10

22.5K 1.8K 35
                                    

Mereka Mendadak Akrab, Layaknya Teman Dekat
.

.

.

Haidee terkesiap saat pisau yang ia gunakan untuk memotong paprika merah dirampas begitu saja. Haidee menatap datar Deon yang membuatnya terkejut.

Lalu Deon menatap jarinya, ia pun ikut menatap jarinya yang kini mengeluarkan darah segar.

Sekali lagi Haidee terkesiap karena baru menyadari jika mengiris jari tangannya. Baru merasakan perih.

"Lebih baik Bu Haidee izin hari ini. Silakan ke ruang kesehatan," ujar Deon, Haidee pun mengangguk dan segera keluar. Mengabaikan para peserta kelas masak yang menatapnya. Hari Kamis, berarti tak ada Saski. Jadi, ia bisa bernafas lega karena tak ada yang merecokinya kenapa bisa ia mengiris jarinya sendiri.

Ke ruang kesehatan, ia meminta plester luka ketika luka di jarinya sudah di bersihkan.

"Terima kasih," ujar Haidee menyunggingkan senyum tipis pada orang yang menjaga ruang kesehatan tersebut lalu keluar dari sana.

"Chef Deon?" Haidee mengernyit heran melihat Deon yang berdiri di depan pintu ruang kesehatan tersebut.

"Sudah gak apa-apa?" Haidee kembali menatap jarinya yang dibaluti plester luka lalu menggeleng.

"Cuma luka kecil," ujar Haidee kalem.

"Bisa saja jadi besar kalau saya gak negur Bu Haidee."

"Terima kasih."

Keduanya kembali terdiam, Haidee menatap Deon yang membuang pandangan. "Engh... boleh saya pulang sekarang? Sepertinya saya butuh istirahat."

Deon kembali menatap Haidee. "Tentu saja."

Haidee pun pamit, hendak melangkah tapi suara Deon menahannya. "Pulang naik apa?"

Haidee menatap lamat-lamat Deon lebih dulu, sebelum menjawab pertanyaan pria itu. "Pesan taksi online."

"Engh... gimana kalau saya yang antar Bu Haidee?"

Haidee semakin menatap heran Deon yang terlihat salah tingkah dan senyumnya begitu kaku. "Bukannya Chef masih ada kelas? Kelas belum selesai, kan?"

Deon gelagapan lalu beralasan. "Saya ada urusan di luar, jadi saya minta Chef Andara yang menggantikan saya. Jadi, sekalian saya antarkan Bu Haidee."

Haidee terdiam sejenak, lalu mengangguk.

Menerima tawaran Deon, bukan pilihan yang salah, kan?

Lagian Haidee tak meminta, Deon sendiri yang bersedia.

Lalu Haidee menunggu sebentar karena Deon ingin mengganti seragam chef-nya. Kemudian tak berapa lama mereka pun berjalan beriringan menuju mobil Deon.

Membuka pintu mobil, Haidee meraih sebuah brosur yang berada di jok mobil, ia pun duduk dan menatap Deon yang telah duduk di balik kemudi.

"Ah itu. Taruh saja di dashboard," ujar Deon ketika melihat Haidee memegang brosur liburan tersebut. Haidee pun menaruhnya. "Bu Haidee tinggal di mana?"

Haidee menyebut alamat tempatnya tinggal dan Deon segera melajukan mobilnya.

"Sepertinya Bu Haidee butuh liburan, brosur itu buat Bu Haidee saja." Sebenarnya Haidee agak risih mendengar panggilan 'Bu', tapi ia tetap diam dan tak protes. Wajahnya ditolehkan menatap Deon yang fokus menatap ke depan.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang