35

35 7 0
                                    

Zach POV

Sudah 2 hari aku tinggal di Irlandia, namun pencarianku masih nihil. Teman-teman yang lain kembali ke London karena ada beberapa pekerjaan disana.
Seharusnya aku juga ikut ke London, kami ada siaran di beberapa stasiun radio di Inggris. Aku memilih izin tidak ikut karna masih ingin mencari Fiona. Ponselku berbunyi, sekilas aku melihat nama Daniel muncul dilayar. Aku mengambil ponselku dan mengangkat telpon darinya.

"Hallo, Zach. Lu harus ke London sekarang. Gua liat Fiona disini." Ucap Daniel membuat mataku terbelalak.

"Lu yakin itu Fiona?" Tanyaku.

"Maybe. Sekarang lu ke London, nanti gua share location hotel kita." Balas Daniel.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mematikan telpon dan bersiap-siap. Semoga Fiona benar-benar berada disana.

Daniel POV

Zach memutuskan sambungan telponnya. Kurasa ia langsung bersiap-siap.

"Gimana? Berhasil?" Tanya Corbyn.

Jonah, Jack dan Corbyn menunggu jawabanku.

"Ya, dia balik lagi ke London." Jawabku, disambut teriakan kegirangan mereka.

Kami sengaja membohongi Zach agar ia mau pergi ke London dan ikut kami siaran radio besok. Zach masih ingin menetap di Irland karena ia sangat yakin Fiona ada disana. Hanya ada satu cara yang bisa membuat Zach kembali ke London. Fiona jawabannya. Sepertinya aku membutuhkan kafein.

"Gua mau ke kedai kopi kemarin. Ada yang mau nitip?" Tanyaku.

"Gua nitip, samain aja kaya lu." Jawab Jonah.

Ku akui kedai kopi yang kami datangi kemarin sangatlah enak. Selain tempatnya yang nyaman dan kopi yang enak, barista disana juga cantik. Aku berjalan keluar menuju kedai kopi tersebut. Setelah sampai disana, aku langsung masuk dan melihat kedai yang masih sepi ini. Sepertinya aku datang terlalu pagi.

"Selamat datang di-." Sambutan barista itu terhenti saat melihatku.

"Ada apa? Aku mau memesan Green Tea Latte 2." Ucapku.

Barista itu mengangguk dan membuatkan pesananku. Benar saja, aku datang terlau pagi. Pelayan yang biasa menjadi kasir tidak ada, hanya ada 1 barista yang biasa membuat pesanan kami.

"Apa aku datang terlalu pagi?" Tanyaku.

"Umm, tidak. Kebetulan pelayan yang biasa sedang pergi." Jawab barista itu menunduk.

Aku memperhatikan wajah barista yang terus menunduk ini. Wajahnya terlihat sangat familiar.

"Apa kita pernah bertemu?" Tanyaku.

"Umm, ya. Anda sudah 3 kali berkunjung kesini sebelumnya." Jawab barista ini.

"Maksudku, sebelum bertemu di kedai. Rasanya aku pernah melihatmu, entah dimana." Balasku.

"Kau tau, setiap orang punya kembaran dibelahan dunia." Sahutnya sembari tersenyum.

Seketika aku teringat Fiona. Ya, senyuman itu sangat mirip dengan senyuman Fiona.

"Can i get your number? Ya, kau tau kan aku adalah salah satu member Why Dont We? Aku tidak akan menyalah gunakan nomor itu." Ucapku meyakinkan agar pelayan yang bernama Tiffany ini mau memberikan nomernya.

"Sorry, tapi kau orang asing. Aku tidak bisa memberikan nomor telponku pada orang yang tak ku kenal." Balasnya dengan tegas sembari memberikan pesananku.

"Okay, thank you. Mungkin aku akan sangat sering berkunjung kesini. But, ya. Thank's." Ucapku.

"Dengan senang hati kami akan menyambutmu. Anyway, aku tidak tau boyband bernama Why Dont We. Sampai jumpa kembali." Jawabnya.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang