16

19.3K 1.7K 53
                                    

Wanita Yang Bernama Aryani
.

.

.

Haidee membuka mata saat merasakan sosok di sebelahnya bergerak hingga kasur juga ikut bergerak. Melihat Saka yang tidur gelisah membuatnya kembali menduga jika Saka sedang bermimpi buruk. Keringat membanjiri kening hingga pelipis. Padahal pendingin kamar menyala.

Terdiam, ia memperhatikan Saka yang wajahnya berekspresi sedih lalu beberapa kali keningnya berkerut. Lalu suara isakan tertahan Saka lolos membuatnya semakin menatap Saka heran.

Hingga kedua mata Saka terbuka. Matanya memerah dan pelupuk matanya digenangi air. Saka mengusap kedua matanya. Lalu menghela nafas panjang.

Haidee beranjak dari tempat tidur lalu keluar dari kamar, kemudian masuk kembali membawa segelas air,  menyodorkannya pada Saka yang kini tengah duduk.

Saka menerimanya lalu meneguknya hingga setengah, kemudian ia menyimpan kembali gelas tersebut ke atas nakas.

"Gak mau kasih tau aku?" Saka yang tadi menatap kosong ke depan beralih menatap Haidee yang duduk di tepi ranjang. "Biar Mas lega." Haidee menambahkan. Raut wajahnya begitu lembut. Sama sekali tak ada kesan dingin, padahal semalam mereka sempat bersitegang.

"A-aku..." Saka ragu mengatakannya, ia menatap lamat-lamat Haidee yang menunggu perkataannya. Menghembuskan nafas kasar, ia melanjutkan perkataannya, "Aku mimpi buruk."

Haidee kecewa mendengar perkataan Saka. Ternyata Saka masih saja enggan berbagi padanya. Jadi, ia hanya mengangguk saja lalu merebahkan tubuhnya kembali.

"Dee..."

Haidee menoleh setelah ia menaikkan selimut hingga batas dadanya.

Saka berdehem pelan lebih dulu. "Aku... aku boleh 'nyentuh' kamu?"

Agak terkejut mendengar penuturan Saka. Haidee terdiam sejenak tak langsung menjawab. Semakin menguatkan dugaannya jika memang Saka tak bisa tidur nyenyak jika tak kelelahan. Dalam artian 'menyentuh' dirinya hingga kelelahan, bisa membuat Saka tidur nyenyak.

Haidee pun mengangguk pelan mengiayakan permintaan Saka.

》》《《

Senyum lebar menghiasi wajah Saka melihat Haidee yang sibuk membuat sarapan untuknya. Langkahnya berhenti saat hendak menghampiri Haidee. Mengingat perkataan Haidee semalam membuat perasaan bersalah menghinggapi dirinya. Perasaan bersalah karena jarang memakan masakan Haidee jika malam hari.

Hanya sarapan mereka makan bersama. Apalagi makan siang, sangat jarang.

"Mas..."

Saka tersentak lalu melangkah dan kemudian duduk untuk menikmati sarapan. Melirik sejenak Haidee yang juga menikmati sarapan.

"Engh... kamu ada kelas masak hari ini?"

Mendengar pertanyaan Saka membuat Haidee menoleh. "Ya."

"Kamu gak usah masuk ya hari ini. Kita makan siang berdua."

Haidee lagi-lagi mengernyit heran menatap Saka. Sejak mereka menikah, Saka tak pernah sekalipun menyempatkan diri untuk makan siang bersama. Jadi, Haidee mengangguk menerima tawaran Saka. Kapan lagi mereka makan siang bersama.

Saka tersenyum lembut seraya mengusap kepala Haidee lalu kembali melanjutkan makannya dan kembali berbicara, "Nanti aku kirimin alamatnya tempat kita makan."

Haidee hanya berdehem. Entah kenapa sikap Saka tiba-tiba berubah seperti ini. Mungkin hanya ingin menebus kesalahannya, pikirnya.

Setelahnya Saka beranjak, masuk kembali ke dalam kamar. Tidak lupa ia mencium puncak kepala Haidee. Dan tidak sadar ia melupakan ponselnya di atas meja.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang