mendapatkan Fiona untuk yang kedua kalinya. Aku berjalan gontai ke kamar Jonah. Sebenarnya aku tidur dengan Jack, tapi kali ini aku membutuhkan Jonah. Aku mengetuk pintu kamar Jonah, tidak lama kemudian ia membukakan pintunya.

"Mereka kembali bersama." Ucapku.

"Siapa?" Tanya Jonah kebingungan.

"Zach dan Fiona." Jawabku.

"Lu masih suka sama Fiona? Ini udah berjalan 2 tahun Daniel. Kenapa lu masih cinta sama pacar sahabat lu sendiri?" Balas Jonah.

Aku menggeleng dan membuka lemari es kecil yang ada di kamar Jonah. Berharap ada vodka atau tequila atau apa saja yang membuatku lupa dengan semua ini. Namun tidak ada apapun didalamnya.

"Daniel, stop it." Ujar Jonah.

Aku ingin ke bar malam ini. Ya, aku butuh sedikit minuman untuk "merayakan" kembalinya Zach dan Fiona. Aku berjalan keluar dari kamar Jonah.

"Lu mau kemana?" Teriak Jonah.

"Ke bar sebentar." Jawabku berteriak.

Aku berjalan ke bar terdekat di sekitar hotel. Aku berjalan menunduk sembari meratapi nasibku yang menyedihkan. Sekarang aku harus apa? Apa aku harus melupakan Fiona? Atau aku harus memperjuangkan cinta bertepuk sebelah tangan ini? Aku benar-benar muak bergelut dengan pikiran. Aku memesan vodka dan duduk di bar sendirian.

"Daniel?" Panggil seseorang.

Aku menoleh dan melihat orang tersebut. Ya, si troublemaker.

"Kenapa lu ada dimana-mana?." Tanyaku.

Ia duduk di sebelahku dan ikut memesan minum.

"Zach ninggalin gua." Ucap Emily.

"Tapi disini status lu perebut. Lu rebut Zach dari Fiona." Jawabku.

Ia tidak menjawab, ia hanya meneguk minumannya.

"Gua tau lu suka sama Fiona." Ucap Emily sembari memutar-mutar gelasnya.

"Kita ada di posisi yang sama." Jawabku.

Aku tidak mau mengaku pada Emily bahwa aku cinta dengan Fiona. Keadaanku dan Emily saat ini sama. Cinta kami sama-sama bertepuk sebelah tangan. Ia mencintai Zach, aku mencintai Fiona.

"Gua kira Zach dan Fiona ga akan balik lagi. Apa gua harus singkirin Fiona?" Balas Emily.

"Jangan rebut kebahagiaan orang. Kebahagiaan Fiona itu Zach. Lu harus iklasin Zach." Jawabku berusaha melindungi Fiona.

"Kenapa selama ini lu belum iklasin Fiona sama Zach?" Jawabnya membuatku tercekat.

Ya, aku belum bisa mengiklaskan Fiona. Bahkan tidak bisa. Senjata makan tuan.

"Sesuatu yang besar akan terjadi. Siap-siap." Ucap Emily menepuk pundakku lalu berjalan keluar dari bar.

What? Sesuatu yang besar? Ya, kami memang akan mengeluarkan single kami yang baru berjudul "Chills". Ah, entah lah aku menjadi bodoh ketika mabuk. Aku membayar minuman dan kembali ke hotel.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang