part 14. dream or real...?

2.1K 93 0
                                    

Pertahanannya serasa runtuh menatap sepasang manik coklat milik Nicho.

"Tuhan...pria ini terlalu tampan, terlalu seksi, aku tidak kuat lagi" Batin Aretha meronta-ronta, persis seperti remaja yang sedang menyukai kakak kelasnya.

Entah angin dari mana yang datang mengantarkan hasrat Aretha mendekatkan bibirnya kepada Nicho, mengecup lembut bibir sang pria. Lima detik tidak ada respon membuat Aretha malu dan menarik bibirnya, tetapi tiba-tiba tengkuknya ditahan oleh Nicho dan membalas ciuman itu. Awalnya terasa lembut seakan bibir mereka baru berkenalan. Akan tetapi lama kelamaan semakin menuntut dan membuat Aretha sulit bernafas. Dia sudah tidak bisa menahan hasratnya semenjak berkenalan dengan Aretha dan memiliki rasa terhadapnya. Bibir Aretha begitu memabukkan membuat Nicho tidak ingin melepaskannya.

Sekarang Aretha merasa seluruh bulu kuduknya meremang hanya karena merasakan bibir pria yang dicintainya ini. "Aahhh..." Satu lenguhan lolos dari mulutnya saat bibir Nicho memberi jarak.

Saat bibir Nicho kembali ingin menyecap lehernya, tubuh Aretha bergetar geli hingga kakinya yang menjuntai kebawah terangkat-angkat. Tapi sepertinya Nicho harus menunda keinginannya dikarenakan ada suara seseorang yang mengobrol diluar. Lebih parahnya lagi obrolan itu senter sekali terdengar tengah membicarakan Aretha. Aretha dibilang tidak pantas untuk Nicho. Pantasnya hanya sebagai simpanan atau pelayan pribadi saja. Tak pelak obrolan itu membuat Nicho murka. Dia bangkit lalu membuka pintu dengan kasar serta memaki dua wanita yang asyik ngerumpi tepat didekat kamarnya itu. Spontan dua wanita yang tak lain merupakan karyawannya itu terperanjat.

"APA YANG KALIAN BICARAKAN...?" Tunjuk Nicho dengan murkanya, sedangkan Aretha hanya berdiri dibalik pintu tak ingin keluar.

"Mmm nggak ada pak" Salah satu dari mereka menjawab dengan gelagapan.

"KAMU PIKIR SAYA TULI, IYA?"

"Bu bukan begitu pak" Gagapnya ketakutan karena Nicho sudah mengangkat tangannya, entah apa yang ingin dilakukannya.

"Sekarang juga kamu minta maaf sama Aretha kalau nggak mau saya pecat, mengerti" Tapi orang tersebut masih ragu ingin melakukannya, karena baginya Aretha memang tidak pantas dengan bosnya. "Oke kalau begitu"

Belum sempat Nicho membentak, Aretha keluar menghampiri mereka. Aretha lah yang minta maaf lebih dulu. Ia merasa memang dirinya tidak sebanding dengan orang-orang yang ada disana. Ia juga tidak mau jalinan antara seorang bos dan karyawannya berantakan gara-gara keberadaannya. Ia pikir lebih baik pergi dari pada bikin masalah, tapi Nicho menahan pergelangan tangan itu disaat mereka buru-buru pergi.

"Kamu jangan pergi Aretha" Nicho setengah memohon tanpa melepaskan tangannya.

"Tapi untuk apa saya masih ada disini?" Hampir saja air mata Aretha tumpah jika tidak ditahan sekuat mungkin.

"Saya tau kamu itu wanita yang tegar, jadi tolong jangan dengarkan apa kata mereka, karena kita berhak bahagia"

Kalimat terakhir membuat batin Aretha bertanya-tanya. Maksudnya apa? Tapi kalau dipikir-pikir, semua memang ada benarnya. Kalau kita mau bahagia seharusnya tidak perlu mendengarkan sindiran-sindiran dari mereka. Iya benar, kita berhak untuk bahagia, jadi setelah merenungi itu semua, Aretha bertekad akan memperjuangkan haknya.

"Ini ada apa?"

Nicho dan Aretha kaget akan kedatangan Ronald dan Clara. Clara ingin menarik lengan Aretha tapi Nicho menghadangnya, bahkan mengancam untuk jangan menyentuh Aretha sedikitpun.

"Ayo Aretha" Dengan santai Nicho menarik lengan Aretha meninggalkan mereka yang sama-sama merasakan kekesalan yang luar biasa.

Agar tidak ada gangguan lagi, Nicho menghubungi Rhicard seorang bodyguard yang memang berjaga-jaga di depan pintu masuk hotel. Ia meminta Rhicard datang ke tempat mereka sekarang. Disana tempatnya lebih private namun lebih mirip seperti balkon seusai melewati ruangan dimana tamu undangan masih ada yang bersantai ria menikmati hidangan, meskipun ada diantaranya yang berbisik-bisik mengamati tangan mereka berdua, tapi Nicho tampak cuek tak terlalu memperdulikan itu.

Merajut Cinta Diantara Dosa ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang