31

33 5 0
                                    

Zach POV

Sudah 3 bulan aku mencari Fiona tanpa henti. Aku melibatkan banyak orang dalam mencari Fiona. Beberapa kali aku sengaja pergi keluar negeri untuk mencarinya. Aku juga meminta bantuan pada anggota Why Dont We yang lain untuk mencari tahu kebaradaan Fiona lewat kekasih mereka. Bahkan aku sampai membuat hidden project dengan beberapa limelight di setiap negara untuk mencari Fiona. Namun semua itu hasilnya nihil. Aku tidak bisa menemukannya.

"Zach, jangan lupa makan sarapan lu." Tegur Jack.

"Negara mana lagi yang belum gua datengin?" Tanyaku pada mereka.

"Zach, sampai kapan lu mau cari dia? Dunia ini luas banget Zach. Lu ga bisa nyari Fiona di dunia yang besar ini." Jawab Jonah.

Benar kata Jonah. Hanya ada 0,001% kemungkinanku untuk bertemu dengan Fiona di dunia seluas ini.

"Gua mau dia kembali." Ucapku pasrah.

"Besok kita free kan? Gua mau ke Irlandia. Tadi pagi gua dapet kabar dari limelight yang ada disana. Dia bilang ada perempuan yang mirip banget sama Fiona." Ucap Daniel.

"Gua mau ikut." Sahutku.

Jonah angkat tangan dan meninggalkan meja makan.

"Guys, tolong pikirin lagi ya. Kita bisa tunggu 3 bulan lagi. Fio cuma cuti 1 semester, ada kemungkinan dia pulang dan lanjutin kuliahnya. C'mon." Ucap Corbyn membujuk kami agar tidak pergi.

Aku tidak bisa menunggu selama itu. Aku harus mencari Fiona secepatnya.

"No, gua harus kesana. Gu-." Ucapku terpotong oleh ucapan Daniel.

"Okay, kita berdua ga berangkat kesana. Gua bakal minta orang buat ke Irlandia untuk cari Fiona." Daniel menepuk pundakku.

Haruskah aku membiarkan takdir yang mempertemukan kita? Atau aku harus terus mencarinya di setiap negara?

Fiona POV

Kehidupanku di London sangat berubah. Usahaku untuk menenangkan diri di kota ini berhasil. Hal pertama yang ku lakukan di kota ini adalah pergi ke salon. Aku memotong rambutku dan mengganti warna rambutku menjadi warna coklat. Orang-orang bilang memotong rambut adalah cara untuk membuang sial. Dan Zach maupun Emily adalah salah satu kesialan ku. Aku tinggal di apartement yang berada di tengah kota London. Aku juga bekerja sebagai barista di kedai kopi milik pamanku yang berada di sekitar pusat kota London. Kehidupanku jauh lebih baik setelah aku pindah kesini.

"Fio, Iced Latte 1." Ucap Amelia teman kerjaku.

Aku langsung membuat pesanan yang disebutkan. Karena saat ini kedai kami masih sepi, aku mengantarkan pesanan langsung ke meja pelanggan.

"Selamat menikmati." Ucapku sembari menyimpan segelas kopi itu di meja.

Aku kembali ke meja kasir dan menaruh nampan yang tadi ku bawa.

"Fi, nanti malem temenin gua ngedate yu." Ajak Amelia.

"Gua gamau ya jadi nyamuk kaya minggu lalu. Mana kalian suap-suapan di depan gua lagi." Jawabku sembari membersihkan meja barista.

"Makanya lu cari pacar. Jadi kita bisa double date deh." Balas Amelia.

Entah mengapa, setelah meninggalkan Zach, aku tidak mudah membuka hati untuk pria lain. Terkadang aku masih merindukan Zach di malam hari.

"Fio, Green tea latte 1." Ucap Amelia membangunkanku dari lamunan.

Seperti ini lah pekerjaanku. Terkadang melelahkan, namun aku mencintai pekerjaanku yang sederhana ini. Sepulang kerja, aku pergi ke supermarket terlebih dahulu. Bahan makananku sudah mulai menipis. Aku mengambil keranjang belanjaan dan memilih barang apa saja yang akan ku beli. Setelah ku kira cukup, aku mengantri di kasir. Hari ini supermarket terbilang penuh, tidak seperti biasanya. Aku melihat layar yang berada di atas kasir. Mereka memutar video clip Why Dont We. Mataku selalu fokus pada Zach. Jauh didalam lubuk hatiku, aku sangat merindukannya.

"Miss, silahkan maju." Tegur orang yang mengantri di belakangku.

Zach selalu berhasil mengalihkan duniaku. Padahal aku hanya melihatnya di layar. Setelah membayar belanjaanku, aku pulang ke apartment. Apartement yang ku tempati memang tidak luas, tapi sangat nyaman. Aku membereskan barang belanjaanku kemudian berjalan ke kamar mandi. Ya aku harus membersihkan diri terlebih dahulu, setelah itu makan dan tidur. Karna besok aku harus kembali bekerja. Setelah semua kegiatanku sudah selesai, aku membaringkan badanku di kasur dan tertidur.

Aku merasa rambutku sedang dielus oleh seseorang. Mataku terbuka dan orang yang pertama kali ku lihat adalah Zach.

"Morning." Ucap Zach sembari mengelus rambutku.

"Zach? Kamu kenapa ada disini? Kenapa bisa nemuin aku?" Tanyaku beruntun.

"Jangan lari lagi. I need you." Jawab Zach kemudian ia mencium keningku.

Aku terbangun dari mimpi yang kelewat indah itu.

"Shit." Umpatku pelan.

Pasti mimpi itu datang karna aku melihat video clip Why Dont We di supermarket. Ayolah Fiona sadar, Zach sudah mencampakanmu. Aku melihat jam yang masih menunjukan pukul 3 pagi. Aku masih memiliki waktu untuk beristirahat. Ku tarik selimutku dan kembali tidur.

Zach POV

Aku duduk di sofa lounge bandara. Why Dont We akan mengisi acara di salah satu festival di kota Manchester. Ya, jadi kami harus pergi ke Inggris. Orang yang diminta Daniel untuk mencari Fiona di Irlandia tidak berhasil menemukan Fio. Aku sangat kecewa mendengar hal itu. Sepertinya aku harus pergi ke Irlandia, dan mencarinya sendiri.

"Jangan ngelamun terus, bro." Tegur Corbyn menepuk pundakku.

"I miss her." Ucapku pelan.

"Setelah festival selesai, kita keliling Inggris buat cari Fiona. Sekarang lu fokus buat show ya." Balas Corbyn merangkulku.

Sebenarnya aku sudah pernah mencari Fio di Inggris. Tapi aku tidak bisa menemuinya. Karna mencari Fio seperti mencari jarum ditumpukan jerami. Akan sangat sulit menemuinya.

"Guys, ayo siap-siap masuk." Panggil Robert.

Mau tak mau aku harus pergi. Walaupun sebenarnya aku sedang tidak ingin berpergian dan perform. Aku selalu mengingat kata-kata yang selalu Fio ucapkan ketika aku mengeluh. Ia selalu memintaku untuk tidak pernah mengecewakan para limelight. Karena tanpa mereka, aku tidak akan ada disini dengan semua yang kupunya.

First Sight || Zach HerronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang