29

21.9K 1.8K 66
                                    

Kenyataan Yang Sangat Menyakitkan

.

.

.

Haidee belum sepenuhnya percaya dengan apa yang diceritakan Hamdi. Mengingat pria itu senang sekali membuatnya jengkel dengan sikapnya yang menyebalkan. Apalagi saat Hamdi mengatakan agar ia tidak meninggalkan Saka saat ia tau masa lalu Saka.

Kenapa Hamdi mengatakan hal tersebut?

Menghela nafas lelah. Haidee memjat kedua pelipisnya untuk meredakan sakit di kepalanya. Sudah dua hari berlalu, tapi kata demi kata yang terlontar dari Hamdi masih teringang-ngiang di kepalanya.

Saka yang sangat mencintai Arsika.

Saka yang dihantui rasa bersalah hingga selalu mengalami mimpi buruk yang sama. Mimpi akan kematian Arsika.

Saka yang enggan menggantikan wanita manapun di hatinya.

Hati Haidee bersenyut sakit. Dadanya terasa sesak. Mengetahui alasan Saka tidak menjatuhkan hati padanya walau pernikahan mereka telah terjalin tiga tahun lamanya.

Senyum miris tersungging di bibirnya lalu ia pun tertawa hambar. Menertawai dirinya yang berharap bahagia dalam pernikahan hampa ini, tapi kenyataannya tidak akan pernah terjadi. Ia tidak akan pernah bahagia.

Satu tetes air jatuh dari matanya. Haidee mengusap matanya lalu menatap telapak tangannya yang basah. Kemudian ia menatap wajahnya di pantulan cermin. Air matanya jatuh setetes demi setetes.

Entah apa perasaan Haidee saat ini. Bahagia dan sakit dalam waktu bersamaan. Bahagia karena ia akhirnya menangis dan juga sakit. Sangat sakit merasakan luka tak kasat mata yang menggerogoti hatinya.

Menangis tersedu-sedu. Haidee tidak menyangka akan menangis seperti ini. Suaranya dibiarkan keluar dengan keras. Berharap setelah ini ia merasa lega. Seperti yang selalu dikatakan Richel. Menangis mampu membuatnya lega.

Haidee memeluk dirinya sendiri. Menenggelamkan kepalanya di antara celah lututnya yang tertekuk.

Suara pintu kamar membuatnya menegakkan kepala dan melihat sosok yang membuatnya menangis seperti ini.

"Dee...."

Saka meletakkan ransel berisi pakaian di lantai dan secepat mungkin menghampiri Haidee yang terlihat begitu menyedihkan.

Ia baru saja tiba dari luar kota. Karena seperti biasanya jika akhir pekan ia akan melakukan pekerjaan di luar kota. Pulang dan mendapatkan Haidee menangis hebat.

"Mas Saka....," lirih Haidee gemetar. Air matanya enggan berhenti. Sudah seperti mata air yang baru ditemukan. Mengalir deras.

Saka terduduk di sebelah Haidee lalu membawa wanita itu masuk ke dalam pelukannya. Enggan bertanya lebih dulu, membiarkan Haidee menangis sepuasnya dalam pelukannya.

Tangis Haidee semakin keras. Semakin merasakan sakit karena sosok yang menorehkan luka tak kasat mata, dia juga yang menenangkan dirinya. Memberikan dirinya pelukan hangat. Mengecup kepalanya dengan kasih sayang.

Salah kah Haidee jika berharap atas perlakuan Saka saat ini?

Namun, ia mengingat perlakuan demi perlakuan Saka yang tidak seperti orang yang mencintainya.

Saka yang enggan memberikan waktu untuknya. Waktu berduaan. Saka bahkan bekerja di akhir pekan.

Saka yang pernah tidak menghargai usahanya yang lelah memasak. Bahkan mencicipi sedikit saja tidak.

LACUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang