Hari ini Caramel ada kelas pagi. Jam tujuh pagi, dia baru bangun dari tidurnya. Padahal kelas mulai jam sembilan. Dirga sudah membangunkan adiknya, tapi Caramel tak kunjung bangun. Hingga akhirnya, Dirga membiarkan Caramel tertidur sampai bangun sendiri. Caramel lantas pergi ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi dan sedikit berdandan, Caramel turun ke bawah sambil menenteng tas laptopnya. Dia menemukan Dirga duduk di meja makan dengan sepiring nasi goreng di hadapannya.
“Kak Dirga kok ga bangunin aku, sih?” Caramel menarik kursi di hadapan Dirga dan mendudukkan dirinya di sana.
Dirga mendongak lalu menatap sinis adiknya, “ga bangunin, gimana? Kakak udah berulang kali bangunin kamu, tapi kamu ga bangun juga. Kebo banget jadi anak,” cercanya.
Caramel menyengir, “aku ga ngerasa kakak bangunin aku tuh.” Ia mengambil piring lalu menyendok nasi goreng yang ada di mangkuk besar ke piringnya.
Dirga menjitak kepala Caramel, merasa geram. “Kan kamu tidur! Makanya kalau di bangunin tuh, bangun! Bukannya malah lanjut tidur dan mimpi kencan sama orang ganteng. Kebanyakan nonton film, sih,” omelnya.
Caramel hanya cemberut lalu menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Kakaknya itu benar-benar galak. Kata-katanya pedas. Sebelas dua belas sama Renjun. Jangan-jangan kalau mereka ketemu, mereka bakal cek-cok. Caramel menghabiskan nasi gorengnya lalu meminum segelas air putih dengan cepat. Dia mengambil botol Tupperware dan mengisinya dengan air putih lalu memasukkannya ke dalam tas.
“Anterin dong, kak. Masa aku naik ojek?” pinta Caramel sambil memakai sepatunya.
Dirga mendengus, “emang kenapa kalau naik ojek?” tanyanya.
“Ga bisa jajan banyak,” balas Caramel lalu menyengir.
Dirga menggelengkan kepalanya, “kamu ini! Jajan terus. Ya udah, tunggu sebentar.” Dirga pergi ke kamarnya untuk mengambil jaket, setelah itu dia mengambil kunci mobilnya yang tergantung di belakang pintu.
Caramel berdiri di samping mobil kakaknya. Setelah kakaknya mengunci pintu rumah dan membuka pintu mobilnya, Caramel masuk ke dalam. Duduk dengan tenang di samping sang kakak. Begitu mobil milik Dirga melaju dan meninggalkan pekarangan rumah, Caramel memutar musik lewat radio.
“Nanti pulang naik ojek, ya?” kata Dirga, melirik sekilas ke arah sang adik.
Caramel menggeleng, “tambah uang sakunya.” Dia mengulurkan tangannya ke Dirga, bermaksud meminta uang tambahan.
“Pakai uangmu lah. Kakak ga ada uang,” kata Dirga.
Caramel mendengus, “aku juga ga ada uang!”
“Ya udah numpang sama Haidar aja, atau sama yang kemarin itu. Siapa namanya?” Dirga memutar setir ke arah kanan, matanya melirik ke Caramel yang justru senyum-senyum.
“Kok malah senyum-senyum, sih?” tanya Dirga, keningnya mengkerut.
Caramel menyengir, “hehehe, gapapa. Kakak mau tau siapa namanya?”
Dirga mengangguk.
“Namanya Renjuandra Arkarna, panggilannya Renjun. Anak fakultas kedokteran,” ujar Caramel. Di otaknya membayangkan senyuman Renjun yang memabukkan untuknya.
“Dasar gila! Jangan senyum-senyum gitu, serem!” Dirga mengusapkan tangannya ke wajah Caramel.
“Apa sih, Kak?!” seru Caramel kesal.
Mobil Dirga berhenti di parkiran fakultas ekonomi, fakultas Caramel. Lalu dia menghadapkan tubuhnya ke samping, menatap Caramel. Tangannya membenarkan rambut Caramel yang menutupi mata gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[i] The End of Us (END)
Novela Juvenil[End] [Follow sebelum baca] [Vote dan komen] [OC] "Gak bisa, ya?" tanya gadis itu dengan air mata yang menumpuk di sudut matanya yang siap tumpah kapan saja. "Enggak. I love you, but we can't be together," jawab laki-laki yang berdiri di hadapannya...