17

19.9K 1.7K 34
                                    

Pernikahan Terasa Hampa, Tapi Perasaannya Tidaklah Kosong

.

.

.

Saski memekik girang saat mendengar pengumuman tentang reward bulan ini yang diberikan untuk Haidee sebagai penerima terbanyak bintang emas.

Haidee hanya tersenyum tipis menatap dua kupon berupa makan gratis di Zalary Rish. Lalu ia menatap Saski yang tiada hentinya berceloteh.

"Mbak Saski."

"Ya?" Saski menatap Haidee lalu mengernyit saat Haidee menyodorkan dua tiket tersebut.

"Buat Mbak aja."

"Lho? Kenapa? Itu kan hadiah kamu." Saski mendorong pelan tangan Haidee enggan menerima tiket tersebut.

"Saya gak ada waktu pergi makan di sana. Jadi, saya kasih Mbak Saski saja. Kan sayang kalau saya buang." Sedikit paksaan, akhirnya Saski menerima tiket tersebut dan berterima kasih pada Haidee.

"Makasih ya, Dee." Haidee mengangguk tersenyum tipis melihat binar bahagia di wajah Saski. "Dompet Mas Anwar gak bakal terkuras nih bisa makan enak."

Saski tertawa atas perkataannya sendiri.

"Oh iya Mbak. Mungkin hari ini, hari terakhir saya di kelas masak." Raut wajah Saski sontak berubah bingung bercampur heran.

"Lho kenapa?"

"Em... penyakit mager saya kambuh, Mbak. Lagian skill masak saya sudah lumayan. Kan saya masuk ke sini untuk mencari kesibukan lain, dan saya sudah menemukan kesibukan yang lain. Yang lebih pantas untuk saya yang suka malas-malasan."

Saski tersenyum geli, tapi tak bisa menahan rasa sedih karena tak lagi memiliki teman untuk di ajak mengobrol jika kelas di mulai.

"Sudah lapor ke bagian admin?" Haidee mengangguk menjawab pertanyaan Saski.

Keputusannya sudah bulat. Karena kini ia fokus untuk menenangkan dirinya dan juga tingkat kemalasannya naik drastis untuk masak. Bahkan makan pun ia tak bernafsu. Mengingatkan dirinya akan kelainan yang dideritanya. Tak ingin makan dan selalu muntah jika melihat makanan yang bersantan.

"Kamu sakit, Dee? Muka mu pucat. Saya baru sadar," ujar Saski setelah memperhatikan wajah Haidee yang begitu pucat.

Haidee menggeleng pelan. "Mungkin karena saya belum makan, Mbak. Engh... kalau begitu saya duluan. Saya mau menunggu bis di halte. Sampai jumpa lagi."

Saski hanya mengangguk membiarkan Haidee yang melangkah keluar dari gedung tersebut.

Haidee duduk di kursi halte dan beberapa calon penumpang bis juga menunggu di sana.

"Beneran kamu mau berhenti ikut les masak?" Haidee mendongak menatap Deon yang kini berdiri di hadapannya.

Haidee mengangguk lalu mengernyit saat melihat Deon mengulurkan tangan padanya. "Hanya mau mengucapkan selamat atas keberhasilan kamu mendapatkan reward makan gratis di restoran saya."

Haidee membalas jabatan tangan Deon. Hanya sebentar.

"Saya berikan kupon itu pada Mbak Saski."

"Kenapa diberikan?"

"Engh... akhir-akhir ini saya gak nafsu makan. Mungkin sakit saya kambuh." Entah kenapa Haidee secara tidak langsung mengatakan kelainannya pada Deon. Haidee hanya merasa Deon sama dengan Marshal. Sosok pria yang membuatnya nyaman untuk di ajak mengobrol bahkan berteman.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang