Duabelas

531 32 0
                                    

Seusai latihan Rian pergi ke kamar asramanya. Rencananya ia ingin meminta maaf kepada Kevin soal kemarin. Baru saja akan membuka pintu namun pintu sudah terlebih dahulu terbuka dan muncullah Kevin dari dalam kamar. Pakaiannya sudah rapi seperti ingin pergi.

" Vin, Lo mau kemana".

" Ke mana kek, yang perlu Lo tau itu bukan urusan Lo". Ucap Kevin sedatar mungkin.

" Vin kita butuh bicara".

" Gak perlu".

" Tapi gue GK mau kita kayak gini terus"

" Maksut Lo".

" Gue nggak mau kita musuhan kayak gini".

" Gue nggak musuhin Lo kok".

" Tapi sikap Lo nunjuk in itu semua Vin".

" Gue cuman butuh waktu jom buat Nerima semuanya".

Lalu Kevin melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapan Rian. Hatinya semakin sakit ketika melihat Rian.

Sedangkan Rian hanya menghela nafasnya kasar. Temannya satu itu kalau sudah marah sulit sekali untuk kambali seperti semula.







Kevin POV

Gue memacu mobil gue dengan kecepatan tinggi di jalan raya. Bahkan banyak pengendara lain yang sudah emosi dengan kelakuan ku. Gue nggak memikirkan itu semua, yang gue pikirin cuman gimana rasa sakit ini bisa ilang dari hati gue.

Gue nggak pernah nyangka bahwa rasa sakit ini akan kembali jadi milik gue lagi. Untuk kedua kalinya gue merasakan rasa sakit yang sama. Namun ini lebih dari yang sebelumnya. Karna lelaki yang menjadi milik orang yang gue cintai itu sahabat gue sendiri.

Akhirnya gue sampai di tempat di mana gue bisa nenangin perasaan gue yang sedang berantakan.

Yah di sini. Tempatnya memang tidak mewah namun bisa menenangkan perasaan gue. Di pinggir rel kereta api ini tempat favorit gue. Mungkin ini aneh bagi sebagian orang. Masak rel kereta api dijadikan tempat favorit.

Gue berdiri sambil mengawasi kereta yang lewat. Entah kenapa dengan melakukan hal itu. Gue bisa sedikit melupakan rasa sakit ini.





Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Gue rasa ini waktunya gue untuk pulang. Gue nggak mau kena hukuman coach. Walaupun begini-begini gue itu atlit teladan.

Gue melajukan mobil kesayangan gue melewati jalan pintas yang cukup sepi. Namun ini semua gue lakuin karna gue pengen cepet sampai ke pelatnas.

Namun saat di tengah jalan ada pengendara motor yang mengetuk jendela mobil gue. Gue pun membuka kaca mobil gue.

" Ada apa mas?".

" Ban mobil mas bocor".

" Masak sih perasaan enggak deh".

" Coba di lihat dulu deh mas, nanti bahaya kalau bocor beneran".

Akhirnya gue menepikan mobil gue dan segera turun memeriksa ban mobil belakang gue yang di kira bocor tadi.

Anehnya ban mobil gue terlihat biasa saja tidak ada tanda-tanda kempes  apalagi bocor. Apa ini akal-akalan mereka aja ya. Atau jangan-jangan mereka ini begal yang sering pakai modus-modus begini.

Gue pun ketakutan dan segera saja masuk ke dalam mobil. Namun ketika gue buru-buru membuka pintu mobil untuk masuk, kedua pengendara tadi menodongkan pisau ke arah gue. Bener kan dugaan gue kalau dua orang ini begal.

" Serahin kunci mobil Lo, kalau Lo mau selamat".

" Nggak bakalan gue kasih ke Lo berdua".

" Lo mau cari mati".

" Serah yang penting gue nggak bakalan serahin mobil gue".

" Ngajak ribut ni orang".

" Hajar aja udah ". Kata begal yang satunya lagi.

Akhirnya salah satu begal itu nyerang gue. Namun gue berhasil menumbangkannya. Giliran satu lagi nih. Gue harus bisa kalahin mereka.
Lima menit kemudian salah satu begal ini berhasil gue tumbangin juga.

Namun betapa terkejutnya gue ketika rasa sakit yang teramat menjalar di bagian perut sebelah kanan gua. Kemudian gue menyentuh bagian itu dan ternyata banyak darah gue yang sudah mengalir. Ternyata begal yang satu lagi menusuk gue.

Gue udah nggak kuat lagi. Kepala gue pusing banget. Sayup-sayup gue mendengar banyak orang mengerubungi gue. Setelah itu gue nggak bisa denger apa-apa lagi.

Kevin POV end.


Di sisi lain kini para ganda putra tengah berkumpul di ruangan tengah untuk menunggu Kevin pulang. Mereka sangat cemas karna Kevin tidak biasanya jam segini belum pulang. Di telfon juga tidak di angkat.
Bahkan Rian pun tidak pulang ke rumah demi untuk menunggu Kevin.

" Gimana jar, bisa".

" Masin nggak di angkat jom".

" Gimana nih, gue takut Kevin kenapa-kenapa. Mana dia lagi broken heart lagi". Kata Jojo sambil mondar-mandir.

" Jo mending Lo diem , jangan mondar mandir gitu bikin pusing aja". Ginting yang sedari tadi melihat Jojo mondar-mandir jadi kesel sendiri.

" Coba telfon lagi deh jar , siapa tau di angkat".

Fajar menekan tombol untuk menghubungi Kevin. Satu detik, dua detik, tiga detik kemudian.

" Di angkat jom".

" Udah ngomong sana".

" PIN, LO DI MANA SIH DARI TADI GUE TELPON NGGAK DI ANGKAT-ANGKAT. LO MAU DI HUKUM JAM SEGINI BELUM PULANG!!".Fajar membentak-bentak orang di seberang telfon.

" Maaf , ini dengan keluarga saudara Kevin?".

"  Saya temennya kevin , ini siapa ya kok yang ngangkat bukan Kevin".

" Ini dengan rumah sakit***** saudara Kevin menjadi korban begal dan sekarang sedang di tangani karna saudara Kevin kehilangan banyak darah akibat luka tusukan yang cukup parah".

" APAAAA, KEVIN KENA BEGAL".

" APAA" semua terkejut dengan apa yang barusan fajar katakan.







why??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang