14

41 5 0
                                    

Zach POV

Aku berjalan menuju perpustakaan. Entah perasaanku saja atau memang benar, selama aku berjalan di sepanjang koridor, banyak perempuan yang memperhatikanku. Tiba-tiba saja Emily menghampiriku dan menggandeng lenganku.

"Emily, what the heck?" Kataku sembari melepaskan tangannya.

"Zach, gua udah liat video cover lu sama Jack, Daniel, Jonah, Corbyn. Lu keren banget." Puji Emily.

"Video?" Jawabku pelan.

"Iyaa, ayah gua harus liat video kalian. Mungkin aja kalian bisa masuk management ayah gua." Ucap Emily dengan excited.

"Rencana kita ga sejauh itu, Em. Ini tangan lu minggir dulu." Usirku.

"Gua mau ke perpus, lu jangan ikutin gua." Perintahku.

Aku berjalan meninggalkannya. Bahkan aku tidak tau kalau videonya sudah di publish. Aku masuk ke dalam perpustakaan dan mencari buku yang diminta Mr. Paul. Susah sekali mencari buku yang Mr. Paul maksud, sampai aku mencari ke rak buku paling pojok. Saat aku mencari buku tersebut, tiba-tiba ada buku yang jatuh. Ternyata rumor perpustakaan ini benar, memang sangat angker. Aku mengambil buku tersebut dan terkejutnya aku melihat ada Jack yang sedang jongkok. Ia seperti sedang bersembunyi.

"JACK! Lu ngapain disitu? Gua kira ada hantu atau apa gitu." Omelku pada Jack.

"Tolongin gua Zach, gua dikejar sama adik tingkat. Mereka bilang, mereka suka sama gua. Gua takut." Jack memeluk kakiku sembari memohon.

Aneh sekali, padahal kami sudah 1 tahun berada di kampus ini, dan tidak pernah dikejar-kejar.

"Jack, emang bener video cover kita udah di publish?" Tanyaku.

"Udah, Corbyn yang publish tadi malem. Apa karena video itu gua dikejar?" Tanya Jack.

"Kayanya iya, tadi banyak yang liatin gua di koridor. Emily juga tiba-tiba muji gua." Jawabku.

"Mending kita ke studio sekarang, gua takut banget dikampus." Ajak Jack.

Aku menganggukan kepalaku dan keluar dari kampus. Ini benar-benar gila, baru kali ini aku dikejar-kejar dan dimintai foto. Kami sampai di studio, Corbyn, Jonah dan Daniel sedang menonton video cover kami. Aku dan Jack ikut bergabung menonton video kami sendiri. Rasanya aneh menonton diriku sendiri di YouTube.

"Viewsnya tembus 1juta guys, pantesan gua dikejar-kejar tadi." Celetuk Jack.

"Gua juga tadi dikejar, Keysha jadi minta balikan dan mau dukung hobi gua." Jawab Daniel.

"Emily mau nunjukin video itu ke ayahnya. Dia bilang ayahnya punya management." Timpalku.

"WHAT? MANAGEMENT?" Teriak mereka berempat.

Aku menganggukan kepalaku dan menatap mereka kebingungan.

"Gua ga tau kalau bisa sebanyak ini viewsnya. Dan gua ga mikir sampai gabung ke management." Kata Corbyn dengan tatapan kosongnya.

Sebut saja kita aneh karena takut untuk dikenal banyak orang. Ketika orang lain susah payah ingin terkenal, kami malah takut.

Fiona POV

Aku, Grace, Anna dan Cleo sedang makan siang di Cafetaria kampus. Keadaan disini memang sedang ramai, namun kami merasa risih karena beberapa orang memperhatikan kami dan berbisik-bisik.

"Orang-orang pada kenapa sih? Baju gua ga cocok ya?" Tanya Cleo.

"Gua penasaran deh mereka ngomongin apa sih." Tanya Anna.

"Udah lah guys, jangan dipikirin biarin aja." Jawabku menenangkan teman-temanku.

Tiba-tiba ada 3 orang mahasiswi menghampiri kami.

"Hai, kamu Anna ya? Adiknya Daniel. Boleh minta nomor Daniel ga?" Sapa salah seorang mahasiswi itu.

Aku melirik Grace yang berhenti makan sejenak. Grace berdiri dan menatap perempuan yang meminta nomor Daniel. Ia melangkah maju satu langkah, membuat perempuan tadi berjalan mundur. Aku memegang lengan Grace, jaga-jaga bila ia menyerang perempuan tadi.

"Buat apa lu minta nomor Daniel? I'm his girlfriend by the way." Ucap Grace dengan nada yang menantang.

"Oh? Sorry, gua kira Daniel ga punya pacar." Ucap perempuan tadi, kemudian berjalan pergi meninggalkan kami tanpa pamit.

"Kalau bukan di area kampus udah gua jambak tuh rambut kuningnya." Umpat Grace kembali duduk.

"Guys, gua baru cek YouTube. Ternyata mereka buat cover video dan viewsnya tembus 1 juta." Teriak Cleo membuat kami kaget.

"Pantes aja orang-orang pada ngeliatin. Kita semua punya relasi sama mereka. Gua adiknya Daniel, Grace pacar Daniel, dan Fio pacar Zach." Ucap Anna menyimpulkan.

Aku tidak menyangka videonya akan seramai itu. Satu sisi aku senang melihat mereka melakukan hal yang mereka suka. Tapi, satu sisi aku takut kehilangan Zach. Mengingat banyaknya pujian di kolom comment untuk Zach.

Zach POV

Aku sudah berada di parkiran kampus. Aku berjanji pada Fiona akan menjemputnya hari ini. Karena lapar, aku menunggunya di Cafetaria saja. Baru saja aku menyuapkan sesendok ke mulutku, Emily berlari menghampiriku dan duduk di depanku.

"Em, kenapa lu ada dimana-mana?" Ucapku frustasi.

"Lu ngapain disini?" Jawab Emily dengan santainya.

"Gua nunggu Fiona." Jawabku sembari makan.

Emily tidak henti-hentinya mengajakku berbicara. Jelas-jelas aku sedang makan, apa dia ingin aku memuncratkan makanan yang ada dimulutku ke mukanya? Aku berharap semoga Fiona cepat datang.

"Zach." Panggil Fiona. Ya, aku tau itu Fiona, bahkan aku hafal dengan suaranya.

"Fio, ayo pulang. Emily gua duluan ya." Ucapku buru-buru menarik tangan Fiona dan meninggalkan Emily.

"Zach, kamu kenapa sih? Jangan tarik-tarik." Rengek Fiona seperti anak kecil.

Aku melepaskan tangan Fiona dan berbalik menghadapnya.

"Maafin aku ya, tadi aku males banget ada Emily." Jawabku.

"Tapi tadi makan bareng." Balas Fiona dengan suara kecil tapi aku masih dapat mendengarnya.

"Aku jelasin ya, tadi dia tiba-tiba dateng. Aku ga ngobrol banyak sama dia kok. Maafin aku ya." Jelasku, sepertinya ia salah paham.

Fiona mengangguk dan jalan duluan, dan aku mengikutnya di belakang. Dia sangat menggemaskan bila sedang ngambek. Akhirnya aku berlari kecil menyusulnya dan merangkul pundaknya.

"Babe, kamu udah nonton cover video aku?" Tanyaku.

"Udah tadi, kenapa?" Jawab Fiona menatapku.

"Aku ganteng ya?" Tanyaku dengan pedenya.

"Engga." Jawab Fiona menggelengkan kepalanya.

"Babeee." Rengekku sembari mencubit pipi gembulnya.

"Kalau kamu terkenal, kamu ga malu pacaran sama aku?" Tanya Fiona sedikit pelan.

Menurut psikologis, bila suaranya melemah, maka orang itu sedang tidak percaya diri. Sepertinya memang Fio sedang tidak percaya diri.

"Kenapa harus malu? Aku beruntung bisa jadi pacar kamu, okay? Aku janji ga akan pernah tinggalin kamu." Jawabku mengelus puncak kepalanya.

Fiona tersenyum dan menunduk. Sekarang ia blushing. Aku mencintai wanita yang duduk disampingku ini. Semoga saja ia akan terus berada disampingku selamanya.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang