18

20.1K 1.7K 44
                                    

Rasa Sakit Yang Dipendam Akan Sangat Menyesakkan.

.

.

.

Tubuh Saka diguncang pelan, ia membuka matanya lalu menatap Aryani yang terlihat gelisah.

"Kenapa?" tanyanya dengan suara serak khas baru bangun.

"Itu... engh... istri Mas tadi ke sini." Kesadaran Saka sontak terkumpul, ia bangun dengan terkejut lalu mengusap wajahnya.

"Terus ke mana dia?"

Aryani menunduk dan meringis. "Maaf, Mas."

Dengan cepat Saka beranjak dari tempat tidurnya lalu mengambil semua barangnya.

"Mas mau ke mana?" Aryani menahan lengan Saka yang hendak keluar dari kamar.

"Aku mau pulang."

Sekali lagi Saka ditahan Aryani. "Bukannya kamu masih marahan sama istrimu? Maksudku..."

"Yan... aku gak mau Haidee makin salah paham. Aku pulang dulu." Saka mengusap pelan lengan Aryani lalu melenggang pergi meninggalkan Aryani yang meremas kedua tangannya satu sama lain.

Tak berselang lama Saka tiba di unit apartemen miliknya. Langkahnya terhenti saat hendak masuk ke kamar. Ia melihat sosok asing yang tengah bicara pada Haidee yang posisi duduknya membelakanginya.

Marshal yang sedang bicara dengan Haidee berhenti saat menyadari sosok Saka.

Haidee menengok ke arah Saka lalu melengos. Kembali menatap Marshal.

"Engh... kalau gitu aku pulang dulu, Dee. Kamu baik-baik." Marshal menepuk pelan lengan Haidee lalu beranjak, ia berhenti berjalan sejenak saat di dekat Saka yang menatapnya tanpa ekspresi. Kemudian ia keluar dari sana.

"Kenapa Mas pulang?!" Saka yang tadi menatap kepergian Marshal beralih menatap Haidee yang kini berdiri dari duduknya. Menatapnya dengan pandangan dingin. Tak ada tanda-tanda jika Haidee habisa menangis.

"Emangnya kenapa kalau aku pulang?!" Saka yang tadi diliputi rasa cemas karena takut Haidee salah paham menguap entah kemana. Tergantikan dengan rasa kesal luar biasa karena melihat Haidee berduaan dengan mantan kekasihnya. "Ah! Larang aku pulang karena gak mau digangguin berduaan?" sinis Saka.

Kedua tangan Haidee terkepal kuat. Harusnya ia yang marah. Harusnya ia yang mengeraskan suara pada Saka dan harusnya ia yang menghunuskan tatapan tajam ke Saka. Bukan malah sebaliknya.

"Satu sama! Mas juga kan berduaan dengan wanita lain. Bahkan Mas nginep di rumahnya!" Dada Haidee semakin sesak. Berdenyut sakit begitu perih padahal ia tak terluka sama sekali. "Ah atau mungkin itu rumah kalian?!" ujar Haidee tak kalah sinis. Tatapannya begitu dingin.

"Aku gak ada hubungan apa-apa dengan Aryani!"

Entah bagaimana perasaan Haidee saat ini. Jadi, wanita itu yang namanya Aryani? Maka dugaannya semakin menyesatkan pikirannya. Semakin membuatnya menduga-duga apa yang terjadi.

"Jadi dia yang namanya Aryani?" lirih Haidee menatap kosong ke arah lain.

"Dee..." Haidee mengangkat tangannya, melarang Saka mendekat padanya.

"Jangan kira aku cinta sama Mas makanya Mas berbuat seenaknya sama aku! Aku tau kalau memang pernikahan kita bukan keinginan kita. Tapi apa tiga tahun ini gak membuat rasa cinta Mas tumbuh?" lirih Haidee dengan suara yang begitu menusuk, tapi tatapannya kini berubah menjadi sendu. Penuh luka.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang