Pencet bintangnya, juseyo. Selamat membaca.
Haidar Adicandra dan Caramel Reswara adalah seorang sahabat. Semua orang tau kalau mereka itu menjalin persahabatan. Bahkan ada yang iri dengan persahabatan mereka berdua. Bagaimana tidak iri? Mereka kemana-mana selalu berdua, keliatannya kaya orang pacaran. Padahal bukan. Jadi, di chapter ini kita bakal liat awal mula mereka menjadi seorang sahabat sampai sekarang. Kalian penasaran?
Hari ini Caramel harus bangun pagi karena ini hari pertamanya masuk ke SMA. Hari ini dia bakalan MOS. Sebenernya Caramel tuh males banget, tapi ya harus ikut MOS. Apalagi itu wajib. Caramel udah siap dengan seragam SMP miliknya, barang-barang yang di suruh sama anak-anak OSIS buat di bawa ke sekolah, Caramel juga di bawakan bekal sama Bundanya. Sekarang dia lagi nungguin Dirga yang masih benerin rambutnya. Caramel yang kesel nungguin kakaknya pun teriak.
“Kak, lama banget, sih?! Cepetan dong. Nanti aku telat,” teriak Caramel. Wajahnya sudah kusut, padahal MOS belum di mulai.
Dirga menyusul Caramel yang berdiri di teras rumah, tangannya membawa kunci mobil. “Ga sabaran banget jadi orang,” cibirnya. Lalu melangkahkan kakinya menuju mobil miliknya dan membuka kuncinya. Caramel yang berada di belakangnya hanya menggerutu dalam hati.
“Udah di bawa semua, kan?” tanya Dirga. Caramel hanya mengangguk.
“Ga ada yang ketinggalan?” tanya Dirga. Sekali lagi Caramel hanya mengangguk.
“Pakai seat belt dulu dong,” titah Dirga yang langsung di turuti Caramel. Setelah memakai seat belt, Dirga mulai menjalankan mobilnya.
Di perjalanan, Caramel mendengarkan lagu yang terputar di radio mobil milik Dirga. Sesekali dia ikut bernyanyi. Sebenernya dia gugup mau masuk ke SMA, apalagi ini hari pertama dia bertemu orang-orang baru. Teman-temannya yang dari SMP ngga ada yang satu SMA kaya Caramel. Jadi, Caramel kayanya harus cari teman baru. Dan itu bakalan susah. Soalnya Caramel itu susah berbaur sama orang baru. Tapi kalau ada yang satu frekuensi sama dia, Caramel langsung seneng. Ya, dimana lagi ada orang yang satu frekuensi sama dia, kan? Itu pun kalau ada. Kalau ada, ya syukur deh. Caramel melihat keluar jendela, banyak murid sekolahan yang berangkat ke sekolah. Ga lama, mereka sampai di SMA Caramel. SMA 8 Jakarta. Itu sekolah Caramel.
“Nah, udah sampai. Sana turun,” kata Dirga. Dia melirik Caramel yang terlihat gugup.
Caramel menoleh ke Dirga, “takut, kak,” cicitnya. “Nanti kalau ga ada temen, gimana?”
Dirga terkekeh, tangannya bergerak untuk merapikan rambut Caramel. “Jangan takut. Mereka itu sama kaya kamu. Sama-sama manusia. Buat apa takut? Kamu harus berani, oke? Kalau mau cari teman, coba aja sokap. Ga perlu takut dia merasa risih, yang penting kamu udah mencoba buat berkenalan sama dia.” Dirga tersenyum.
Caramel menghela nafasnya, “nanti anak-anak OSIS galak, gimana? Ih, males banget. Kenapa sih harus ada MOS?!” gerutunya sebal.
“Ya, kalau ga mau ada MOS, mending ga usah sekolah,” sungut Dirga.
Caramel menyengir, “jangan dong, masa nanti anakku punya ibu yang cuma lulusan SMP doang.”
Dirga mendengus, “mending kamu masuk sana. Tadi katanya takut telat?”
“Oh, iya.” Caramel mengambil tasnya lalu memakainya. Dia berpamitan pada Dirga lalu turun dari mobil, “nanti jemput, ya!” Caramel melambaikan tangannya ke Dirga lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam sekolahnya.
Caramel berulang kali menarik nafasnya. Dia gugup, banget. Banyak orang-orang dari berbagai SMP datang ke sini. Bahkan Caramel liat kebanyakan dari mereka ada temen pas waktu SMP. Ga kaya Caramel, temennya ga ada yang masuk ke sekolah yang sama kaya dia. Caramel berjalan ke aula, sebelumnya mereka udah di suruh sama anak OSIS buat kumpul di aula. Caramel duduk sendirian, dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Tiba-tiba ada laki-laki yang duduk di dekatnya. Caramel terkejut, soalnya laki-laki yang di sebelahnya itu senyum ke dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...