05

27.2K 1.7K 31
                                    

Jangan Ada Rahasia Diantara Kita
.

.

.

Saka melirik Haidee yang hanya diam menatap lurus di jendela kiri mobil tersebut. Lalu kembali fokus menyetir ke depan.

Sejak percakapan mereka tadi pagi, Haidee tak lagi bicara, kecuali saat Haidee mengajaknya ke rumah orang tua istrinya itu untuk menjenguk Mami.

Mereka hanya sebentar di sana, lalu sekarang pulang.

Sore menjelang malam.

Warna langit telah berubah menjadi jingga kemerah-merahan. Kesukaan para anak indie.

Malam minggu ditambah sore hari, pasti jalanan macet. Padat merayap sehingga mobil bergerak pelan.

"Mau ke mall?"

Haidee menoleh dan langsung mengangguk. Lalu kembali hening menghinggapi mereka.

"Kalau kamu marah karena aku gak mau punya anak..." Saka menghela nafas pelan terlebih dahulu, "Ya udah kamu berhenti minum pil. Kita pun..."

"Gak usah!"

Secepat kilat Saka menoleh dan untung saja macet sehingga ia bisa melihat lebih lama Haidee yang tak menampilkan ekspresi apa-apa.

"Kita gak usah punya anak. Kalau emang Mas gak mau. Aku ikut apapun yang Mas inginkan. Aku gak mau nantinya, kalau kita punya anak, tapi karena Mas terpaksa," lanjut Haidee pelan dan begitu tenang.

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Hingga mereka tiba di tujuan.

Haidee menggaet lengan Saka, mereka memasuki salah satu pusat pembelanjaan terbesar di Ibu Kota tersebut.

Tentu saja banyak pengunjung di sana, begitupun beberapa restoran yang ada di sana. Salah satunya restoran Barbeque Korean, tempat pertama yang mereka singgahi untuk mengisi perut.

Saka mencari meja yang kosong, tapi ia malah menemukan salah satu keponakannya.

Keponakan jomblo karatan.

Tapi, ia agak terkejut melihat sosok yang menemani Sadam. Tak percaya jika Sadam makan bersama dengan seorang wanita.

Langkah Saka menghampiri meja tersebut, otomatis Haidee juga.

Tanpa perlu bertanya, Haidee juga menemukan jawabannya kenapa Saka melangkah ke arah sini. Saat ia melihat Sadam dan seorang wanita.

Saka mengejutkan Sadam. Saling menyapa layaknya orang yang berteman. Padahal hubungan keduanya adalah om dan keponakan. Perbedaan usia Saka dengan Sadam hanya tujuh tahun, jadi mereka tak menggunakan bahasa formal.

Haidee tersenyum tipis saat Sadam menyapanya. Sadam pun tak pernah memanggilnya embel-embel 'Tante', tak seperti Sabina adiknya. Mungkin karena usia Sadam yang lebih tua darinya.

Lalu Sadam mengenalkan wanita yang bernama Veya tersebut pada mereka, Veya yang merupakan kekasih Sadam.

Haidee menarik pelan lengan Saka. Sangat pelan. Memberi isyarat agar mereka pamit dan membiarkan Sadam berkencan dengan kekasihnya.

Keduanya pun segera menempati meja yang agak jauh dari tempat Sadam.

Haidee yang memesan makanan maupun minuman. Sementara Saka sibuk dengan ponselnya.

"Habis ini mau ke mana? Mau nonton atau belanja?" Kini fokus Saka pada Haidee yang balas menatapnya setelah pelayan pergi. "Mau nonton? Ada film baru. Kayaknya seru." Tak kunjung mendapat jawaban, Saka mengacungkan layar ponselnya ke hadapan Haidee. Sebuah poster film yang baru diluncurkan empat hari yang lalu.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang