Tiga puluh tujuh

248 18 1
                                        


Sudah lebih dari sebulan Apri keluar dari rumah sakit karna insiden itu, namun malah teror yang sekarang Apri dapatkan. Entah memang Apri tidak peduli atau malah pura pura nggak peduli dengan teror tersebut. Karna Apri sama sekali tidak mengatakannya kepada siapapun bahkan kepada tata teman sekamarnya.

Apri mendapat teror dengan bermacam-macam bentuk, dari yang berwujud tulisan sampai bangkai tikus sekalipun pernah Apri terima.

Apri tidak mau membuat orang kawatir dengan teror ini apalagi Rian yang notabene nya adalah orang yang menyebabkan ia di teror. Bagaimana Apri bisa tau, jawabannya karena isi dari teror tersebut selalu bilang bahwa dirinya harus menjauhi Rian.

Pagi ini latihan seperti biasanya Apri yang baru membuka pintu heran dengan sebuah kotak berwarna hitam yang di atasnya tertulis untuk Apri.

Apri perlahan membuka kotak tersebut , ia sudah tau pastilah itu teror tapi ia penasaran dengan apa kali ini orang itu menerornya. Apri duduk di pinggir kasurnya untuk membuka kotak tersebut.

Betapa kagetnya Apri mendapati foto keluarga nya, apa kali ini orang itu akan meneror keluarga nya. Jika ia Apri tidak akan bisa terima. Apri lalu menemukan secarik kertas yang bertuliskan dengan tinta merah lalu Apri membacanya.

" Kalo Lo masih mau liat keluarga Lo, jangan pernah Lo berani deketin rian lagi, gue nggak akan main-main kali ini".

" Sialan". Umpat Apri ." Apa kali ini gue harus nurut, gue nggak mau kehilangan lagi". Lanjut Apri.

Maafin gue ya Yan .






Apri baru saja menginjakkan kakinya di lapangan namun Rian sudah melambaikan tangannya untuk Apri agar Apri menghampirinya. Namun Apri sudah bertekad untuk menjauhi Rian. Apri lalu mengabaikan kode dari Rian lalu berlalu begitu saja menghindari Rian.

Apri lalu meletakkan tasnya di kursi panjang pinggir lapangan. Mengambil satu raketnya lalu memulai pemanasan. Tak di sadari Apri bahwa Rina menghampirinya.

" Pri, entar malem sibuk nggak, kalo enggak mau kan pergi Ama gue".

" Gue sibuk, Lo cari temen lain aja".

Rian sedikit heran dengan sikap Apri padanya yang menjadi sedikit lebih dingin.

" Ntar gue traktir mie ayam deh".

" Gue bilang gue sibuk, nggak usah".

" Ayo lah pri, temenin gue, dua mangkok deh". Rian memohon pada Apri.

Apri sebenarnya ingin sekali mengiyakan tawaran menggiurkan Rian. Namun apa daya , keadaan yang memaksanya. Harus dengan cara apalagi Apri menolak Rian.

" Cari yang lain aja jom, jangan gue".

" Ayolah pri, plis".

" GUE BILANG ENGGAK YA ENGGAK". Bentak Apri pada Rian yang membuat semua orang yang ada di lapangan melihat kepadanya dan Rian.

Rian terdiam seketika dan dengan raut wajahnya yang kecewa Rian melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Apri.

Apri seketika merasa bersalah, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Pikirannya sedang semrawut.

" Pri, lu apa apaan sih, kalo Lo nggak mau di ajak Jombang seenggaknya jangan bentak Jombang kayak gitu, kecewa pri gue sama Lo".

" Lo nggak tau apa-apa jar".

" Serah Lo deh pri, yang pasti jangan buat sahabat gue sedih lgi".

" Lo nggak tau apa-apa jar". Lirih Apri dengan mata yang berkaca-kaca. Yang membuat fajar kaget.

" Ikut gue". Fajar lalu menarik tangan Apri mengajaknya ke taman belakang.




Sesampainya di taman belakang fajar langsung menanyai Apri.

" Lo lagi ada masalah pri".

" Gue takut jar". Air mata Apri mulai menetes.

" Lu jangan nangis pri, ini bukan Apri yang gue kenal".

" Gue nggak mau kehilangan keluarga gue".

" Maksud Lo apa pri, cerita sama gue".

" Gue..."

" Gue apa pri,"

" Gue di teror Jay".

" APA!!".

" Gue nggak tau yang neror gue siapa, yang pasti gue harus jauhin Rian. Kalo nggak gue bakal kehilangan keluarga gue Jay".

" Kok lu nggak pernah cerita pri, sejak kapan?".

" Sejak gue keluar dari rumah sakit ".

" Emang gue bukan sahabat lu ya, masalah kayak gini aja lu nggak mau ngasih tau".

" Jangankan elu Jay, tata aja nggak tau".

Fajar menghela nafas berat,

" Hiks..gue takut Jay..hiks..kalau keluarga hiks...gue...". Apri mulai terisak.

Fajar langsung memeluk Apri guna memenangkan Apri.

Sedangkan Rian yang baru saja lewat di suguhkan dengan pemandangan yang membuat hatinya terbakar.

" Jadi ini ya yang buat lu nolak ajakan gua".

Seketika ucapan Rian membuat Apri dan fajar menoleh ke arahnya.

" Jom, ini nggak seperti yang Lo liat jom".

" Udahlah jar, nggak ada yang namanya sahabat yang nikung temennya sendiri".

" Maksud Lo jom?".

Apri bertanya kepada Rian.

" Maksud gue, gue cinta sama Lo pri, gue ngerasa Lo yang bisa nyembuhin luka gue. Gue nggak mau Lo Deket sama cowok lain selain gue pri. Gue kira Lo juga gitu sama gue pri, tapi emang dasarnya aja gue bodoh, ternyata Lo cinta nya sama fajar".

" Jom.."

" Cukup jar, gue nggak butuh penjelasan dari Lo, gue rasa apa yang gue liat udah bisa buat gue paham".

Apri semakin bingung melihat kondisi saat ini, sehingga Apri berlari dari tempat tersebut.

" Dan satu lagi jar, gue harap Lo nggak akan pernah nyakitin Apri".

Rian lalu berlalu meninggalkan fajar.

" Kenapa jadi gini sih ya tuhannn". Teriak fajar frustasi.

why??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang