02

43.4K 2K 14
                                    

Mencari Kesibukan Lain Untuk Membunuh Kebosanan
.

.

.

Nafas keduanya terengah-engah di bawah guyuran shower. Keduanya saling mengejar kenikmatan. Kedua kaki Haidee membelit pinggang Saka. Hanya mampu menjerit kecil ketika Saka mendesak lebih dalam masuk. Kepalanya menengadah, membuat Saka menjadikan lehernya sasaran ciuman.

Waktu pertama kali ia melakukan hal ini di dalam kamar mandi, dua tahun yang lalu, ia merasa bingung. Kenapa Saka mengajaknya bercinta di dalam kamar mandi? Mencari kepuasaan di bawah guyuran shower. Tapi, saat merasakannya secara langsung, ia pun tau bagaimana sensasinya. Tak bisa ia deskripsikan secara kata-kata. Ia hanya mampu mengeluarkan erangan dan desahan nikmat.

"Nanti... hah... Mas telat," lirih Haidee karena melihat gelagat Saka yang tak ingin berhenti.

"Wait a minute." Maka Haidee pun tak menyahut lagi, fokus menikmati hujaman Saka.

Kemudian mereka mandi bersama. Membersihkan tubuh mereka masing-masing.

Haidee memperhatikan Saka yang sedang memakai pakaian kerja. Kemeja serta celana formal.

Sambil bersiul pelan, Saka melirik Haidee lewat pantulan cermin di hadapannya. Tersenyum geli, ia balas tatapan datar Haidee. Walau sudah tiga tahun pernikahan mereka, Haidee tak berubah. Masih saja menjadi wanita dingin. Minim ekspresi.

Tapi, jika di hadapan keluarganya Haidee berubah menjadi sosok yang hangat membuat semua anggota keluarganya menyukai Haidee.

"Oh, kemarin aku ngobrol bentar sama istrinya Anwar, dia masuk kelas masak. Kali aja kamu mau. Nanti aku kirim kontaknya."

"Buat apa?" tanya Haidee tanpa ekspresi.

Saka memutar tubuhnya menghadap ke arah Haidee yang masih duduk di sofa. "Daripada kamu bosen tinggal di sini kalau aku pergi kerja, mending kamu masuk kelas masak. Cari kesibukan lain. Kumpul bareng kenalan baru. Ngobrol dengan para Ibu-Ibu dan saling share resep makanan."

"Aku gak butuh. Skill masakku lumayan." Saka medesah pelan. Tak lagi menyahut. Tak ingin memaksa Haidee. "Atau masakanku gak enak? Makanya Mas nyuruh aku masuk kelas masak?"

Pertanyaan jebakan.

Salah sedikit, bisa puasa Saka selama sebulan.

Jadi, ia menggeleng dan tersenyum sembari menghampiri Haidee lalu menarik kedua pundaknya. Membuat Haidee berdiri di hadapannya. "Bukan karena skill masak kamu kurang, aku nyuruh kamu masuk kelas masak. Aku kan udah bilang, aku gak mau kamu bosan kalau sendirian di sini. Jadi, aku saranin masuk kelas masak biar kamu gak bosen. Di sana kan nantinya kamu punya temen baru."

"Emang Mas mau aku jadi perempuan yang suka menggibah?" Saka tersenyum geli. Dengan gemas ia meraup bibir Haidee. Melumatnya secara kasar, kemudian menggigit pelan bibir bawah Haidee.

"Nevermind. Terserah kamu, mau ngapain." Setelah mengatakan itu Saka pamit pada Haidee meninggalakan Haidee yang termenung.

Memang, Saka tak pernah memaksanya untuk melakukan sesuatu. Mengekangnya untuk tak melakukan apapun atau pergi ke manapun.

Haidee begitu dibebaskan oleh Saka, tak seperti suami posesif yang melarang istrinya ini-itu. Apapun yang dilakukan Haidee selalu disetujui Saka. Yang penting apa yang ia lakukan berbau positif.

Menghela nafas panjang, ia meraih ponselnya. Membuka room chat Saka. Kontak yang dikirim Saka beberapa menit yang lalu. Kemudian ia mengirim pesan pada istri Anwar tersebut. Pria yang merupakan teman kantor Saka.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang