part 16. tropical island paradise

2K 62 0
                                    

Hay...jumpa lagi dg MCDD nih...untuk menemani tidurnya para reader, gimana puasanya hari ini lancar kan...?? Mudah-mudahan ya!!!





Nicho seketika mengurungkan niatnya memakaikan sendal tersebut. "Memang kamu bukanlah wanita yang pertama bagi saya, tapi ini satu-satunya sendal milik Ibu saya yang saya punya" Ia menghela nafas sembari berdiri menghadap pemandangan luar, mencoba untuk mengendalikan diri agar tidak emosi atau tersinggung. Dan itu berhasil dilakukan. "Sebelum saya meninggalkan Kanada, saya sempat mencuri sendal itu supaya saya bisa terus mengingatnya"

Aretha mendekati Nicho sembari membawa sendal itu. "Kenapa kamu curi?"

"Mmm karena..." Nicho bingung bagaimana cara menjelaskannya. "Ya karena...dengan benda ini saya bisa merasa lebih dekat"

"Memangnya Ibu kamu sudah meninggal? Maaf"

"No no no, Ibu saya masih hidup"

"Lalu?"

"I'm sorry, saya belum bisa menceritakan semuanya sama kamu, tapi saya janji, suatu saat saya akan ceritakan semuanya"

Aretha mengamati sendal berwarna perak itu kemudian menatap wajah Nicho dari samping. "Tadi Nicho bilang kalau aku ini bukanlah wanita yang pertama baginya, itu artinya Nicho sudah melakukan banyak kencan sama wanita sebelum aku, kalau begitu aku ini wanita yang ke berapa? Gila ya Nicho" Pikir Aretha dengan mata menyipit memandanginya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan tentang saya?" Nicho seakan mengetahui apa yang ada di benaknya.

"Kamu adalah laki-laki yang gila" Jutek Aretha menekan dada bidangnya yang disambut dengan senyuman gemas dari Nicho. "Kenapa senyum? Kamu meledek saya?" Ia menarik tangannya mundur.

"Saya justru suka dengan sikap kamu yang seperti ini" Goda Nicho. "Galak tapi menggemaskan"

Aretha membalasnya dengan helaan nafas kasar membuang muka, tapi Nicho menolehkan muka Aretha tepat kearahnya. Dengan tersenyum hangat Nicho menatap dua bola mata milik Aretha. Tatapan begitu lekat yang mengandung arti ingin memiliki itu bikin mata Aretha mengerjab seketika. Ia tidak kuat melawan tatapan maut itu. Rasanya ingin terbang saat jemari Nicho menyilakkan beberapa helai rambut ke belakang telinganya, lalu menangkup wajah dan membelai permukaan tengkuknya.

"Cupp" Sekilas Nicho mengecup bibir ranum Aretha yang tampak merekah.

"Saya harap kamu mau memakai sendal ini sekaligus menjaganya" Sambung Nicho menggenggam sendal itu bersamanya.

Aretha tertegun mencoba mengerti apa yang terpahat dihati Nicho. Ia yakin pria yang di hadapannya ini bukanlah pria hidung belang seperti yang ada dalam mimpinya beberapa waktu yang lalu. Dari cara bicara maupun sentuhannya saja, dia sangat pandai melunakkan hati wanita. Memang terkadang dia keras kepala, bahkan terkadang sangat menyebalkan, dan juga bisa membuat darah seketika naik jika dia sudah memperlihatkan kemarahannya. Akan tetapi disisi lain, dia juga punya kelembutan serta pesona yang mengagumkan yang mampu menghipnotis Aretha untuk menerima perlakuannya.

Kalau dipikir-pikir lagi, rugi rasanya kalau sampai ia menolak keinginan Nicho. Nicho itu idaman bagi setiap wanita. Apalagi di kampus, dia jadi primadonanya meskipun terkenal galak. Tapi sayang, cincin berlian bermata biru sudah melingkar dengan cantiknya dijari manis Aretha. Itu artinya dialah wanita sang pemenang sekaligus yang bisa menaklukkan Nicho, si pria berhati api, bukan wanita lain. Apalagi saat ini Nicho tengah memakaikan sendal di kakinya. Deg degan, tapi bibir tak berhenti tersenyum melihat dia membungkuk dibawah kakinya. Oh, so sweet. Siapapun yang diperlakukan seperti ini pasti tidak akan bisa tidur semalaman membayangkannya.

Merajut Cinta Diantara Dosa ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang