14

19.6K 1.7K 30
                                    

Curiga, Bukan Tanda Sayang, Melainkan Tak Percaya
.

.

.

Siang harinya setelah makan siang, Haidee ke mall. Mengunjungi supermarket yang ada di sana sana untuk membeli kebutuhan dapur. Biasanya yang ia beli untuk kebutuhan dapur hanya lah untuk sarapan. Tapi, kali ini ia membeli beberapa bahan makanan berat. Mengingat Saka yang sudah dua kali minta makan malam.

Haidee sibuk memilih potongan daging ayam. Memikirkan apa yang bagus dimasak untuk malam nanti.

"Pilih yang bonneles, skinless breast. Kalau mau masak dengan cara roasting."

Haidee menoleh menatap Deon yang juga tengah memegang troli berisi beberapa bahan masakan.

Deon tersenyum tipis menyapa Haidee yang dibalas dengan hal yang sama.

"Tapi kalau Bu Haidee mau bikin acara, makan bersama gitu, split breast sih paling bagus. Apalagi cara masaknya grilling," ujar Deon sembari mengangkat daging ayam bagian dada yang sudah dikemas.

"Saya ambil bonneles, skinless breast. Cuma mau masak biasa " ujar Haidee mengambil daging ayam tanpa tulang dan kulit pada bagian dadanya.

Deon tersenyum tipis seraya menaruh daging ayam yang di pegangnya tadi ke dalam trolinya.

"Belanja bulanan?" Haidee mengangguk seraya mendorong pelan trolinya diikuti Deon.

Tak ada lagi percakapan di antara mereka. Senantiasa Deon mengikuti Haidee di belakang. Sementara Haidee tak peduli, hanya mengira jika Deon juga sedang melihat-lihat.

Langkah Haidee berhenti, lalu menoleh pada Deon yang juga berhenti terlihat Deon gelagapan membuatnya mengernyit bingung.

"Engh... saya mau ambil ini." Dengan salah tingkah Deon meraih satu bungkus santan kemasan. "Saya gak ngikutin Bu Haidee kok." Deon menambahkan seraya tersenyum kikuk.

Haidee semakin mengernyit heran menatap Deon. Tapi, ia tak bertanya, kenapa Deon mengatakan hal tersebut. Melainkan ia bertanya tentang resep masakan. "Chef Deon, saya boleh nanya?"

"Ah tentu boleh."

"Menurut Chef, bagaimana saya harus masak daging ayam ini?"

"Engh... udah pernah masak ayam bakar bumbu padang?" Haidee menggeleng. "Masak itu saja."

"Bahan-bahannya apa saja Chef?"

Mereka pun mengobrol lebih panjang tentang ayam bakar bumbu Padang tersebut. Deon menemani Haidee dan memberitahu bahan-bahan apa saja yang digunakan membuat masakan ayam tersebut.

Lalu mereka sepakat jika di luar kelas masak, tak lagi terlalu formal. Apalagi, panggilan Deon pada Haidee.

Deon tersenyum malu karena selalu memanggil Haidee 'Bu', padahal usianya lebih tua dari Haidee.

"Kamu pulang naik apa?"

Keduanya telah selesai membayar belanjaan masing-masing.

"Naik taksi."

"Gimana kalau saya antar kamu?"

"Engh... gak ngerepotin?"

"Kan saya yang tawari?"

Haidee terdiam sejenak, melihat raut wajah penuh pengharapan Deon, ia pun mengangguk. Deon tersenyum lebar dan mengambil alih belanjaan Haidee.

"Biar saya yang bawa."

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang