part 4. masuk hutan

3.8K 132 7
                                    

Oke kita lanjut lagi kisah yang kemarin, happy reading...

Jarum jam yang berdetak diatas nakas terus berganti, namun keduanya sama-sama tak bisa tidur. Nicho terus berupaya memejamkan mata diatas sofa seraya memeluk kedua tangan, sedangkan Aretha bulak balik mencari posisi tidur yang nyaman diatas ranjang dalam selimut. Setelah beberapa kali berganti posisi tapi masih tidak bisa tidur juga, akhirnya Aretha menyibakkan selimut dan duduk disertai dengan tarikan nafas yang kemudian dilepas secara kasar. Rasanya bagaikan lepas dari bekapan tangan yang kini bebas menghirup udara. Dilihatnya Nicho tidur dengan damai memeluk boneka beruang. Pria itu terlihat imut, namun tentu saja perutnya tak bisa menahan gelak tawa melihat tampang Nicho yang gagah dan berotot dengan lucunya memeluk boneka berukuran sedang, berwarna merah jambu pula. Pria itu persis seperti anak kecil yang tak mau lepas dari mainan barunya, erat sekali memeluknya.

"Hahaha..." Aretha tak bisa menahannya lagi, itu terlihat sangat sangat lucu.

"Kenapa kamu tertawa?" Kaget Nicho membenahi posisi tidurnya tanpa melepaskan boneka dalam dekapannya.

"Tuh" Bibir Aretha menunjuk bonekanya. Spontan ia kembali tertawa namun ditutupi dengan tangan kanan.

"Kenapa kamu mentertawakan saya? Memangnya kenapa kalau saya meluk boneka?" Sinis Nicho beranjak duduk.

Aretha bangkit dan mendekati Nicho. Dari ujung rambut sampai ujung kaki Aretha mengamatinya dengan tatapan yang aneh. Ya menurutnya ini memang sangat langkah, aneh, tapi lucu. Kepalanya menggeleng-geleng pelan menyunggingkan sebuah senyuman yang sudah pasti mengandung arti, dan senyuman itu salah diartikan Nicho. Nicho menganggap itu semacam celaan atau ejekan hingga ia geram, lalu mencengkeram kedua bahu gadis yang masih menelisik dirinya itu.

"Saya pikir seorang kak Nicho itu...mmpphh..." Belum selesai Aretha bicara mulutnya sudah dibekap oleh Nicho.

"Kamu pikir saya apa? Seorang asisten dosen yang menyukai boneka, itu kan maksud kamu?" Tekan Nicho melepaskan bekapannya, terus memaksa Aretha duduk di sofa, sementara dirinya sendiri terdiam mematung memandang semua koleksi bonekanya. "Terus terang saja, boneka-boneka itu sangat berarti buat saya, tapi sayang pemiliknya sudah nggak ada" Sambungnya lirih.

Meskipun dari samping tapi Aretha bisa menebak apa yang dirasakan Nicho saat ini. Ada secercah pilu yang bersarang disana, ada secercah kerinduan yang teramat dalam, tapi ia tidak tau persis apa itu. "Siapa pemiliknya?" Rasa penasarannya begitu tinggi, tapi hanya helaan nafas yang ia dapatkan dari Nicho. "Siapa pemiliknya?" Pertanyaan yang sama kembali terlontar.

"Dia adalah...ah sudahlah, nggak perlu di bahas, karena nggak akan ada untungnya buat kamu" Hampir saja Nicho ingin mengatakannya, tapi tiba-tiba terhenti. Dengan halus ia mengelus boneka itu sebelum dikembalikan pada tempatnya, terus merebahkan diri di sofa saat Aretha berjalan menuju lemari boneka, di liriknya sejenak apa yang dilakukan gadis itu, namun sepertinya tidak ada gelagat aneh yang ditunjukkan Aretha sehingga ia dapat tidur dengan pulas.

Bangun-bangun Nicho tak mendapati Aretha diatas ranjang. Puas mencari ke seluruh ruangan, tapi tidak ada juga. Kemana perginya gadis itu? Lama ia berpikir karena waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi, namun matanya tertuju pada secarik kertas diatas nakas yang tak sengaja tertiup angin akibat hembusan AC.

"Maaf saya harus pergi tanpa sepengetahuan kak Nicho, terimakasih atas tumpangannya semalam"

Nicho menghela nafas kesal setelah membaca surat itu, tapi beberapa detik kemudian kekesalannya berubah menjadi seringaian nakal. "Pergi tapi nggak pamit, kenapa harus pergi secara diam-diam, dasar mahasiswa nggak sopan"

Dua jam kemudian, Aretha berpapasan dengan seorang laki-laki bertubuh tegap dan macho didekat parkiran kampus. Saat itu ia tampak tergesa-gesa memanggil-manggil salah satu sahabatnya hingga tanpa sadar menyenggol bahu pria tersebut.

Merajut Cinta Diantara Dosa ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang