Zach POV
Lagu demi lagu kami nyanyikan di festival yang besar ini. Ada rasa kepuasan tersendiri ketika melihat para penonton ikut menyanyikan lagu kami. Lagu terakhir yang kami bawakan adalah lagu Chill. Bahkan lagu terbaru kamipun mereka sudah hafal. Setelah selesai menyanyikan Chill, kami turun dari panggung. Pikiran ku langsung tertuju pada rencana yang telah ku siapkan beberapa hari yang lalu. Aku akan pergi ke Irlandia setelah tampil di festival ini.
"Guys, gua harus ke Irlandia sekarang." Ucapku mengambil barang-barangku.
"Kita semua ikut sama lu. Tapi sebelum kesana, gua mau ajak kalian ke tempat kopi terenak di Inggris." Sahut Jonah si Coffe Addict.
"Guys, kita ngopinya di Irland aja gimana?" Saranku.
Aku ingin cepat-cepat pergi ke Irland dan mencari wanita yang selalu ku rindukan.
"Sebentar doang Zach. Deket kok dari sini." Balas Jonah.
Kami semua keluar dari stadium tempat fastival ini dilaksanakan, kemudian pergi ke toko kopi yang Jonah maksud. Berkali-kali aku memperhatikan jam. Sudah hampir 2 jam, kami masih belum sampai.
"Jonah, kenapa udah 2 jam kita ga sampai-sampai?" Tanyaku.
"Perjalanannya masih 2 jam lagi. Karna kita mau ngopi di London." Jawabnya santai.
Kami semua terkejut mendengar jawaban Jonah. Jauh-jauh dari Manchester ke London hanya untuk ngopi? Jonah sakit jiwa.
"Tadi lu bilang deket dari festival." Sahut Corbyn.
"Gua cek di maps tadi deket kok. Tapi mapsnya gua zoom out sampai kecil." Balas Jonah sembari tertawa dengan jokes recehnya.
Dia benar-benar sakit jiwa. Kalau saja tadi aku berangkat sendiri, mungkin aku sudah sampai di Irlandia dan mencari Fiona.
Fiona POV
"Fio, Caramel Macchiato 2, Cappuccino 1." Amelia mendikte pesanan pelanggan.
Aku membuat semua pesanan yang Amelia sebutkan. Hari ini kedai kopi sangat ramai pembeli. Bahkan aku sampai terlambat istirahat. Hari semakin gelap, jam dinding sudah menunjukan pukul 8 malam. Setengah jam lagi kami akan menutup kedai. Akhirnya aku bisa beristirahat. Dari kejauhan, aku melihat 5 orang pria berjalan ke arah kedai kami. Sepertinya aku kenal perawakan mereka. Aku menilik-nilik dan menyadari bahwa mereka adalah Why Dont We. Dari mana mereka tau aku berada disini?
"Amelia, kalau mereka masuk ke sini, please bilang kita udah tutup. Dan jangan sebut-sebut nama gua di depan mereka. Please banget." Ucapku tergesa-gesa.
"Why? Fio, gua jadi ikutan panik. Emang mereka kenapa?" Balas Amelia ikut panik.
"Panjang ceritanya. Gua harus sembunyi sekarang." Kataku mencari tempat sembunyi.
Ya, dapur adalah tempat yang aman. Tapi sepertinya aku sudah tidak pergi ke dapur, karena mereka sudah mendorong pintu. Aku langsung jongkok bersembunyi di bawah meja.
"Ma- maaf tuan. Kedai kami sudah tutup." Ucap Amelia gugup.
"What? Ini masih jam 8.15. Di google tulisannya jam setengah 9." Sepertinya itu suara Jonah yang sedang kebingungan.
Amelia melihat ke arahku dan memberikan tatapan 'aku harus bagaimana?'.
"Are you okay?" Suara Jack memecah keheningan.
"Umm, ya i'm okay. Umm, hari ini kami tutup lebih cepat." Jawab Amelia.
"Kamu jaga kedai ini sendirian? Dimana pegawai yang lain?" Tanya Daniel.
Amelia kembali melihatku.
"Kamu liatin siapa? Ada orang sembunyi dibawah?"
Suara itu. Aku kembali mendengar suaranya, setelah 4 bulan pindah ke London. Zach.
"Umm, ada tikus. Baiklah maaf sekali lagi, tapi kedai kami sudah tutup. Kalian bisa kembali lagi besok atau hari lain." Jawab Amelia mengusir mereka dengan halus.
"Ayolah, kita udah nempuh perjalanan 4 jam lebih. Masa kita ga dapet apa-apa." Keluh Zach.
"Okay, kita kembali lagi besok. Jangan tutup terlalu cepat." Sahut Jonah.
Aku mendengar langkah mereka menjauh dan suara pintu tertutup. Kurasa mereka sudah pergi. Aku berdiri dan melihat mereka sudah pergi. Rasanya lega sekali.
"Fiona, jelasin mereka siapa? Kenapa lu harus sembunyi kaya gitu?" Tanya Amelia mengintimidasiku.
"Lu ga kenal mereka?" Jawabku balik bertanya.
Amelia menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia betulan tidak tahu.
"Mereka Why Dont We. Salah satu diantara mereka ada mantan gua. Dan mereka alesan gua pindah kesini." Jelasku.
"Mereka terkenal?" Tanyanya dengan wajah polos.
Aku mengangguk.
"Udah ga usah dibahas lagi. Kita beresin dulu semua kerjaan kita. Gua cape banget, mau pulang." Ucapku mulai membersihkan meja barista.
Zach POV
"Guys, gua mau banget minum kopi di kedai itu. Please, kita nginep sehari aja disini." Jonah memohon pada kami semua.
Melihat Jonah memohon seperti anak-anak, membuat hatiku luluh.
"Yaudah, kita nginep satu hari. Selesai ngopi, kita langsung ke Irlandia." Ucapku.
Jonah lompat kegirangan dan memelukku.
"Thank you, Zach. I love you so much." Sahut Jonah kesenangan dan mencium pipiku.
Ada-ada saja kelakuan temanku yang satu ini. Akhirnya kami mencari hotel disekitar kedai ini.
Fiona POV
Hari ini, aku yakin mereka akan datang lagi ke kedai. Karna kemarin aku dengar Jonah mengatakan mereka akn datang kembali hari ini. Aku sudah menyusun strategiku dengan rapi agar mereka tidak akan mengenaliku. Ya, aku meminta Amelia memanggilku Tiffany. Untungnya aku mengganti warna rambutku waktu itu. Semoga saja mereka tidak menyadari keberadaanku. Aku tidak ingin kembali ke titik terendahku. Aku sudah berjuang mati-matian menemukan kebahagiaanku. Dan aku jauh lebih bahagia setelah pergi dari kehidupan mereka.
"Fi- Um Tiffany, Green Tea Latte 1." Ucap Amelia hampir salah menyebut namaku.
"Be carefull." Balasku mengingatkan Amelia.
"Sorry." Sahut Amelia.
Aku melihat ke jendela dan melihat mereka berjalan ke sini. Kalian tau kan siapa yang ku maksud.
"Siap-siap! Mereka datang." Bisikku.
"Selamat pagi, mau pesan apa?" Sambut Amelia dengan ramah.
"Gua duduk di pojok situ ya. Pesenan gua samain aja kaya Jack." Ucap Zach melangkah pergi.
Aku sedikit meliriknya curi-curi pandang. Ia terlihat sangat berbeda dari terakhir kali ku melihatnya. Rambutnya sedikit panjang dan berantakan, badannya terlihat lebih kurus dan kantung matanya terlihat sangat jelas.
"Tiffany, Venti Caramel Latte 2, Caramel Macchiato 2, Vanilla Latte 1." Ucap Amelia menyebutkan pesanan mereka.
Untung saja mereka tidak menyadariku. Padahal kami berdiri lumayan berdekatan.
"Heyy, Amelia dan Fionaa!" Sapa Jose salah satu pelanggan setia kami. Aku sangat hafal dengan suara pemuda itu.
Shit!
KAMU SEDANG MEMBACA
First Sight || Zach Herron
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Fiona Vallerine mahasiswi baru di Stanford University. Di hari pertamanya ia menjadi seorang mahasiswi, ia tidak sengaja berkenalan dengan Zach Herron. Sejak perkenalan itu, Zach dan Fiona menjadi dekat. Zach tertarik dengan Fiona sejak...