Tiga puluh dua

368 16 0
                                    


Rian nampak sendu memandangi wallpaper layar handphone nya. Di lihatnya foto clava dan dirinya serta calon anaknya yang masih dalam perut clava.

" Clav, aku kangen sama kamu. Apa kamu nggak bisa ya temuin aku walau cuman di mimpi aja". Rian mengusap air matanya yang mengalir di kedua pipinya.

" Seenggaknya kita bisa ketemu, aku juga pingin ketemu anak kita. Sayang Tuhan lebih sayang sama kamu dan dedek ya". Sambung Rian yang masih betah memandangi foto di handphone nya.

Rian memejamkan matanya. Ia sedang duduk di taman belakangan pelatnas. Rian mencoba memutar memorinya dulu saat sedang bersama istri tercintanya. Bayangan-bayangan dirinya dan clava yang sedang asik berbincang. Bahkan saat Rian ngidam pun masih jelas terekam di memori Rian.

Tanpa terasa air matanya jatuh.

" Gue tau kok, pasti sakit ya".

Rian kaget dan membuka matanya agar bisa melihat siapa yang sedang duduk di sampingnya.

" apasih pri".

Apri yang tengah duduk di samping Rian pun menghela nafas.

" Susah banget ya sekarang bicara sama Rian Ardianto". Rian diam tak mau menanggapi Apri.

" Gua tau jom gimana rasanya kehilangan. Tapi gue nggak tau gimana rasanya jadi Lo. Gua cuman mau bilang semangat Lo pasti bisa kok lewatin ini semua". Rian yang mendengar Apri bicara seperti itu pun menoleh heran ke arah Apri.

" kenapa, Lo nggak usah liatin gue segitunya. Gue tau gua cantik". Apri dengan pedenya menyisir rambutnya yang pendek ke belakang.

Rian menghela nafasnya kasar. Baru saja ia akan memuji Apri. Namun kandas sudah tujuannya.

" Canda jom, Lo coba deh pergi refreshing sana biar Lo nggak keinget Mulu Ama clava. Semua pada pergi liburan Lo kan kita di jatah tiga hari".

" Jauh, mending disini".

" Ya nggak pulang kampung juga".

" Trus"

" Gimana kalo kita jalan-jalan".

" Sama Lo?". Rian mengernyit heran.

" Sama Saiton, ya gue lahh!!". Jawab Apri ngegas.

" Tumben".

" Kenapa Lo nggak mau jalan sama gue, takut di kira jalan sama orang gilA apa takut dikira jalan sama ondel-ondel".

" Pfttt". Rian menahan tawanya.

" Tuh kan, resek Lo jom".

" Gua nggak bilang ya".

" Jadi jalan nggak nih?!!".

" Hayuk lah".

Seenggaknya Lo bisa senyum jom. Walaupun dengan gua yang slalu bertingkah konyol.



Rian dan Apri sedang berada di sekitaran Monas, tentunya dengan memakai masker dan kacamata. Apri dan Rian sama-sama memakai Hoodie putih.

" Ngapain sih pri kita kesini".

" Bawel Lo jom, udah ikutin gua aja".

Rian dengan malas melangkahkan kakinya mengikuti Apri. Nampaknya Apri sangat gembira hati ini.

" Hadohhh capek gua".

" Baru jalan segitu aja capek pri."

" Jauh tau jom. Jom cari makan nyok".

" Gak mau ah, Lo makannya kan banyak tar gue kan yang bayarin".

" Ya elah jom, masak kreji rich kayak Lo nggak mampu ketimbang bayarin gua makan kerak telor".

Rian tertawa mendengar gaya bicara Apri. Di matanya terlihat sangat lucu.

" Yee malah ketawa. Laper nih gue tar kalo berat badan gue turu satu gram tanggung jawab ya Lo". Rian semakin meledakkan tawanya.

" Ketimbang satu gram doang pri".

Apri memasang wajah cemberut nya memanyunkan bibirnya. Tidak terkesan lucu tapi malah sedikit menjijikkan.

" Gak usah cemberut, jijik gua liatnya".

" Sialan Lo jom,sini Lo gua smekdon gedebuk juga Lo. Nyungsep-nyungsep Lo". Apri mengejar rian yang pergi berlari meninggalkannya.

" Kenyang gue gillak!!".

Plak

" Hadohh, sakit jom ". Rian menabok mulut Apri dengan sendoknya.

" Makanya jangan teriak-teriak, malu-maluin gua tau gak".

" Ya maap jom, eh abis ini kita ke mana ya".

" Pulang lah".

" Yah baru juga jam segini males ah, di pelatnas juga nggak ada siapa-siapa".

" Iya juga sih".

" Gimana kalo kita ke taman bermain pasti seru tuh".

" Anak kecil Lo?".

" Biarin".

" Penampilan aja kayak preman pri, masak main ya ke taman bermain".

" Yaudah sih kalo nggak mau pulang aja, gue mau pergi sendiri".Apri hendak pergi namun di tahan oleh Rian.

" Ngambekkan banget sih, yaudah iya gue temenin".

" Yesss wuhuyy".

" Tar kalo nggak gue temenin jadi gembel Lo. kan Lo kagak punya uang".

" Yee, ujung-ujungnya pasti menghina".

Rian hanya bisa tertawa melihat tingkah teman pelatnasnya yang satu ini.

why??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang