Tiga puluh delapan

232 15 3
                                        


Setelah seminggu sejak kejadian fajar dan Rian sama sekali tak bertegur sapa,sebenarnya hanya Rian saja yang begitu. Di kamar fajar, ada Kevin dan Ginting yang sedang Mabar yah hanya mereka karna fajar sedang tidak mood untuk Mabar karna masih memikirkan masalahnya dengan Rian sang partner.

" GUE HARUS GIMANA YA GUSTI".

TAKK

" Hadoh, pala gue pin benjol kan, CK ah bangsul lu pin".

" Ya Lo sih main treak aja, kan kaget aing".

Ginting hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kedua sahabatnya ini.

" Gua pusing hadooh"

" Pusing kenapa lagi sih Jay".

" Ya masalah Rian lah Ting, apalagi sih".

Fajar mengusap wajahnya kasar.

" Ya Lo jelasin lah semuanya sama Jombang Bahlul".

" Harus jelasin gimana soalnya Apri nggak mau Jombang tau kalo alasan dia ngejauhin Jombang karna ada yang neror dia".

" APAA!!". Teriak Kevin dan Ginting bersamaan. Fajar langsung menutup rapat mulutnya.

hadohh kan , mulut gue emang liar.

" Eh, eh kagak, salah ngomong gue tadi". Elak fajar.

" Nggak, nggak mungkin lah Lo salah ngomong mana panjang banget lagi, jujur Lo sama gua kalo nggak....".

" Kalo nggak apa pin?".

" Kalo nggak , jangan harap Lo bisa dapet traktiran gue lagi".

Fajar panik, mana bisa kalo dia nggak dapat traktiran lagi sama Kevin kreji rich. Pasalnya hanya Kevin yang bisa di andalkan saat kantong mulai menipis.

" Makanya cepetan kasih tau Jay". Ginting kali ini yang berbicara.

Fajar pun dengan terpaksa menceritakan semuanya kepada Kevin dan Ginting dari awal sampai akhir.

Mereka tak sadar bahwa sedari tadi ada orang yang  tak sengaja menguping di balik pintu padahal niat awalnya hanya ingin mencari Kevin.



Sedangkan Apri saat ini sedang memikirkan masalahnya yang tak pernah usai. Teror itu pun terus berlanjut. Bahkan saat ia tak mendekati Rian pun.

Saat tengah memikirkan masalahnya ada orang yang duduk di sampingnya.
Apri menoleh dan mendapati Rian yang sedang duduk disampingnya.

" J-jom ngapain Lo kesini, jangan Deket sama gue huss sana jauh-jauh".

" Maafin gue ya pri".

Apri akan beranjak namun segera di tahan oleh Rian.

" Apa lagi sih jom, maaf gue sibuk".

" Kenapa Lo nggak mau kasih tau gue yang sebenernya pri".

" Ka-kasih tau pa sih nggak ada yang perlu di kasih tau".

" Maafin gue pri, karna gue lu di teror".

Apri mematung, bagaimana bisa Rian tau kalau dia di teror. Jangan-jangan si buluk fajar alfidut yang ngasih tau.

" Lo jangan marahin fajar ya, bukan dia kok yang ngasih tau".

Buset, kek cenayang. Batin Apri.

" Maaf jom, gua nggak mau keluarga gue celaka".

" Kenapa Lo nggak bilang pri".

" Gue takut kalo misalkan gue bilang malah makin gencar dia buat neror gue dan keluarga gue, kayak yang dia bilang kemaren lewat terornya.".

" Harusnya gue nggak deketin Lo pri, harusnya kita nggak Deket dan harusnya nggak ada orang yang Deket sama gue. Karna semua orang yang Deket sama gue pasti celaka".

Rian merasa bersalah karna dia semua orang celaka.

Apri duduk ke tempatnya semula. Ia kasian pada Rian. Tak seharusnya ia menjauhi Rian. Karna Rian yang memang tak salah. Harusnya ia cari tau siapa yang sudah meneror nya.

" Maaf jom, nggak seharusnya gua jauhin Lo".

" Jadi?".

" MMM jadi apa jom?".

" Jadi mau kan cari tau sama-sama siapa yang udah lakuin ini semua".

" Oke, kita akan melangsungkan pertunjukan yang sangat seru". Apri mengepalkan tangannya ke atas.

" Ngomong-ngomong yang soal kemaren gue serius lho pri".

" Yang soal apa".

" Yang soal....". Rain menggantungkan ucapannya.




why??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang