Pagi ini Caramel udah ada di kampusnya. Dia dapat kelas pagi. Untungnya kakaknya itu mau nganter dia. Jadi dia hemat uang. Sekarang gadis itu lagi jalan di koridor kampus. Banyak orang-orang yang berlalu lalang. Kelas masih di mulai satu jam lagi, sih. Makanya Caramel mau pergi ke kantin buat makan, dia belum makan soalnya.
Pas mau belok ke kantin, ada suara yang dia kenali manggil dia. Caramel nengok ke belakang, itu Giselle. Giselle lari ke arah Caramel. Dia terengah-engah. Ya gimana ga capek? Dia lari dari mading dekat perpustakaan sampai belokan kantin fakultasnya yang jaraknya lumayan jauh. Dia lari nyariin Caramel soalnya barusan dia liat berita yang bikin dia kaget. Mana di tempel di mading, kan orang-orang jadi pada tau.
“Kenapa sih lo?” tanya Caramel sambil menatap Giselle dengan bingung.
Giselle yang lagi ngatur nafasnya langsung megang ke dua bahu Caramel, “Mel, gue tau lo kuat. Lo ga liat mading tadi?”
Caramel menggeleng pelan, “emang ada apa? Kok lo ngomong kaya gitu? Ada sesuatu?” tanya Caramel bertubi-tubi.
Giselle menghembuskan nafasnya dengan kasar, “lo harus liat sendiri. Tapi lo jangan kaget.” Giselle menarik lengan Caramel, membawanya ke mading dekat perpustakaan.
Orang-orang pada ngeliatin Caramel sambil berbisik-bisik. Caramel kebingungan, orang-orang pada kenapa? Kenapa dia di liatin kaya gitu? Apa berita di mading itu ada sangkut pautnya sama dia? Caramel coba buat berpikir positif, tapi omongan Giselle bikin dia mikir yang enggak-enggak.
Mereka berdua udah sampai di depan mading. Giselle menerobos orang-orang yang masih berdiri di depan mading sambil ngomong ngga nyangka. Caramel udah penasaran banget. Apa sih yang ada di mading? Kok orang-orang gitu banget reaksinya? Orang-orang yang di depan mading langsung minggir pas Giselle nyuruh mereka buat menyingkir. Tapi pas mereka liat Caramel, langsung tuh julidnya keluar. Mana natap Caramel dengan tatapan cemooh. Caramel udah ketar-ketir sendiri. Dia liat gambar yang tertempel di mading.
Caramel kaget? Jelas. Itu fotonya dia yang ada di luar club. Di foto itu ada Caramel pakai baju normal–celana panjang sama hoodie–lagi ngerangkul cowok yang mabuk. Cowok itu adalah kakaknya. Mereka salah paham. Masa anak baik-baik kaya Caramel main ke club? Dia ambil gambarnya terus dia robek. Matanya udah berkaca-kaca, dia sakit hati di bikin rumor ngga jelas kaya gini. Pasti orang-orang bakal berpikiran kalau Caramel bukan anak baik-baik seperti yang mereka kira. Caramel marah banget. Dia marah sama orang yang udah ambil gambar ini.
Giselle yang liat Caramel pun jadi ga tega. Dia ga tau harus ngapain, dia juga udah chat Shotaro. Kata pacarnya, dia bakal hapus semuanya dari mading. Giselle tau kalau cowok itu adalah kakaknya Caramel. Soalnya gadis itu pernah ketemu sama kakaknya Caramel dua hari yang lalu. Dan Caramel kemarin malem juga telpon dia, katanya kakaknya mabuk dan dia nyuruh Giselle buat jemput mereka. Giselle saksinya. Dia ngusap bahu Caramel.
“Gue yakin pasti ada yang sengaja nyebarin foto ini. Gue tau ini cuma salah paham aja, Mel. Sabar, ya,” ucap Giselle sambil mengusap bahu Caramel.
“Anak baik-baik kok main ke club? Pasti udah ke hotel berkali-kali sama cowok yang berbeda-beda.” Terdengar perkataan dari mereka. Itu bikin Caramel sakit hati dan terisak. Dia ngga mungkin kaya gitu, Caramel bahkan ngga mau melakukan hal tak senonoh kaya yang mereka pikirkan.
Giselle menunjuk orang yang berbicara tadi dengan emosi, “jaga omongan lo, ya! Caramel bukan anak yang kaya gitu! Ini cuma salah paham. Cowok yang di foto itu kakaknya Caramel!” sentaknya.
“Masa sih kakaknya? Palingan juga bohong,” kata perempuan berambut cokelat.
“Lo ga percaya? Lo mau gue telponin kak Dirga? Lo ga tau kan kalau kak Dirga anak kampus sebelah itu kakaknya Caramel? Kalian ga sadar apa gimana? Nama belakang mereka sama. Bahkan mereka udah berulang kali berangkat bareng. Kalian ngga nyadar? Makanya kalau mau ngomong tuh cari bukti yang akurat dulu. Jangan cuma liat foto yang ke sebar terus lo bisa seenaknya berasumsi yang enggak-enggak,” ucap Giselle dengan penuh emosi. Dia ga terima sahabatnya di gituin sama orang lain. Dia mana terima sahabatnya di jelek-jelekin? Mana ini cuma salah paham. Giselle dendam banget sama yang udah nyebarin foto ga jelas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Teen Fiction[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...