12

20.2K 1.5K 36
                                    

Sikap Dingin Yang Belum Berubah Hangat
.

.

.

Kedatangan Saka membuat rumah tersebut semakin gaduh. Bungsu Gandhi Pramunaja tersebut sangat jarang bergabung seperti saat ini, itulah yang membuat mereka menjadikan Saka pemeran utama dalam hal menggoda dan tentunya mengejek pria tiga puluh enam tahun tersebut.

Baru tiba di rumah Mama setelah semua orang selesai makan malam, jadi Saka pun makan sendirian atau lebih tepatnya ditemani Haidee yang sedari tadi hanya diam. Tak ada kata sambutan maupun senyuman yang disunggingkan untuk Saka. Haidee benar-benar bersikap dingin padanya.

Padahal saat tadi ia baru tiba, ia bisa melihat senyuman Haidee saat mengobrol dengan keluarganya.

"Aku mau itu, Dee." Saka mengendikkan dagu ke arah piring berisi tumis brokoli udang.

Bisa saja Saka yang langsung mengambilnya, tapi ia memilih menyuruh Haidee.

Haidee menurut, memberinya dua sendok penuh tumis brokoli udang tersebut.

"Minum, Dee." Haidee pun memberi Saka air minum. "Aku gak mau air dingin."

Menurut, Haidee bangkit dari duduknya lalu menuang air yang tak dingin dari teko ke gelas tinggi, setelahnya kembali duduk dan menyodorkan gelas tersebut.

Saka pun tak lagi menyuruh Haidee, tidak tau apa lagi yang harus ia perintahkan karena tau Haidee tak akan bicara walau memenuhi semua perintahnya.

"Makan yang banyak, Ka!" Sahutan tersebut membuat mereka menoleh. Inas masuk sembari membawa dua kotak wadah makanan. Sepertinya kakak ketiga Saka itu ingin membungkus makanan.

"Iya Mbak," balas Saka setelah menelan makannya dan kembali melanjutkan makannya.

"Mari aku bantu, Mbak," tawar Haidee sembari berdiri dan membantu Inas memindahkan sebagian kue pai susu yang tersisa ke dalam salah satu tempat makan yang dibawa Inas tadi.

"Siapa tau Saka masih mau, Dee," ujar Inas saat Haidee ingin memindahkan tumis brokoli udang tersebut ke wadah lainnya.

Haidee menatap Saka yang juga menatapnya lalu Saka menggeleng. Karena tau Haidee tak akan bertanya padanya apakah ia masih ingin tumis brokoli tersebut atau tidak.

Inas menatap adik dan adik iparnya secara bergantian. Merasakan atmosfer dingin di antara mereka. Karena ia tak seperti Karunia yang kepo dan ikut campur masalah orang lain, jadi ia hanya diam dan mengemas makanan tersebut.

"Sabina suka banget sama tumis brokoli buatan kamu. Makanya suruh Mbak bungkus," ujar Inas membuat Haidee tersenyum tipis.

"Bilang aja ke aku Mbak kalau Sabina pengen makan lagi atau mampir ke apartemen. Nanti aku buatin," sahut Haidee kalem. Kedua wanita beda usia tersebut berbincang. Tak menyadari jika Saka menatap lamat-lamat Haidee.

Urusan membereskan meja makan dan dapur oleh dua ART.

Satu per satu keluarga Saka pulang ke rumah mereka masing-masing. Tersisa Saka dan Haidee yang ditahan Mama.

"Kalian gak mau nginep?" tanya Mama menatap Saka dan Haidee secara bergantian.

"Nginep aja, Ka. Lo udah gak pernah nginep di sini," sahut Galih menyuruh omnya tersebut menginap.

"Gue terserah Dee aja." Saka menatap Haidee. "Mau nginep di sini?"

Kalau saja Haidee tak mendiamkan Saka, sudah ia pastikan akan melotot pada Saka. Meminta keputusan darinya, padahal Saka lah yang berhak melakukan hal itu.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang