part 32. ada something

1.4K 57 1
                                    

Sampai di kamar, Aretha mendekati Yoshi yang lagi kesusahan melepas dasi. Itu pasti efek masih memendam rasa kesal karena terlalu lama menunggu makanya melepas dasi saja tidak bisa. Tapi mau bagaimanapun juga dia tetap suami yang harus ia hormati, yang harus ia perhatikan dari segi apapun yang menuntun tangan lembutnya ikut membantu.

"Sudah biar aku saja yang melepaskannya" Ujar Aretha, sehingga Yoshi pasrah menurunkan tangannya membiarkan Aretha yang melepaskan dasinya. "Aku minta maaf kalau aku salah"

"Sudahlah tidak perlu dibahas, lagipula aku juga tidak marah"

"Ah yang benar?" Aretha mencoba menggodanya, namun tidak berpengaruh bagi Yoshi. Alhasil Aretha cemberut dan menerawang wajah Nicho yang lebih terlihat fresh di cafe sebelumnya.

Sedangkan Yoshi masuk ke kamar mandi usai menanggalkan sebagian pakaian dan menaruhnya di sembarang tempat. Hal itu bikin Aretha menggeleng-geleng atas sikap suaminya yang masih saja kekanak-kanakan. Selalu saja menempatkan pakaian kotor tidak pada tempatnya. Begitu juga dengan sepatu dan lain-lain, selalu saja berantakan dimana-mana yang mengharuskannya banyak-banyak bersabar dan berlapang dada untuk membereskan semuanya.

Sifat Yoshi sangat berbeda sekali dengan Nicho. Nicho, meskipun memiliki type arogan, tapi dia paling mengutamakan kerapihan kamar, bahkan dia kerap kali mengajarkan Aretha bagaimana cara membersihkan kamar dengan cepat tapi tetap menyenangkan. Selain itu, Nicho juga romantis dan sangat pengertian terhadap dirinya. Sedangkan Yoshi, lebih cenderung cuek, tidak mau memperhatikan hal-hal kecil di sekitarnya. Oia, satu lagi sifat dari Yoshi yang paling tidak Aretha sukai, selalu menganggap dirinya itu seorang istri yang kodratnya hanya mengurus suami dan rumah. Padahal ia juga bekerja di kantor, yang artinya memiliki tanggungjawab lebih selain sebagai seorang istri. Tapi itulah kelebihan Aretha. Tak hanya cantik dan multitalenta, tapi juga memiliki sifat penyabar dan rendah hati. Baginya itu adalah anugerah yang sudah diberikan Tuhan yang patut disyukuri.

Baru saja Yoshi ingin mandi tiba-tiba keran airnya tidak nyala sehingga ia berteriak memanggil Aretha. Dengan sigap Aretha menjawab seraya menghampiri.

"Ada apa mas?" Cemas Aretha yang tidak memperdulikan bahunya menubruk tembok akibat tergesa-gesa. Jangan ditanya rasanya, sudah pasti sakit, tapi ia justru mengkhawatirkan Yoshi. "Mas kenapa?"

"Coba kamu lihat kerannya?" Dengan wajah kusut Yoshi menunjuk keran.

Berkali-kali dipencet oleh Aretha kerannya tidak menyala juga. "Ini kerannya tidak nyala mas" Polosnya memandang Yoshi yang cuma mengenakan handuk di pinggang.

"Ya memang tidak nyala, terus bagaimana aku bisa mandi kalau kerannya rusak seperti ini?" Keluh Yoshi sambil mengusap keringat di leher.

"Mmm bagaimana kalau mas Yoshi mandi di kamar Veny saja" Aretha menemukan ide.

"Mandi dikamar Veny?" Yoshi merasa ragu. "Yang benar saja, aku harus turun ke bawah untuk mandi disana begitu?"

"Ya terus mau bagaimana lagi mas, daripada mas tidak mandi, lagipula Veny juga tidak akan pulang dalam waktu dekat ini"

"Dari mana kamu bisa seyakin itu?"

"Ya karena aku tau jadwal kuliahnya Veny, sekarang Veny masih ada mata kuliah, sudah sebaiknya mas ke kamarnya saja, tidak apa-apa" Dengan lembut Aretha mendorong punggung Yoshi keluar.

"Oke, tapi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan" Yoshi berjalan menuruni anak tangga menuju kamar Veny.

"Apa maksud mas Yoshi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan" Aretha berusaha meresapi kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Yoshi, tapi masih tidak mengerti juga apa maksudnya.

Merajut Cinta Diantara Dosa ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang