Jalan berdua

79 15 0
                                    

Jakarta, November 2020.

Sudah terhitung lima bulan lamanya Caramel berkuliah di Universitas Indonesia. Hari-hari yang ia lalui menjadi seorang mahasiswa begitu berat untuknya. Padahal ini baru semester awal, bukan semester akhir. Dan bagaimana kedekatan Caramel dengan Renjun, sejauh ini mereka lumayan dekat. Dekat dalam arti teman, bukan lebih. Caramel yang sudah terbiasa oleh sikap jutek lelaki itu, Renjun yang masih saja jutek ke gadis itu. Padahal Caramel sudah berusaha agar Renjun tidak jutek padanya. Tapi sepertinya itu sangat sulit.

Sore itu, Caramel baru saja keluar dari fakultasnya. Dia baru selesai kelasnya. Matanya terlihat sayu, wajahnya kusut, dan cara berjalannya yang terlihat tidak bersemangat. Gadis itu menguras energinya terlalu banyak. Niatnya Caramel mau menelpon Haidar untuk mengantarnya pulang. Tapi, baru saja jemarinya hendak menekan kontak Haidar, matanya menangkap seorang Renjun sedang berjalan ke arah parkiran. Langsung saja Caramel melangkahkan kakinya menghampiri Renjun.

“Renjun!”

Renjun yang sedang berjalan pun terhenti saat suara itu memanggilnya. Dia tau pemilik suara itu. Makanya dia biasa saja. Kalau dulu dia merasa malu karena Caramel memanggilnya dengan keras di keramaian, sekarang dia merasa biasa saja. Sudah biasa mendengar Caramel memanggil namanya di keramaian seperti ini. Tubuhnya berbalik dan mendapati Caramel yang berjalan ke arahnya dengan senyum lebar di wajahnya.

“Renjun!” panggil Caramel.

“Kenapa, Mel?” tanya Renjun, wajahnya masih saja datar.

“Lo mau pulang?” tanya Caramel, sebenarnya itu hanya basa-basi seorang Caramel. Tidak tau saja, kalau dia berlagak seperti itu, pasti ada maunya.

Renjun mengangguk, “iya, kenapa? Mau nebeng?” Renjun sudah hafal dengan tingkah Caramel.

Caramel menyengir, “tau aja. Boleh, ya?” pinta gadis itu. Memasang wajah andalannya agar Renjun luluh dan mau memberinya tumpangan.

“Mel, Mel. Padahal ada ojek online, kenapa lo numpang gue terus, sih?” kata Renjun, dia menghampiri motornya yang terparkir rapi di antara beberapa motor lainnya. Caramel mengikutinya dari belakang.

“Kalau ada yang gratis, kenapa gue harus pesan ojek online?” katanya.

Renjun berdecak, “bensin gue habis gara-gara nganterin lo mulu!” Lalu memberikan helm kepada Caramel.

Sekarang lelaki itu membawa dua helm. Satu untuk dirinya, satunya lagi untuk Caramel yang biasanya numpang di motornya. Entah inisiatif darimana Renjun membeli helm untuk Caramel. Saat itu dia melewati toko helm, dia langsung teringat Caramel yang tidak pernah memakai helm saat menumpang padanya.

Caramel menerima helm yang di berikan Renjun dengan senang hati, “perhitungan banget! Nanti gue gantiin uangnya!” Caramel memakai helmnya dengan bibir yang di monyongkan.

“Ga usah.” Pada akhirnya Renjun selalu menolak ketika Caramel berbicara kalau dia akan menggantikan uang bensinnya.

Mereka berdua sudah duduk manis di atas motor Snoopy Renjun. Motor itu keluar dari pekarangan kampus dan membelah jalanan yang begitu ramai. Untung saja tidak macet, jangan sampai deh. Renjun tidak mau terjebak macet bersama Caramel. Nanti gadis itu akan mengoceh terus-menerus dan membuat telinganya sakit.

“Renjun,” panggil Caramel dengan suara keras. Takut Renjun tidak mendengarkannya.

“Apa?” Renjun menyahuti panggilan Caramel dengan suara yang sama kerasnya.

“Bosen ga di rumah? Jalan, yuk?” ajak Caramel.

“Ngga mau,” tolak Renjun mentah-mentah.

“Kok ngga mau?! Gue bosen. Ayo, jalan-jalan!” paksa Caramel. Tangannya menarik ujung jaket milik Renjun.

[i] The End of Us (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang