10

50 6 1
                                    

Fiona POV

Sudah satu minggu aku tidak berhubungan dengan Zach. Setiap hari ia mengirimku pesan dan menelfonku. Beberapa kali Zach datang ke rumah, namun aku tidak mau menemuinya. Aku selalu meminta pembantuku untuk menyuruhnya pergi dengan berbagai alasan. Seperti aku sedang tidak dirumah, sedang tidur, dan sebagainya. Saat dikampus, aku selalu menghindar darinya. Aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya. Jujur, aku merindukan Zach.

Hanya Daniel, Anna, Grace dan Cleo yang mengetahui masalahku dengan Zach. Aku sengaja menceritakannya karna ada kemungkinan Zach menanyakan kabarku pada mereka. Aku telah mencari tahu siapa perempuan yang bersama Zach hari itu. Namanya Emily, mereka teman sekelompok. Sepertinya Emily menyukai Zach. Entah Zach membalas perasaannya atau tidak, tapi hari itu ia terlihat bahagia ketika bersama Emily.

Hari ini, Daniel mengajakku untuk pulang bersama. Tapi sebelum pulang, Daniel harus mengambil buku yang tertinggal di studio. Apakah Zach dan Daniel pikun? Mereka selalu meninggalkan barangnya di studio. Semoga aku tidak bertemu Zach disana.

"Fiona, lu tunggu dimobil aja ya. Gua cuma sebentar kok." Ucap Daniel.

Aku mengangguk dan tetap duduk didalam mobil. Tiba-tiba, mobil Zach parkir disebelah mobil Daniel. Aku langsung menundukan kepalaku dan bersembunyi. Sepertinya ia tidak sadar dengan keberadaanku. Aku memperhatikan punggungnya yang berjalan jauh memasuki studio. Rasanya aku sangat ingin memeluknya dari belakang, dan mengatakan bahwa aku sangat merindukannya.

Zach POV

Aku masuk ke dalam studio dan menutup pintunya dengan kasar. Jonah, Corbyn, Jack dan Daniel terkejut mendengar suara pintu tadi. Aku membantingkan tubuhku di sofa dan memejamkan mata.

"Lu kenapa sih? Masih mikirin Fiona?" Tanya Jack.

Aku tidak menjawab pertanyaan Jack. Aku ingin menangis mengingat perjuanganku selama ini untuknya. Fiona menjauhiku, dan aku tidak tau alasannya.

"Guys, gua pulang dulu ya." Ucap Daniel buru-buru.

"Daniel, tolong kabarin gua kalau lu tau sesuatu tentang Fio." Ucapku kepada Daniel.

"Ya, of course. Nanti gua tanya Anna. Bye guys." Balas Daniel.

Aku kembali memejamkan mataku. Aku merindukan Fiona. Terbayang wajah, tingkah lakunya, sampai wangi parfumnya. Setiap malam aku memandangi foto kami saat bersama. Aku sangat merindukan Fiona.

"Guys, please help me. I miss her." Ucapku putus asa dengan semua ini.

"Zach, mending sekarang lu kerumahnya. Dan ini just info, Emily suka sama lu." Balas Jack.

"Gua cinta sama Fiona, bukan Emily." Jawabku lalu mengambil kunci mobil keluar dari studio.

Aku akan menunggu didepan rumahnya sampai ia mau menemuiku. Aku melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi. Kali ini aku tidak akan menyerah, aku harus mendapatkan Fiona kembali.

Dengan mantap aku mengetuk pintu rumah Fio. Aku terus menghubungi dan mengiriminya pesan. Sudah 1 jam aku menunggu, usahaku tetap nihil. Tidak ada satupun orang yang membukakan pintu. Sampai akhirnya orang tua Fiona pulang dan menghampiriku.

"Zach? Kamu ngapain disini?" Tanya ibu Fiona.

"Saya lagi nunggu Fio tante. Tapi ga ada yang bukain pintu." Jawabku dengan sopan sembari bersalaman dengan kedua orangtuanya.

"Ayo masuk, tunggu didalem aja. Nanti om panggilin." Ajak ayah Fiona.

Aku duduk diruang tamu dan menunggu Fiona. Untung saja kedua orang tuanya mengizinkanku masuk. Usahaku menunggu jadi tidak sia-sia.

"Zach, tadi dia bilang ngobrolnya dikamar aja. Dia lagi ga enak badan." Panggil ayah Fiona mempersilahkanku masuk ke dalam kamar anak sematawayangnya.

Aku berjalan menaiki tangga. Jantungku berdegup kencang. Aku membuka pintu kamar Fio dan melihat kamarnya yang sedikit berantakan. Ia duduk ditempat tidurnya.

"Fiona." Panggilku.

Ia sama sekali tidak menengok. Aku menghampirinya dan duduk disampingnya.

"Fio, lu kemana aja? Lu kenapa?" Tanyaku mengelus rambutnya.

Aku rindu mengelus rambutnya. Namun Fiona dengan cepat menepis tanganku dan menatap mataku. Matanya sembab seperti baru menangis. Wajahnyapun pucat seperti orang sakit.

"Who is she?" Ia membuka suara.

"She?" Jawabku bingung.

"Suara perempuan kesakitan pas lu telfon gua, perempuan yang senderan sama lu waktu keluar dari rumah Jack. Dia siapa?" Jawabnya sembari menitihkan air mata.

Dan sekarang aku mengerti. Inilah alasan Fiona menjauhiku. Aku sudah menyakitinya dengan kesalah pahaman ini.

"Fiona, dengerin penjelasan gua dulu ya. Dia temen sekelompok gua namanya Emily. Gua ga ada hubungan apa-apa sama dia. Emily minta gua jemput dia. Waktu lu telfon gua, dia tiba-tiba batuk kesakitan gitu. Pas gua keluar dari rumah Jack, gua anterin dia pulang karna dia sakit. Dia tiba-tiba senderan dan pegang tangan gua. Gua bener-bener terpaksa." Jawabku menceritakan kejadian sebenarnya.

"Kenapa lu keliatan bahagia sama dia?" Balasnya menatapku.

"Gua ga bahagia Fi. Kalau lu ga percaya, sekarang gua minta Jack kesini buat jelasin semuanya sama lu. Gua ga ada hubungan apa-apa sama dia." Ucapku meyakinkan Fiona sembari mengelus puncak kepalanya.

Tangisan Fiona semakin menjadi.

"Gua sayang sama lu, Zach." Ucapnya disela tangisan.

Aku memeluk Fiona dengan erat dan mengelus punggungnya. Perasaanku campur aduk antara bersalah dan bahagia.

"Gua ga akan ulangin hal itu lagi. Gua sayang sama lu. Lu bisa liat ketulusan gua selama seminggu ini. Gua mati-matian hubungin lu, nyariin lu. Gua gamau kehilangan lu lagi." Ucapku sembari memeluk Fiona dengan erat.

"I love you Fiona. Would you be mine?" Tanyaku.

Fiona mengeratkan pelukannya dan menganggukan kepala. Tandanya ia menerimaku. Aku melepaskan pelukannya dan menatap mata gadis ini. Aku benar-benar mencintainya.

Semakin lama, jarak kami semakin dekat. Aku mencium bibir mungilnya. Ia membalas ciumanku. Kami melepaskan tautan bibir kami dan saling menatap. Akhirnya kami resmi menjadi sepasang kekasih.

"Don't cry ,babe. I love you so much." Ucapku memeluk Fiona.

"I hate you, Zach." Balasnya dalam pelukanku.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang