07

22.8K 1.7K 69
                                    

Setiap Yang Dia Lakukan Tak Pernah Dihargai
.

.

.

"Wah! Kayaknya bulan ini kamu bakal makan gratis di Zalary Rish!" ujar Saski pada Haidee setelah kelas masak selesai.

Haidee hanya tersenyum tipis sembari menaruh bintang emas pemberian Deon ke dalam tasnya.

Jadi, tadi mereka memasak spaghetti alfredo. Saus alfredo terbuat dari bahan utama krim kental yang dipadu dengan butter dan keju sehingga memiliki tekstur yang kental dan cita rasa creamy serta gurih yang sangat dominan. Untuk bumbu-bumbunya, ada bawang putih cincang, lada putih, dan cincangan parsley. Sementara untuk jenis proteinnya digunakan smoked beef atau irisan daging sapi dan ayam.

Walau baru pertama kali membuatnya, tapi Haidee mendapat bintang emas karena hampir seluruh peserta masak menyukai masakannya serta Deon tentunya. Kata mereka, spaghetti buatan Haidee begitu mirip dengan buatan Deon.

"Serius gak mau bareng?" tanya Saski setelah mereka berada di luar gedung.

"Iya Mbak. Ada temen saya yang jemput."

"Oh ya udah. Saya duluan Dee!" Saski melambai sembari menuju ke arah mobilnya. Haidee balas melambai, hanya sebentar dan ia kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Menunggu Marshal menjemputnya.

"Belum pulang?"

Haidee menoleh menatap Deon yang berdiri di sebelahnya. Ia agak bingung dengan pertanyaan Deon. Tentu saja ia belum pulang karena masih berdiri di sini. Harusnya Deon bertanya tak seperti itu, bukan?

Tapi, ia tak mengeluarkan isi pikirannya. Dengan sopan, ia mengangguk pelan. "Nunggu jemputan."

Deon mengangguk, mengeluarkan ponselnya, lalu fokus ke ponselnya. Tak beranjak sama sekali dari tempatnya berdiri di sebelah Haidee.

Haidee pun tak bicara lagi, ia kembali menatap ke depan. Tak lama kemudian mobil Marshal terlihat dan terparkir cantik di hadapannya.

"Saya duluan, Chef." Haidee menyentak Deon lalu segera masuk ke dalam mobil setelah melihat Deon mengangguk.

Mobil berwarna hitam tersebut melaju, keluar dari pekarangan kelas masak tersebut.

"Aku tadi dapet bintang emas." Haidee memperlihatkan bintang emas tersebut pada Marshal. Menjelaskan arti bintang emas tersebut membuat Marshal tersenyum bangga.

"Jelas lah kamu dapet. Kamu kan emang pinter masak, Dee." Raut wajah Haidee berubah datar. Tapi, itu membuat Marshal tertawa.

"Banyak peserta lain yang pinter masak, tapi dia gak dapet!" ujar Haidee datar membuat Marshal melirik sekilas lalu kembali fokus mengemudi. Marshal mengulum senyum geli. Menurutnya saat ini tingkah Haidee lucu. Seperti anak kecil yang membela diri karena hanya dirinya yang mendapat bintang emas.

"Tadi yang berdiri di sebelah kamu, siapa?"

"Yang punya kelas masak itu sekaligus mentor di kelasku." Marshal manggut-manggut. Bernafas lega karena Haidee teralihkan. Jadi, ia tak perlu merasakan sikap dingin Haidee.

"So, mau buat spaghetti yang seperti kamu bikin tadi?" Haidee tidak langsung menjawab. Karena tadi spaghetti buatannya habis, jadi tak ada yang tersisa untuk dibawa pulang.

"Kak Marshal mau?" Haidee bertanya balik membuat senyum pria tersebut semakin lebar lalu mengangguk semangat.

"Iya. Udah lama aku gak makan masakan kamu."

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang