Sesampainya di depan kontrakan, Nicho keluar terlebih dahulu dari mobil setelah membantu Aretha melepaskan setbeltnya. Dengan manis pula Nicho membukakan pintu untuk Aretha sang wanita yang belum bisa ia taklukkan. Kenapa dibilang belum bisa di taklukkan? Karena terkadang dia masih menunjukkan sikap yang dingin, bahkan ragu dalam menyikapi perlakuannya. Nicho tau, mungkin karena Aretha belum terbiasa dengannya atau juga pernah trauma dimasa lalu. Untuk mengatasi masalah itu, ia harus mencari cara supaya Aretha merasa nyaman saat bersamanya. Dan untuk sekarang, ia harus membiarkan Aretha melakukan apa yang disukainya, termasuk memasang wajah masam. Aretha juga nyelonong memasuki pekarangan rumah tanpa sepatah katapun.
"Hei, Aretha..." Nicho hendak menyusul, namun dia sudah keburu masuk dan pintu sudah dikunci dari dalam. "Huuh..." Ia melepaskan nafas panjang, bingung dengan Aretha yang seakan tak perduli padanya, padahal jelas-jelas tadi tidak ada problem sama sekali. "Tok,,, tok,,, tok,,, Ar" Ia mengetuk pintu itu sampai tiga kali.
"Saya mau istirahat, sebaiknya kak Nicho pulang" Datar Aretha dari dalam.
"Baiklah, tapi jangan lupa" Dongak Nicho pada celah pintu.
"Jangan lupa apa?"
"Besok akan ada party di hotel Marcopolo, saya harap kamu datang"
Aretha terdiam membisu, tapi ia menyempatkan ngintip dibalik gorden, mengamati Nicho yang menyandarkan punggungnya disamping pintu mobil dengan menyilangkan tangan. Arah pandangannya tepat tertuju pada gorden dimana Aretha mengintip yang membuat wanita itu terkesiap kaget. Jangan-jangan kaca ini tembus pandang, pikir Aretha segera menutup gordennya. Aretha berbicara sendiri kenapa Nicho masih berdiri disana? Kenapa belum pergi juga? Memangnya apa yang tengah di pikirkannya. Untuk mengecek kebenaran itu ia mengintip lagi. Benar, pria itu masih bertengger dengan manisnya disana dengan senyuman yang manis pula.
Namun saat kembali mengintip setelah sepuluh menit kemudian, mata Aretha membulat seketika tak mendapati Nicho diluar. Ia sungguh tak mengerti dengan perasaannya. Tadi jengkel karena ada dia, tapi kenapa sekarang malah sebaliknya, jengkel sendiri dengan dirinya kenapa membiarkan Nicho pergi.
Lantas ia berdiri didepan cermin. Mengamati bibir yang sudah diciumi seorang pria bernama Nicho. Ciuman itu masih membekas dan terasa hingga sekarang. Ah, benar-benar ciuman yang memabukkan. Jemarinya tampak mengulangi seperti yang dilakukan Nicho tadi di pahanya. Geli, namun gelinya tidak senikmat yang dirasakannya saat Nicho yang melakukannya.
"AAAGGHH..." Ia tiba-tiba memekik membayangkan semuanya.
"ARETHA, KAMU KENAPA...?"
Suara Ibu pemilik kontrakan mengejutkannya. Langsung saja ia membuka pintu dan menjelaskan bahwa ia baru saja mengalami mimpi buruk. Ternyata bakatnya dalam beralibi patut di acungi jempol. Ibu percaya dan menyuruh Aretha tidur lagi karena malam sudah larut.
"Untung Ibu percaya" Gumam Aretha setelah menutup pintu dan Ibu sudah kembali ke rumah sebelah. Rupanya tadi Ibu sengaja mengecek apakah ia ada di kamar atau tidak melihat lampu masih menyala, karena Ibu tau persis bagaimana kebiasaannya mematikan lampu pada saat tidur, itulah kebiasaan Aretha dari sejak kecil yang tidak bisa tidur dalam kondisi terang.
Didalam kamar dengan cahaya lampu yang temaram, Aretha kembali menatap dirinya di cermin. Membayangkan betapa indahnya ciuman pertama yang dilakukannya bersama Nicho. Jari telunjuknya meraba bibir, menatap wajah Nicho dalam bayang-bayangnya. Bibir itu tersenyum mengingat dinner yang singkat menurutnya, tapi sangat berkesan baginya.
******
Keesokan harinya di hotel Marcopolo. Tepat di jam 10 menjelang siang, tampak Nicho berdiri di tengah-tengah ballroom. Ia sengaja reservasi hotel itu seminggu sebelumnya hanya untuk melancarkan tujuannya, yaitu untuk meluluhkan hati Aretha, wanita yang sangat di inginkan untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Tamu sudah berdatangan, baik dari teman-teman, rekan bisnis dan karyawannya. Tak lupa Ronald juga diundang, bahkan dengan senang hati ia menikmati segelas minuman segar walaupun acara belum di mulai sambil mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Bola matanya bergerak kesana kemari mencari seseorang. Nicho yang sudah tahu apa tujuan Ronald datang kemari tersenyum sinis, karena sebentar lagi ia akan membuat sahabatnya itu akan tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merajut Cinta Diantara Dosa ( Tamat )
Любовные романы⚠ Warning 🔞 Anak kecil diharap minggir ya karena cerita ini mengandung banyak adegan dewasa, tapi budayakan follow dulu sebelum baca, dan dilarang plagiat oke...jangan lupa tinggalkan jejak dengan mengetik tanda ⭐ dan juga komentnya ya guys, bagi s...