32

26.2K 1.9K 40
                                    

Kehilangan Untuk Kedua Kalinya [2]

.

.

.

Richel sontak terkejut dan juga asisten yang bersamanya di ruang praktek saat ada sosok pria yang menerobos masuk. Pria tersebut mengeluarkan kemurkaan yang membuatnya mengernyit heran.

Namun, sebagai dokter psikiater yang profesional Richel menyunggingkan senyum ramah.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Di mana Haidee?"

Mendengar nama Haidee yang terlontar dari bibir pria itu membuat Richel tau jika pria di hadapannya saat ini adalah suami Haidee. Pasien sekaligus temannya.

"Saya tidak tau," ujar Richel pelan dan begitu tenang. Menghadapi orang yang dipenuhi amarah, harus dengan cara lembut dan menenangkan agar emosi orang tersebut surut.

"Kamu jangan bohong!!" Saka semakin murka. Merasa jika Richel membohonginya. Tau jika Richel mengetahui keberadaan Haidee. Karena panggilan keluar terakhir Haidee tertuju pada Richel. Pagi, pukul setengah enam.

"Lalu bisa kamu jelaskan ini?" Saka menunjukkan ponsel Haidee. Terlihat panggilan Haidee pada Richel.

Richel melihat sejenak lalu kembali menatap Saka yang wajahnya mengetat karena emosi. "Haidee pamit. Hanya itu," ujar Richel tenang.

Saka menggeleng tidak percaya. Lalu menghela nafas panjang. Membuang pandangannya sejenak lalu kembali menatap Richel. "Kenapa Haidee ke sini? Ah maksud saya, Haidee sakit apa?"

"Haidee pasien saya. Maaf saya tidak bisa membeberkan. Semua data pasien menjadi rahasia bagi dokternya."

"Tapi saya..."

"Walaupun anda suaminya!" sela Richel penuh ketegasan. "Haidee berkata untuk tidak membeberkan apapun yang terjadi pada dirinya. Sebagai dokter yang profesional saya menjaga kepercayaan Haidee. Dan anda tidak perlu khawatir. Keadaan Haidee baik-baik saja setelah melakukan konsultasi dan terapi beberapa minggu dengan saya."

Saka menghela nafas berat dan kembali menatap nyalang Richel yang terlihat begitu tenang menghadapinya yang tengah tersulut emosi. Sekali lagi ia bertanya, " Saya tau kamu menyembunyikan keberadaan Haidee. Di mana dia?"

Richel menggeleng pelan tanda ia tidak tau, lalu ia terlonjak kaget saat Saka menendang kursi di hadapan mejanya. "Di mana Haidee?!!"

Asisten Richel yang keluar beberapa saat yang lalu datang membawa dua security. Beberapa orang yang berada di luar mengintip untuk melihat kegaduhan dalam ruangan tersebut.

Saka ditahan dua security tersebut yang ingin menghampiri Richel yang masih tenang berdiri di tempatnya. Melihat Saka yang diseret keluar dari ruangan tersebut. Masih mengamuk dan berteriak murka bertanya di mana keberadaan Haidee pada Richel.

"Saka lo kenapa?!!"

Sadam yang mendengar desas desus jika ada orang yang mengamuk dalam ruangan Richel datang untuk mencari tau apa yang terjadi dan terkejut melihat adik dari Bunda yang mengamuk.

Sementara Gibran yang juga datang langsung memeluk Richel yang gemetar pelan karena merasa terkejut atas sikap Saka walau ia bisa terlihat begitu tenang, tapi saat Gibran memeluknya ia tidak bisa lagi menahan dirinya. Membalas pelukan Gibran.

Saka mengabaikan Sadam, ia masih berusaha meronta ingin melepaskan diri dari dua security yang menahan tubuhnya.

"Saka!" tegur Sadam berusaha menenangkan Saka. "Ka, lo tenang!"

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang